Jira tidak mengerti dengan tempat yang Jihoon tunjukkan padanya. Ini bukan dorm seperti yang dia katakan pada appa Taeji.
Tentu saja bukan. Ini apartemen baru. Baru dibuka. Sepi, tidak ada para member. Mungkin baru beberapa orang yang tinggal di gedung ini. Dan sekarang mereka berdua yang masih memeriksa setiap sudut ruang apartemen itu. Lebih tepatnya Jira hanya mengikuti Jihoon yang serius memastikan apakah apartemen ini layak atau tidak untuknya.
Ne. Apatemen ini Jihoon sewa kan untuk Jira. Khusus untuk Jira dan tidak boleh ada seorang pun yang datang selain dirinya dan Hwang Li, sang manajer Jira. Selebihnya tidak boleh ada yang masuk lagi. Karena itu sekarang Jihoon sedang memastikan keamanannya.
Namun Jira masih belum tau alasan kenapa Jihoon memaksa dirinya untuk menyewakan sebuah apartemen. Apartemen itu tidak murah. Apalagi di Seoul. Jira tau uang Jihoon sangat banyak. Tapi tidak perlu dihabiskan untuknya.
Jihoon mengangguk-angguk sendiri setelah puas dengan semua hal yang sesuai keinginannya. Jira hanya bisa mengikuti apa yang Jihoon mau. Tapi sebelum Jihoon 'deal' dengan pemilik apartemen, Jira harus mengatakan penolakan terlebih dahulu.
Tiba-tiba Jihoon menyentuh kepala Jira dan mengusap-usap kepalanya pelan. Tidak lupa, Jihoon juga memberikan senyumnya. "Nanti aku jelaskan. Tapi jangan nolak ini ya."
Seperti biasa. Dia tau saja apa yang Jira pikirkan. Pakai senyum lagi. Kan jadi tidak bisa nolak beneran. Jira memalingkan wajahnya agar tidak terhipnotis dengan senyuman Jihoon. Untuk yang kesekian kalinya.
Jihoon keluar meninggalkan Jira di dalam kamar apartemen tersebut. Dia menutup pintu kamarnya hingga Jira tidak tau apa yang Jihoon bicarakan dengan pemilik apartemen. Mungkin sedang membicarakan harga.
Membayangkannya saja Jira tidak sanggup. Harga kamar ini pasti tidak akan murah. Semua fasilitasnya lengkap. Ada dua kamar mandi, di dalam kamar tidur dan di luar. Bahkan ada AC, kasur, televisi dan benda lainnya. Jira sampai menggigit jari memikirkan berapa banyak uang yang dikeluarkan Jihoon.
Kenapa dia mau mengeluarkan uang sebanyak itu untuknya???
Jira tersentak mendengar suara pintu terbuka. Jihoon sudah selesai dengan urusannya. Dia langsung duduk disalah satu sofa dan membuka topinya. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi keningnya. Terlihat keringat membasahi keningnya. Bahkan di saat seperti ini dia terlihat tampan.
"Jika berdua denganku, sepertinya kau sering bengong. Kenapa lagi?" Kata Jihoon. Jira hanya menggeleng.
"Duduklah. Aku akan jelaskan semuanya." Jihoon menepuk sofa di sebelahnya. Dibanding duduk di sebelahnya, Jira lebih memilih duduk berjarak darinya.
Jantung Jira begitu mudah berdebar, hanya dengan mendengar tawa Jihoon, "Sekarang ini rumahmu. Aku sudah menyewanya untuk satu tahun ke depan."
Jira tersedak. Antara tidak percaya dan tidak mengerti. Bibirnya sampai gagap. "W-wae?" Dan hanya itu yang bisa Jira tanyakan dari sekian banyak keterkejutannya terhadap keputusan Jihoon.
"Karena di sini jarak yang paling dekat dengan dorm kami. Jadi aku bisa menemuimu kapan saja jika kegiatanku sudah selesai. Dan aku tidak mungkin membiarkanmu tinggal disatu gedung yang semua isinya pria. Aku tidak akan memperbolehkannya. Apalagi jika aku tidak ada di dorm dan meninggalkanmu sendiri di dalam." Kata Jihoon. Penuh penekanan di setiap kalimatnya.
Jira lalu menggeleng. "Bukan itu."
"Lalu?" Jihoon memiringkan kepalanya.
"Kenapa kau menyewa apartemen ini? Setahun lagi. Pasti mahal."
Bukan memberikan penjelasan, Jihoon lagi-lagi tertawa. "Kenapa tertawa??" Protes Jira. Masih diabaikan Jihoon yang asik tertawa.
Menyebalkan. Jira mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...