Tukk.. Tukk..
Tubuh Jira sigap beranjak dari sofa. Meninggalkan ponselnya di atas meja dan berjalan menuju pintu ketika terdengar ketukan dari pintu apartemennya. Mengintip pada lubang kecil yang ada di pintu itu dahulu sebelum membukanya.
Setelah mendapati wajah orang yang ada di sana, dada Jira berdegup kencang. Dia membalikkan tubuhnya bersandar pada pintu. Menyatuhkan kedua tangan di depan dada demi menetralisir keterkejutannya.
"Wajahmu kenapa pucat begitu?" Tanya Hwang Li yang baru saja keluar dari kamar mandi. Berjalan sambil menyentuh rambutnya yang setengah basah. Belum sempat dikeringkan karena melihat Jira yang ketakutan.
"Ada pria di depan. Badannya besar dan dia berpakaian hitam-hitam." Jelas Jira sedikit bergetar.
"Namja? Nuguya?" Hwang Li bergumam sendiri. Keningnya mengerut. Tatapannya menajam. Lalu setelah beberapa detik dia asik dengan pikirannya sendiri, Hwang Li mengeluarkan vokal 'A' yang panjang dengan bibirnya seakan mengetahui sesuatu.
"Jangan-jangan itu bodyguard-mu." Ucap Hwang Li. Segera mengalihkan tubuh Jira yang menghalangi pintu dan membukakannya untuk orang tidak dikenal itu.
"Bodyguard?"
Hwang Li hanya mengangguk singkat. Memberikan beberapa pertanyaan pada orang tersebut hingga pria itu benar-benar diberi akses masuk ke dalam apartemennya. Yang benar saja??! Jihoon tidak akan memaafkannya jika ada seorang pria asing masuk ke dalam tanpa seizinnya.
Tidak peduli dengan tatapan protesnya, Hwang Li tetap mempersilahkan pria besar itu masuk dengan terus bicara dengannya. Bagaimana dia bisa menceritakan ini pada Jihoon? Jira meremas kepalanya sendiri yang mulai berdenyut. Dia tidak bisa membayangkan tatapan menyeramkan Jihoon saat menemukan pria lain di kamar ini.
Ani. Sepertinya dia tidak bisa menceritakan ini pada Jihoon. Jira bingung dengan posisinya saat ini.
"Jira-ya, ini tuan Dong Ha Jung. Bodyguard yang diperintahkan CEO Choi untuk menjagamu selama 24 jam. Tuan Dong, ini Jiyoon. Jira adalah nama aslinya. Kau panggil saja Jiyoon karena kebanyakan orang lebih mengetahuinya dengan nama itu." Perkenalkan Hwang Li.
Pria tersebut membuka kaca mata hitamnya. Dengan kantung mata kecil yang menghiasi wajahnya, pria bermarga Dong ini jadi lebih menawan. Jika dilihat sepertinya masih berumuran 35 sampai 40 tahun. Habislah riwayatnya, Jihoon akan semakin marah jika yang mengawasinya seperti ini.
Dengan perasaan ragu, Jira membalas uluran tangannya untuk berkenalan. "Jiyoon imnida."
"Senang bertemu dengan anda." Ucapnya. Mengangkat tangan Jira lebih tinggi, secepat mungkin Jira menarik tanganya kembali sebelum tuan Dong mencium tangannya.
Matanya melebar tanda terkejut dan tuan Dong segera minta maaf atas kelancangannya. Jira merasa bersalah. Dia bukan tidak menerima perlakuan baik itu, tapi dia masih memikirkan Jihoon. Walaupun Jihoon tidak pernah menunjukkan rasa tidak suka saat dirinya berdekatan dengan pria lain, bukan berarti Jira tidak menghargai perasaan pria itu.
"Suasananya jadi canggung begini. Maafkan klien anda ini, tuan Dong. Dia hanya menjaga perasaan kekasihnya." Hwang Li mengambil alih pembicaraan. Dia mengenal jelas bagaimana karakter Jira yang tidak bisa membangun suasana pembicaraan. Temannya itu lebih jago menghancurkan pembicaraan. Hwang Li sampai heran bagaimana Jihoon dan Jira bisa berkomunikasi. Dua orang yang paling jarang bicara itu.
"Joesonghamnida, Jiyoon-ssi. Saya kira kekasih anda sudah tau keberadaan tugas saya." Tuan Dong membungkuk dengan sopan. Begitu profesional dan berwibawa.
Bagaimana bisa tau, jika tidak ada yag memberitahukannya? Batin Jira.
Jira mengarahkan pandangannya pada Hwang Li. "Tuan Dong sudah tau hubunganmu dengannya." Ucap Hwang Li. "Tapi dia tidak tau jika kekasihmu itu Woozi Seventeen." Lanjut Hwang Li dengan berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...