36. Catatan Usang

105 17 5
                                    

Jihoon memutuskan untuk menyerah. Menyerah untuk kabur. Menyerah untuk menemui Jira. Menyerah untuk memberontak, yang pada akhirnya akan merugikan orang-orang di sekitar mereka. Jihoon memutuskan untuk ikut mengurung diri di dalam kamar.

Dia tidak mau lebih banyak menyusahkan orang-orang dengan tindakan gegabahnya. Jihoon hanya perlu menunggu instrupsi untuk melaksanakan perintah yang sudah mereka susun. Walaupun pada kenyataannya, Jihoon tidak bisa terus diam. Hanya saja ini demi kebaikan bersama.

Kelakuannya kemarin, sudah cukup memperkeruh suasana. Tindakannya yang menyerang Taeji, ternyata menjadi langkah yang salah untuknya. Dia tidak habis pikir dengan tindakan gegabahnya ini. Harusnya dia sudah tau rencana Taeji yang menjebak emosinya.

Jihoon semakin geram ingin memasukan Taeji dalam jeruji besi. Namun bukti apa yang bisa dia jadikan penguat kesalahan? Dia tidak memegang satu bukti pun. Informan yang dia bayar, juga tidak menemukan petunjuk apa pun. Taeji sungguh muncul secara tiba-tiba dari dunia ini.

Yang dirancang untuk menghancurkan mereka.

Mata Jihoon beralih melihat buku catatan milik appa Jira yang belum dia baca. Melihat Jira yang kacau kemarin, membuatnya kehilangan mood untuk meneliti sesuatu. Tapi sekarang yang bisa dia lakukan juga hanya menunggu. Dia tidak bisa menelepon Jira karena gadis itu sedang trauma dengan bunyi telepon. Dia juga tidak bisa menghubungi Hwang Li yang pasti sedang sibuk menjaga gadisnya.

Lagi-lagi Jihoon menghela napas. Orang-orang berusaha menyelesaikan masalah, tapi dia hanya duduk diam membaca buku catatan orang lain. Tidak berguna sama sekali.

Jihoon terus membalikkan halaman demi halaman catatan milik tuan Yoon. Tidak ada yang bisa dia temukan di sana selain jadwal-jadwal pribadi dan juga catatan kecil dari tahun 2000. Catatan yang sungguh usang.

Lama-lama rasa bosan mulai menghampirinya. Jihoon menguap. Dia hendak menutupnya. Namun sekali lagi dia membuka secara asal catatan itu, membaca halaman yang dibukannya dan dirinya langsung tertarik membaca hal tersebut.

21 April 2009
Menemani kebarat mengunjungi panti asuhan

30 April 2009
Acara penyambutan anggota keluarga baru di kediaman Kang

☆☆☆

"Aku dan Joshua akan masuk dan mencari informasi. Kalian di sini dan awasi orang yang bernama Taeji itu." Kata Jeonghan. Memberi interupsi pada Dino, Wonwoo dan Minghao.

"Benarkan nama anak yang dicurigai itu Taeji?" Yakinkan Joshua.

Dino mengangguk yakin. "Itu yang CEO dan Hoshi hyung bilang."

Tidak menunggu lebih lama lagi, Jeonghan dan Joshua segera turun dari mobil dan melangkah menuju rumah yang sudah mereka awasi sejak pagi. Sengaja menunggu orang bernama Taeji keluar dari rumahnya sendiri.

Meski mereka tidak tau wujud Taeji sesungguhnya, tapi menurut informasi dari Soonyoung, Taeji adalah anak laki-laki satu-satunya. Jadi tidak akan sulit menebaknya.

Jeonghan dan Joshua menekan bel pintu tersebut. Tidak melupakan kesopanan seperti yang sudah dilakukan Jihoon sebelumnya. Menunggu seseorang di dalam sana membukakan pintu tanpa minta diburu-buru.

Membungkuk 90 derajat saat seorang wanita tua membukakan pintu. Wanita itu terlihat tidak mengenali mereka, tapi saat Joshua memperkenalkan diri mereka sebagai Seventeen. Wanita itu hampir saja menutup pintu kembali. Tapi ditahan dengan cepat oleh kaki Jeonghan yang sudah siaga di kaki meja.

"Bisa kita bicara sebentar? Kita tidak berniat membuat keributan. Hanya ingin meminta maaf atas perbuatan member kami yang sudah membuat kekacauan." Kata Joshua.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang