Dentuman piano berdenting memenuhi ruangan kecil yang begitu estetik dengan lampu-lampu biru menyinari ruangan tersebut. Semakin lama dentingan itu berbunyi, semakin lembut pula suara Jihoon berdengar. Pria itu makin memperdalam penghayatannya.
Namun, rekamannya harus terhambat karena seseorang tiba-tiba datang dan menepuk pundaknya.
"Dokyeom-ah!!" Teriak Jihoon. Geram karena beberapa bait lagi dia sudah menyelesaikan lagunya.
"Mianhaeyo. Ku kira hyung sedang membuat lagu seperti biasa." Secepat mungkin Seokmin memohon ampun pada hyung sekaligus komposer di grupnya. Walau bukan tipe produser galak, tapi kan Seokmin takut juga.
Jihoon menghela napasnya. "Ya sudah. Sekarang kenapa kau datang?" Tanya Jihoon setelah mengampuni Seokmin. Dia mengambil ponselnya yang digunakan untuk merekam tadi. Menghapus video itu tanpa memutarnya lagi. Percuma juga disimpan, ada teriakan Seokmin.
"Cuma mau ganggu hyung saja." Setelah itu Seokmin kabur ke luar ruangannya dengan teriakan 'Ampun' yang sangat kuat.
Meninggalkan Jihoon yang sangat ingin mengejarnya, namun malas untuk beranjak dari kursi. Sampai dirinya mendengar suara tertawaan milik Seungkwan dan Soonyoung. Mereka sungguh mencari masalah denganku ya. Pasti ini rencana si sipit manusia harimau jadi-jadian itu. Batin Jihoon. Sangat kuat menahan geramnya.
Dengan menarik dan keluarkan napas berkali-kali, Jihoon berusaha mengembalikan mood menyanyinya. Jika dia marah-marah begini, hasil cover-nya akan jadi buruk.
Jihoon kembali menaruh ponselnya di dekat komputer. Merekam langsung ke arah keyboard-nya dan mulai memainkan intro pada cover lagi hari ini.
Semoga dia menyukainya. Batin Jihoon disela jari-jarinya menari di atas tuts keyboard.
☆☆☆
"Jira-ya~"
Refleks mata Jira memutar untuk kesekian kalinya mendengar keluhan sahabatnya. Sebenarnya berapa kali anak ini membersihkan rumahnya? Jangan-jangan selalu kabur lagi jika ada kegiatan bersih-bersih bersama. Batin Jira mengeluh.
"Ruangan sekecil ini, kenapa banyak sekali debunya? Tadi kan aku sudah menyapu lantainya. Sekarang karena debu, aku harus menyapu lagi dong? Kerja dua kali dong? Jira-ya~" Keluh Hwang Li.
"Kan sudah ku katakan bersihkan debu dulu, baru menyapu. Kaunya tidak mau dengar." Balas Jira. Masih sibuk menata beberapa barang yang ada di lemari. Memisahkan baju miliknya dengan milik Hwang Li yang belum sempat tertata.
"Habisnya menyapu terlihat tidak terlalu melelahkan." Memangnya ada bersih-bersih yang tidak melelahkan? Balas Jira dalam hatinya sendiri.
"Kalau begitu aku yang akan gantian menyapu nanti. Tapi kau lanjut ke tempat tidur ya."
"Yeay.. Bisa tiduran!!" Seru Hwang Li. Kembali bersemangat untuk membersihkan debu itu lebih cepat. Hingga Jira dapat mendengar beberapa kali teriakan Hwang Li yang jijik karena kejatuhan sarang laba-laba. Dia hanya dapat menggelengkan kepalanya. Menyelesaikan salah satu tugasnya dengan cepat. Lalu lanjut mencuci baju-baju mereka.
"Aku tidak menyuruhmu tidur. Tapi ganti spray-nya. Nanti biar aku sekalian cucikan." Kata Jira.
"Kau cuci manual? Ih jangan! Tidak boleh!!" Jira mengerutkan keningnya. Belum sempat dia memasukkan air pada ember baju-baju kotor itu, Hwang Li sudah muncul dan menarik Jira keluar dari kamar mandi.
"Waeyo?!" Protes Jira. Dia kan hanya mau mencuci baju. Bukan merobeknya.
"Kau ini kan idol, masa cuci baju. Nanti kalau tanganmu rusak bagaimana? Kasar dan lain-lainnya. Bukan hanya orang-orang yang protes padaku tapi kekasihmu juga bisa langsung mengintrogasiku." Oceh Hwang Li sambil menepuk-nepuk tangan Jira.
![](https://img.wattpad.com/cover/212086715-288-k582918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Fiksi PenggemarBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...