17. Woozi Kedua

219 27 6
                                    

"Kalian mau ikut?"

Semua yang ada di dorm itu sontak melihat ke arah sumber suara tersebut. Sebagian dari mereka bertanya-tanya pada siapa dia bicara? Sebagian lagi bertanya, ikut ke mana? Tidak ada yang mengerti maksud sebenarnya pertanyaan tiba-tiba itu, sampai Jihoon kembali berkata, "Kenapa kalian diam?"

"Memangnya hyung mau ke mana?" Tanya Seungkwan membuka suara.

"Ku kira hyung bertanya pada yang lain. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba mengatakan itu. Kan bingung." Keluh Mingyu yang tadi sangat fokus dengan kameranya bersama Wonwoo.

Setelah itu semua orang beramai-ramai menyuarakan isi hatinya hingga Jihoon kewalahan ingin bicara. Beberapa kali ucapannya terputus karena kalah dengan suara mereka yang mendominasi. Jihoon yang tidak kuat lagi menahan kegeramannya, akhirnya mengeluarkan amarahnga

"Ya!!! Jika kalian ingin aku menjawabnya, kalian diamlah! Kalian ini maunya apa?!!" Teriak Jihoon. Penuh keemosian.

Dibanding rasa takut, mereka semua justru tertawa karena melihat Jihoon yang berteriak frustasi. Walaupun sehabis marah, Jihoon juga ikut tetap tertawa setelahnya. Membuat beberapa orang berpikiran, Jihoon begitu menggemaskan.

Setelah dirasa suasana sudah cukup membaik, Jihoon berkata, "Aku ingin ke apartemen Jira. Kalian berkata ingin bertemu dengannya kan? Ah iya, aku juga lupa mengatakan jika kita semua boleh pergi bersamaan ke sana kemarin."

Lagi-lagi mereka merusuh. Banyak protes yang keluar dari bibir mereka. Membuat Jihoon tertawa, entah karena apa. "Mianhae." Kata Jihoon. Tidak ada tanda penyesalan sama sekali.

"Kenapa hyung tidak bilang? Kita kan jadi tidak bisa membawakan apa-apa untuk Jira noona." Timpal Dokyeom. Wajah Jihoon memiring menatap Dokyeom. Memang harus membawa apa? Ketemu Jira saja. Batinnya berpendapat. Selama dia menemui Jira, dia juga tidak membawakan apa-apa. Hanya beberapa kejutan kecil saja.

"Ekspresi Woozi menunjukkan jika dia tidak pernah membawa buah tangan untuk Jira." Kata Jeonghan. Membaca dengan jelas ekspresi kebingungan Jihoon.

Tanpa rasa bersalah, Jihoon membalasnya dengan, "Memang harus bawa?"

"Masa kau tidak pernah membawakan hadiah kecil untuk kekasihmu sendiri? Kekasih macam apa kau?!" Omel Seungcheol.

"Kenapa jadi hyung yang paling marah?" Timpal Seungkwan setengah tertawa.

Seakan ingin melerai, Jeonghan membuka suaranya kembali. "Aku tau maksud kenapa Seungcheol marah-marah. Dia mungkin sempat suka dengan Jira, tapi ditolak karena Jira suka dengan Woozi." Kata Jeonghan. Justru semakin memanaskan perdebatan.

Mengakhiri percakapan dengan Seungcheol memberikan pelajaran dengan cekikan ringan di leher Jeonghan. Orang yang dicekik pun tertawa dengan sedikit berteriak karena senang bisa mengerjai leader-nya kembali.

Jihoon menanggapinya dengan tertawaan. Dia tau bagaimana karakter hyung-nya itu. Mau Seungcheol atau Jeonghan. Seungcheol tidak mungkin berbuat demikian dan Jeonghan hanya membuat jokes seperti biasa. Jihoon tidak menanggapinya dengan serius.

"Kenapa kita tidak memesan pizza saja? Kita makan di sana bersama." Saran Minghao. Semua terdiam dan berdecak kagum. Menyetujui saran Minghao dengan cepat. Sebagai perwakilan Seungkwan mengeluarkan ponselnya dan hendak memesan pizza tersebut. Beberapa member merapat untuk ikut memilih jenis pizza-nya.

Semua terlihat sibuk. Hanya Jihoon yang diam berdiri, Soonyoung yang tampak memikirkan sesuatu, Jeonghan dan Seungcheol yang masih bertengkar sedikit bercanda. Sedangkan sisanya hanya menonton pertengkaran dua anggota tertua itu.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang