Jengg.. jengg..
Aku gak sadar ternyata udah 10 vote aja pagi ini. Maaf ya aku agak tepat. Tapi terima kasih banyak karena aku bisa dapat 10 vote lagi dalam waktu dekat 😘❤
Aku kira tidak akan sampai. Terima kasih banyak. Aku seneng banget 💕
Ayo kita lanjut ceritanya.
Hati-hati mengandung unsur emosi 😅Happy Reading~
☆☆☆
"Yeoboseyo, kau sedang di mana? Woozi sudah pergi kan? Aku akan menjemputmu. Katakan di mana kau sekarang!"
Jira menjauhkan telinganya dari benda pipih tersebut. Teriakan Hwang Li tidak pernah ada yang bisa menandingi. Belum juga pertanyaan satu dijawab, sudah bertanya yang lain saja.
"Jira-ya!!!" Bahkan saat ponselnya dijauhkan, Jira masih bisa mendengar teriakan temannya itu.
"Kecilkan suaramu. Telingaku sakit." Jawab Jira dengan suara sumbang.
"Suaramu kenapa? Kau habis menangis? Apa kau- Sekarang kau di mana?!!"
Jira menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan itu. "Gwaenchana. Habis buka memori lama aja. Jihoon baru pergi. Dia ada syuting. Sekarang aku sendirian di rumah."
"Di rumahmu?"
"Ne. Kita diminta tinggal di sini lagi. Katanya di sana sudah-" Ucapan Jira segera dipotong Hwang Li.
"Kita bicarakan ini nanti setelah kita bertemu CEO. Kami akan datang menjemputmu. Kalau bisa, kau jangan buka sosial media apa pun. Ikut saja perintahku."
☆☆☆
Jihoon turun begitu saja tanpa pembicaraan apa pun dengan teman-temannya yang ada dalam satu mobil. Sejak dirinya ditelepon Seungcheol pun, pikirannya tidak lagi bisa digunakan untuk memikirkan hal lain.
Apalagi yang terjadi sampai CEO-nya langsung memberikannya pilihan itu. Mengumumkan hubungannya atau putus? Tangan Jihoon mengepal setiap kali melafalkan kata 'Putus'. Tidak akan ada yang bisa membuat Jihoon mengucapkan hal itu. Tidak siapa pun.
Baru juga aku menyinggung soal lamaran. Tapi tiba-tiba telingaku disinggung dengan kalimat menyebalkan itu. Jika alasannya tidak masuk akal, aku tidak segan-segan untuk marah dengan CEO. Tekad Jihoon.
Tidak melupakan sopan santunnya, Jihoon mengetuk pintu ruang CEO Han terlebih dahulu. Mendengar ucapan 'Masuk' dari dalam, Jihoon baru membuka pintu tersebut dan melangkah masuk. Wajahnya tampak serius melihat wajah CEO yang sama tidak santainya.
"Duduk, Woozi-ya."
Jihoon menurutinya. Saat dirinya ingin langsung membuka mulut atas jawaban tadi, CEO menyela ucapannya, "Saya yakin kau belum tau berita yang sedang hangat hari ini."
Kerutan di kening Jihoon membuat CEO tidak perlu menunggu lama jawaban Jihoon, pria itu pun kembali bicara. "Sekarang buka handphone-mu dan lihat berita dihalaman utama."
Jihoon kembali menurut. Tangannya meraih ponsel yang ada di saku celananya. Mencari berita yang dimaksud CEO Han tersebut. Namun ternyata berita itu tidak terlalu sulit ditemukan. Mata Jihoon langsung di hadapkan dengan judul berita yang membuat kepalanya mendidih.
Fakta dibalik kesuksesan Jiyoon sebagai penyanyi solo ternyata tidak lepas dari campur tangan mendiang ayahnya.
Tangan Jihoon gatal ingin membaca berita lain yang berhubungan dengan ini. Tapi ini terlalu banyak. Bisa-bisa Jihoon menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat setiap berita dengan komentar netizen yang terkadang berlebihan. Ingin rasanya Jihoon meremukkan ponselnya saja saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Fiksi PenggemarBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...