Jihoon merapihkan penampilannya tanpa melihat cermin. Mengenakan jaket dan juga topi untuk menutupi setengah wajahnya. Berpikir sejenak apakah perlu menggunakan masker atau tidak jika hanya keluar menemui Jira?
Jarak mereka hanya beberapa langkah. Tidak sampai setengah jam. Mungkin tidak apa-apa tidak menggunakannya, sudah jam satu pagi juga. Batin Jihoon berkomentar.
"Hyung, kau mau ke tempat Jira ya?" Tanya Mingyu dengan dirinya yang berbaring di atas ranjang. Jihoon hanya menjawabnya dengan sebuah gumaman sebagai tanda iya.
"Hati-hati lah. Tiba-tiba perasaanku tidak enak." Katanya lagi.
Jihoon memberikan perhatian pada salah satu adiknya yang menjadi teman sekamarnya itu jika di dorm. "Nde." Balasnya singkat. Lalu kembali merapihkan penampilannya.
"Aku serius. Ya walaupun firasatku tidak bisa dipercaya, tapi kan tidak ada salahnya berhati-hati. Pakai maskermu." Perintah Mingyu.
Jihoon tertawa kecil. "Secara logika, jika tidak bisa dipercaya, untuk apa diikuti." Balasnya. Menganggap ucapan Mingyu hanyalah lelucon. Mengabaikan ekspresi keseriusan Mingyu. Kadang dongsaeng-nya itu suka berpikir yang berlebihan. Tapi benar juga katanya, tidak ada salahnya berjaga-jaga.
"Baiklah, aku akan memakai maskerku." Kata Jihoon. Lalu mengenakan masker hitamnya. Sekarang dari bawah sampai atas, semua pakaiannya berwarna hitam. Memungkinkan dirinya menyatuh dengan kegelapan dan memanipulasi menjadi bayangan. Mengkhayal.
"Apa hyung tidak bisa telponan dengan Jira saja malam ini? Tidak perlu harus datang. Karena hyung marah tadi siang, jadi aku memikirkan hal yang tidak-tidak." Kata Mingyu. Masih dengan kecurigaannya.
"Kau sudah orang kesekian kalinya yang mengatakan ini padaku. Tapi aku sudah janji pada Jira. Aku tidak mau mengecewakannya." Balas Jihoon.
"Siapa saja yang sudah mengatakannya?"
Jihoon berpikir sejenak. "Mungkin hampir semuanya."
"Termasuk Jeonghan hyung dan Wonwoo hyung?" Ucap Mingyu dengan cepat. Dan Jihoon hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan sebelum dirinya berpamitan pada teman sekamarnya itu, yang kemungkinan malam ini dia akan mengganggu di tengah tidurnya karena baru pulang. Jika memang Jihoon bisa menganggu si tukang tidur itu.
"Tetap hati-hati! Perhatikan sekelilingmu! Jangan sampai lengah!!" Teriak Mingyu agar dapat terdengar oleh Jihoon. Ketika telinganya mendengar sebuah pintu tertutup lagi, dia dapat yakin jika Jihoon sudah benar-benar pergi. Helaan napas pun menemani kesunyiannya.
"Jeonghan hyung dan Wonwoo hyung kan lebih sering beruntung dariku. Bagaimana jika firasat mereka benar?" Gumam Mingyu. Sendirian.
Lalu tidak lama dia mengerang sendiri dengan perasaan tidak enaknya itu. Ku doakan Jihoon hyung baik-baik saja sampai rumah Jira noona. Batin Mingyu. Mengembalikan tubuhnya pada posisi berbaring sambil memainkan ponselnya. Mengecek kabar media akhir-akhir ini.
☆☆☆
Seperti yang sudah teman-temannya peringatkan, Jihoon menggunakan topi hoodie yang dipakainya. Menurunkan topi yang dipakainya agar lebih menutupi matanya. Merapatkan masker yang membuat wajahnya tertutup bayangan dengan sempurna.
Jihoon menundukkan kepala selama berjalan agar dirinya tidak tertabrak atau terjatuh karena tidak bisa melihat dengan jelas demi melindungi wajahnya. Meskipun suasana sepi, sunyi dan kemungkinan ada orang itu sedikit, rasanya tetap saja tidak enak jika mengabaikan peringatan teman-temannya yang sudah peduli. Lagipula hanya menutupi wajah
Tidak sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanficBook 2 Lanjutan dari Partiture Dulu hobi ku bukan bermusik, tapi sekarang aku berkutat dengan alat musik. Tidak pernah terlintas dipikiranku ingin menjadi penyanyi, tapi aku telah menjadi bagian dari dunia para musisi. Tidak ku sangka, hidupku berub...