Di pagi hari, seorang perempuan dengan pakaian sport terlihat sedang menggayuh sepeda sambil menikmati pemandangan yang tersaji di setiap samping jalan yaitu hamparan sawah yang sudah siap untuk di panen oleh para petani.
Kalian harus tahu bahwa para petani panen sebanyak dua kali dalam setahun.
Perempuan tersebut memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket untuk membeli cemilan dan skincare. Tidak ingin berlama-lama, setelah melakukan pembayaran, perempuan tersebut langsung keluar dari minimarket untuk bergegas pulang.
Intana Anjani, itu nama lengkap gue. Mahasiswi semester akhir Ekonomi dan Bisnis di salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Di Surabaya, gue tinggal sendiri, yeah.. gue memutuskan untuk merantau padahal gue anak yang cukup---
Dug!
Intan cukup terkejut saat dirinya menabrak bagian belakang badan mobil yang berhenti secara mendadak tepat di depannya, padahal dirinya bersepeda di pinggir jalan. Alhasil, sepeda beserta belanjaannya semua ikut terjatuh ke tanah. Termasuk dirinya.
Intan segera bangun lalu membersihkan pakaiannya yang terlihat kotor dengan menepuk-nepuknya, agar butiran-butiran tanah yang menempel pada pakaiannya itu pergi. "Supirnya mabuk apa gimana sih?! Masa dia nggak liat ada gue di pinggir jalan." setelah selesai membersihkan pakaiannya, Intan segera menghampiri mobil tersebut.
Intan hendak berteriak kencang sambil mengetuk brutal kaca bagian kemudi karena saking kesalnya, tapi merasa itu tidak sopan... jadi hanya mengetuknya saja. Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka terlihat ada seorang pria tua.
"Ada apa, Neng?"
Melihat respon sang pelaku yang sangat santai, seperti tidak merasa bersalah atas kesalahannya. Intan jadi sangat kesal sampai kedua matanya membesar.
"Bapak lagi nggak mabuk 'kan?"
"Nggak lah, Neng. Saya 'kan lagi mengemudi jadi nggak mungkin apalagi kalau bawa penumpang, bahaya."
Intan mengangguk membenarkan. "Bapak berhenti mendadak di depan saya itu kenapa? Saya bisa laporin Bapak loh ke pihak berwajib karena 'itu' hampir aja bikin saya celaka."
"Astagrullah! Neng nggak papa 'kan?"
"..."
"S-saya minta maaf, jangan laporin saya, saya siap buat tanggung jawab asal jangan dilaporin ya, Neng."
"..."
"Saya mendadak berhenti itu karena kedua ban mobil bagian belakang tiba-tiba bocor, karena panik saya langsung banting stir ke pinggir jalan tanpa membunyikan klakson. Saya salah, t-tolong maafkan saya, Neng."
Intan menghela napas. "Lain kali hati-hati ya, Pak. Untung situasi jalan lagi sepi jadi tidak terjadi kecelakaan parah."
"Iya, Neng. Sekali lagi saya minta maaf."
"Iya, Pak"
Ting!
Pintu bagian penumpang terbuka, seorang pria tampan bertubuh tinggi dan besar, dari atas sampai bawah pakaiannya terlihat sangat mewah. Dia adalah seorang putra tunggal sultan minyak asal Dubai, Salawiyah Akbar.
Akbar melepaskan kaca mata hitamnya lalu menatap tajam sang supir. "Lama sekali. Apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan di luar sini---Oh... jadi ini yang membuat kamu nyaman berada disini! Kamu sedang menggoda seorang wanita ternyata. Pantas saja."
Intan langsung melotot saat mendengar hal tersebut. Tentu saja dia tidak terima! Pak Sopir yang mendengar hal tersebut juga jadi tidak enak pada perempuan itu karena perempuan itu tidak bersalah tapi ikut kena imbasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
General FictionAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...