23.

1K 72 2
                                        

"Mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga istri kamu terutama diri kamu sendiri," ucap Salawiyah, mengingatkan kembali agar putranya itu untuk lebih waspada dan berhati-hati dalam menjaga menantunya yang berasal dari keluarga mafia belum lagi nanti dari para pesaing bisnis. Sialnya, mereka ternyata bekerja sama.

"Jika kamu sedang dalam masalah mau itu masalah keluarga ataupun bisnis, jangan diam saja dan menyelesaikannya seorang diri, ingat kamu masih punya orang tua yang siap membantu kamu kapanpun dan dimana pun kamu berada!"

"Ayah yakin, banyak yang sudah mengincar istri kamu mau itu dari para pesaing bisnis kamu ataupun dari para musuh Sera."

Akbar menghela napas lalu bersandar pada sandaran sofa, sedang memikirkan cara agar istrinya itu tetap aman, tenang, dan bahagia dimanapun istrinya nanti berada.

Di ruangan yang berbeda, terlihat 2 orang perempuan sedang sibuk dengan peralatan dapur.

"Mama ingin sedikit bercerita apa boleh?"

Intan menganguk. Jujur saja, dia masih malu dan merasa canggung berinteraksi dengan mertuanya, tentu saja karena ini adalah pertama kalinya mereka bertemu dan berinteraksi secara langsung.

"Dulu, Mama bingung banget karena dari sekian banyaknya wanita karir di luar sana tapi kenapa Salawiyah tetap memilih Mama yang punya banyak kekurangan ini?" Ami melempar adonan tepungnya ke dalam wadah untuk melampiaskan rasa penasarannya terhadap suaminya, Salawiyah.

"Mama hanya gadis biasa, tidak cantik tapi tidak jelek juga, balance..." Ami tertawa geli, Intan hanya tersenyum. "Tidak punya bakat spesial, miskin pula, Mama banyak kekurangannya.."

Intan tertawa pelan mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Ibu dari suaminya itu yang terlalu terus terang. "Setiap manusia pasti punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, Mama"

Ami menganguk setuju.

"Intan juga sempat punya pemikiran seperti itu, apalagi kita itu beda negara 'kan, jauh sekali.. tidak terpikirkan bahwa kami akan berjodoh, apalagi soal menikah muda, itu sangat di luar rencana karena dulu rencananya, habis lulus kuliah mau fokus kejar karir dulu dan ternyata Tuhan punya rencana lain."

Ami tersenyum mendengarnya, "Aku sangat bersyukur."

Intan refleks menoleh.

"Dulu aku khawatir sekali.. Akbar begitu tertutup terhadap wanita manapun kecuali aku," Ami langsung tertawa lepas, merasa bangga.

"Aku takut sekali kalau ternyata putraku itu punya penyakit kelamin karena dia seorang putra tunggal, yang jelas-jelas akan mempermalukan nama keluarga ini, sudah pasti aku juga akan kena,"

Ami menghela napas lelah. "Aku hampir menyerah memperkenalkan beberapa wanita dari yang cantik, karir, sexy dan masih banyak lagi tapi semuanya selalu di tolak mentah-mentah oleh suami kamu itu tanpa alasan yang jelas."

"Bahkan aku hampir menjebaknya untuk 'one night stand' dengan wanita lain untuk mencari tau apakah suami kamu itu benar-benar punya penyakit kelamin atau tidak,"

Intan terkejut mendengarnya, mertuanya ini nekat juga.

"Sayangnya aku tidak punya keberanian sebesar itu, kalau aku berani aku sudah melakukannya sejak dulu tapi karena aku takut akan di bunuh karena 'one night stand' salah satu larangan keras di keluarga ini, sangat di larang sampai ada sanksinya."

"Akhirnya aku menyerah untuk mencarikan putraku pendamping karena aku ingat dan percaya bahwa 'manusia sudah diciptakan secara berpasang-pasangan' setelah itu aku serahkan semuanya pada Tuhan saja."

"Walaupun aku berhasil mencarikan pendamping untuk putraku tapi kalau menurut Tuhan tidak berjodoh, maka percuma saja, tidak akan berjalan dengan baik hubungan mereka nanti."

Ami langsung menatapnya sambil tersenyum begitu lembut, membuat Intan jadi bingung sekaligus malu karena diperhatikan begitu intens. "Dan ternyata... jodoh putraku itu begitu jauh, pantas saja aku tidak berhasil menemukannya, ternyata sangat limited edition."

Intan tertawa pelan, terkesan malu. "Mama bisa saja,"

"Kalian ingin honeymoon kemana?"

Intan diam. Mereka belum sejauh itu.

"Mama ada saran, kalian honeymoon di pulau pribadi milik keluarga ini saja, kalian tidak perlu khawatir untuk masalah privacy atau takut akan ada yang mengganggu kalian nanti,"

"Mama bukan sombong tapi ini kenyataannya, keluarga ini memang sangat kaya, Mama saja terkadang bingung ingin menghabiskannya dengan apa karena kekayaan keluarga ini sepertinya tidak ada habisnya, terkadang Mama sampai frustasi."

"Mama tidak suka shopping?"

"Sayang, Mama suka belanja apalagi belanja bulanan itu sudah pasti, tapi kamu pikir saja, sebulan Mama harus menghabiskan uang di atas 1 miliar!"

"Mama, bukankah itu nominal yang kecil untuk hidup di Dubai?"

Ami menganguk. "Itu memang nominal yang terbilang kecil hanya saja, Mama masih belum terbiasa. Walaupun begitu, kami tetap bersyukur dan tidak lupa berterima kasih kepada Tuhan karena kebutuhan keluarga kami selalu tercukupi."

Intan menganguk, itu point utama.

"Saat suami kamu masih kecil, Mama selalu bermain dengannya tapi ketika sudah besar, sifatnya sama persis seperti Salawiyah, menyebalkan, apalagi semenjak suami kamu masuk ke dalam dunia bisnis, Salawiyah sibuk membimbing suami kamu dan akhirnya mereka jarang sekali pulang, terlalu banyak menghabiskan waktu di kantor dan akhirnya Mama kesepian di rumah sebesar ini."

"Bunda 'kan bisa menghabiskan waktu dengan perawatan atau shopping?"

Ami menganguk. "Tapi yang Mama pikirkan saat itu hanya ingin menghabiskan waktu dengan suami dan putra kami, bukannya asik sendiri."

"Tapi sekarang Mama sudah punya seorang menantu cantik dan tidak lama llag Mama juga akan punya cucu menggemaskan dari kalian, jadi.. Mama tidak akan kesepian lagi saat Salawiyah sibuk bekerja,"

"Jadi, kita harus menyusun rencana dari sekarang untuk menghabiskan waktu bersama-sama, pertama; tentu saja shopping, kemudian jalan-jalan menyusuri setiap sudut kota, latihan memakai senjata dan beladiri, dan masih banyak lagi."

"Kenapa kita harus latihan untuk memakai senjata dan beladiri?"

Ami mengusap lembut rambut menantunya itu. "Kita ini 'kan istri dari seorang pengusaha ternama dan tentu saja kita akan punya banyak sekali musuh dari para pesaing bisnis suami kita yang sudah pasti akan mencoba untuk memanfaatkan kita demi keberhasilan rencana buruk mereka,"

"Apalagi kamu 'kan dari keluarga mafia dan itu sudah pasti kamu akan punya banyak sekali musuh dari pada Mama, bukan hanya musuh dari para pesaing bisnis suami kamu tapi juga musuh dari Sera 'kan?"

"Apa?"

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang