18.

877 68 2
                                        

Akbar keluar dari mobil lalu segera memasuki gedung fakultas. Hari ini dia ada kuis juga ada janji dengan dosen pembimbing, hari ini mungkin dia akan sedikit sibuk.

"Irgi, aku serahkan semuanya padamu karena hari ini sepertinya aku akan sangat sibuk,"

"Tuan tenang saja, jangan khawatir---percayakan semuanya pada saya,"

Akbar memutuskan panggilan secara sepihak, menyimpan ponselnya di saku celana lalu segera memasuki kelas sebelum kuis di mulai.

Dimana dia?

Akbar tidak melihat keberadaan Intan di tempat duduknya---tempat duduknya masih kosong karena penghuninya tidak ada, bahkan di setiap sudut kelas juga tidak ada.

"Pintan, kenapa dia belum juga masuk bukankah sebentar lagi kuis akan di mulai?"

Pintan menoleh ke samping, melihat jam tangannya setelah itu mengambil ponselnya untuk memastikan sesuatu lalu menyimpannya kembali di meja.

"Sedang dalam perjalanan,"

"Apa?"

"Dia memang suka terlambat tapi walaupun begitu pihak kampus tidak pernah berani memberinya sanksi,"

"Benarkah?"

"Iya, bahkan terkadang aku suka menaruh curiga padanya, curiga dia punya orang dalam disini karena itulah dia selalu baik-baik saja walaupun suka melanggar peraturan kampus,"

"Itu sangat tidak adil,"

Pintan tersenyum kecil, "Itulah keuntungan untuk orang yang punya privilege,"

"Menurut kamu, dia orangnya bagaimana?"

Pintan berpikir, "Sangat sederhana walaupun aku tau bahwa hidupnya sangat luar biasa, dan juga orangnya sedikit acuh dengan keadaan sekitar dan ya... dia tidak suka anak kecil---menurutnya anak kecil itu berisik, apalagi untuk anak kecil yang keras kepala dan rese, menyebalkan menurutnya,"

Bagaimana jika nanti takdir mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan?

Tidak terlalu masalah untuk masalah anak, hanya saja dia ingin suatu saat nanti akan ada penerus untuk perusahaannya, dia mengiginkan pewaris dari darah dagingnya sendiri.

"Apa dia pernah mengatakan padamu bahwa dia sedang menyukai seseorang?"

"Tidak pernah, tapi aku yakin se-cueknya dia---pasti pernah merasakan yang namanya jatuh hati hanya saja aku tidak tau pria mana yang sudah berhasil menarik perhatiannya,"

"Bahkan aku tidak tau dia pernah berpacaran apa tidak, yang jelas saat ini dia sedang tidak berpacaran,"

"Aku adalah perempuan normal yang pastinya sudah tau bagaimana manis pahitnya dunia percintaan," ucap Intan, duduk di tempatnya lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"Dan ya, aku bukan siapa-siapa disini lebih tepatnya aku bukanlah orang penting yang punya kuasa lebih disini, aku sama seperti kalian hanya mahasiswa biasa,"

Akbar terdiam, dia tidak tau apa sedang berbohong?

"Terus kenapa lu baru masuk?"

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang