Seorang pria berpakaian formal keluar dari mobil lalu membuka pintu bagian penumpang. Seorang pria lagi yang keluar, hanya saja lebih tampan dan dewasa.
Irgi tau siapa mereka berdua!
Hari ini, ia tidak tau harus bersyukur apa menyesal karena bisa bertemu orang-orang sekelas mereka di satu tempat, secara langsung dan dalam jarak yang sangat dekat!
Haruskah ia abadikan seperti... meminta foto? Irgi yakin, jika teman dan para seniornya tau, dia akan langsung terkenal di tempatnya nanti!
Apa boleh mengambil gambar mereka?
Itu private!
Dia tau, lagi pula dia tidak punya keberanian sebesar itu untuk mengambil gambar mereka saat ini, nyawanya yang jadi bayarannya nanti. Bahkan mereka bisa saja dengan mudah melenyapkan dirinya tanpa sepengatahuan orang lain sekarang juga.
Sebentar, jangan-jangan mereka semua ada disini bukan hanya karena kebetulan saja tapi sudah direncanakan? Jika benar, ini pembunuhan berencana!
"Berhenti berpikiran buruk, Irgi." Dikying tidak punya kemampuan untuk bisa membaca pikiran seseorang hanya saja, ekspresi atau respon yang dikeluarkan oleh Irgi saat ini mudah sekali di tebak.
"Bukankah sudah aku bilang, jangan biarkan istriku keluar dari rumah sampai aku pulang. Apa perlu aku ingatkan lagi?"
Mereka bertiga diam saja.
"Istriku tidak boleh pergi tanpa sepengetahuanku, tapi kenapa kalian membiarkannya pergi dan tidak memberitahuku sama sekali?"
"Aku bisa saja membunuh kalian semua disini dan semua orang yang ada di markas sekarang juga karena kalian."
David Ovason, dia pria yang punya posisi paling tinggi di antara mereka saat ini. Dia punya kuasa dan kendali paling kuat, maka dari itu mereka bertiga memilih diam, merespon jika terpaksa.
"Tuan?"
Davin hanya menoleh saat asistennya memanggil.
"Nyonya ada di dalam rumah ini."
"Aku akan ke dalam, memberinya hukuman dan untuk kalian bertiga---jangan senang dulu, siapkan diri kalian karena kalian juga akan mendapatkan hukuman."
David melangkah menjauhi mereka semua, menaiki setiap anak tangga penuh tekanan menuju pintu utama untuk masuk ke dalam rumah.
"Argh... bagaimana bisa dia tau istrinya ada disini?" Peng terlihat panik.
Chen bersedekap dada sambil menghela napas. "Apa yang tidak dia ketahui? Mencari tau letak keberadaan seseorang terutama istrinya itu mudah untuknya, jadi jangan heran."
"Bob, bukankah dia sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri dan pulang besok?" tanya Peng
"Harusnya. Tapi saat tau istrinya keluar dari rumah, dia langsung membatalkan semua janji temu dengan para kolega bisnisnya, melakukan penerbangan cepat dengan private jet dan akhirnya sampai disini dengan menggunakan pakaian yang sama." ucap Bob, orang kepercayaan David.
"Itu artinya dia belum mandi?" Chen bertanya hal yang terdengar sangat tidak penting.
"Mandi dan makan tepat waktu. Katanya, dia harus bersih dan wangi---juga punya tenaga saat menghukum istrinya nanti kemudian menghukum kalian."
"Chk! Pria mesum." ucap Peng.
"Bagaimana dengan kau---makan dan mandi tepat waktu?" tanya Chen lagi.
Peng yang mendengarnya jadi kesal. Apa dia tidak punya pertanyaan lain?
"Not bad."
"Bob, kau bujuklah dia untuk tidak menghukum kami."
Bob tersenyum smirk. "Peng, seseorang yang sudah banyak sekali melakukan hal-hal yang berbahaya sekarang takut karena sebuah ancaman?"
"Bob, aku serius."
"Peng, kau salah orang. Kau harusnya minta ke Caca, bujuk suaminya itu untuk tidak menghukum kalian."
***
Sekarang, dua pasang manusia duduk saling berhadapan seperti sedang double date.
"Seharusnya kamu pulang minggu depan 'kan tapi apa ini?"
"Saat tau rumah sedang kedatangan tamu yaitu kakak kamu, aku khawatir sama kamu dan putra kita jadi aku mendadak pulang cepat."
"Bagaimana dengan semua pekerjaan kamu disana?"
"..."
"Memangnya kenapa kalau istriku ini datang berkunjung kesini menemui adiknya sendiri---apa salah?"
"Tidak, hanya saja setiap kedatangannya selalu membawa hal yang membahayakan nyawa kami."
"Jadi maksud kau, istriku ini pembawa sial?"
"Aku tidak mengatakan itu, kau yang mengatakannya sendiri."
"Cih, tidak tau terima kasih."
"Apa?"
"Ingat, saat usaha minyak---"
"David cukup."
"Sayang, kamu diam saja atau aku akan menghukum kamu disini sekarang juga, bagaimana?"
"David---"
"Aku sangat lapar tapi aku punya banyak sekali tenaga. Kamu paham 'kan apa perlu aku perjelas?"
"..."
"Pendapatan usaha minyak mu menurun drastis karena pesaing dan itu terjadi bulan lalu, karena penurunan itu yang membuat usahamu itu membutuhkan bahkan sekali suntikan dana, bahkan modal internal dari mu atau keluarga saja tidak akan cukup, aku yakin istrimu itu tidak tau 'kan?"
"Kau---"
"Saat itu terjadi, kau berusaha mencari suntikan dana eksternal atau dari pihak luar seperti bank atau perusahaan investasi tapi apa? Sayangnya tidak berhasil dan itu semua karena diriku. Kau dan keluarga bisa saja miskin saat itu juga walaupun dikatakan punya kekayaan tujuh turunan, tapi yang namanya musibah bisa saja 'kan?"
"Kau memiliki istri yang punya ikatan spesial dengan istriku itu balance, terkadang beruntung dan terkadang rugi."
"Istriku ini, dengan berani memberikan suntikan dana banyak sekali pada usaha mu, kau ingat saat ada satu perusahaan investasi asing yang mau menyuntikan dana padamu tanpa syarat? Itu adalah istriku."
"Istriku ini tau apa resikonya jika dia mengeluarkan terlalu banyak uang walaupun itu tidak akan sampai membuatnya miskin, hanya saja itu akan tetap berdampak kecil bagi arus keuangannya. Jadi, dengan pintarnya---licik lebih tepatnya, kartu yang aku berikan padanya untuk membeli kebutuhan pribadi maupun rumah dia berikan padamu. Jadi, suntikan dana yang kau dapatkan dari istriku saat itu adalah uangku. Aku yang membuat masalah tapi aku juga yang menyelesaikannya, chk!"
"Jadi, kau meminta uangnya kembali?"
"Seharusnya begitu 'kan di dalam dunia bisnis? Tapi tidak papa, aku ikhlas. Aku sendiri tidak akan miskin karena kehilangan kartu itu, aku punya banyak tapi jika kau memaksa ingin mengembalikannya, aku minta sebanyak 10 x lipat, bagaimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
General FictionAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...