Akbar kembali tersenyum mengingat kejadian tadi.
Intan juga tidak tau apa yang sudah dia lakukan atau berikan pada pria itu. Semua terjadi begitu saja dengan sangat cepat, semoga saja dia tidak menyesal dikemudian hari.
"Kenapa kita balik lagi ke lantai dasar?"
"Persediaan disini sudah hampir habis jadi kita cari mall yang lain saja,"
Akbar kembali melajukan mobil ke luar area mall lalu tidak butuh waktu lama mobilnya sudah kembali memasuki area mall lain. Akbar melepaskan sabuk pengaman lalu keluar dari mobil diikuti Intan.
"Gue kira mobilnya ikut masuk juga kayak tadi,"
"Bisa saja tapi karena kedatangan kita kesini sangatlah mendadak---tidak direncanakan jadi sedikit mustahil untuk kita bisa mendapat ijin dari pihak manajemen mall tanpa membuat perjanjian terlebih dahulu,"
"Gue kira bisa aja kalau uang sudah berbicara,"
Akbar tersenyum, "Kamu mau?"
"Nggak juga,"
Mereka berdua mulai memasuki area mall, tidak butuh waktu lama mereka berdua langsung bergegas menuju sebuah toko brand pakaian mahal.
"Ambil saja jika ada yang menarik perhatian kamu, aku tinggal dulu karena ada urusan sebentar,"
Intan menganguk saja, tidak peduli
Akbar segera pergi ke ruang ganti, dia butuh privasi untuk berbicara dengan orang yang sudah menelponnya.
"Akbar?"
"Ada apa?"
"Apa yang sudah kamu lakukan sampai menghabiskan uang sebanyak itu?"
"Aku sedang memanjakan pacarku, jadi tolong jangan ganggu putramu yang sedang berkencan,"
"Kau punya pacar?"
"Tentu saja bahkan kami sudah berciuman tadi," Akbar kembali tersenyum
"Apa?"
"Ayah tidak percaya?"
Salawiyah terdengar tertawa mengejek dari sana, "Kau sudah berani melakukan hal-hal yang berbau dewasa rupanya, berhati-hati lah jangan sampai kamu kelewatan atau jangan-jangan kamu sudah---"
"Tidak.. aku tidak berani melakukannya sebelum waktunya tiba,"
"Ayah percaya padamu,"
"Tapi jika pacarku memintanya lebih dulu aku akan melakukannya dengan senang hati,"
"Sialan kau,"
Akbar tertawa, "Apa ada lagi yang ingin dibicarakan?"
"Sangat sibuk rupanya, pergilah lalu manjakan pacarmu itu sampai kau bangkrut. Cepat matikan ponselnya sebelum pacarmu itu merajuk,"
"Baiklah,"
Akbar memutuskan panggilan lalu tersenyum lebar, hari ini benar-benar hari keberuntungannya tapi tidak untuk dompetnya. Tapi tidak papa, ini adalah momen langka jadi dia harus manfaatkan kebersamaan dia bersama sang pujaan setidaknya untuk hari ini saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
Ficción GeneralAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...