5.

1.7K 137 0
                                    

Tidak terasa sudah satu bulan dia disini, banyak pengalaman mencengangkan selama disini yang tidak mungkin akan dia rasakan saat di negara asalnya, Dubai.

Pertama; menaiki pepohonan dan memakan buahnya secara langsung, yaitu pohon mangga, jambu biji dan kelapa dan menurutnya pohon kelapa yang paling sulit. Tidak lupa saat dia kejatuhan ulat bulu, alhasil badannya langsung gatal-gatal lalu di rawat inap di salah satu rumah sakit swasta.

Kedua; mencuri bola golf yang jatuh ke danau atau sungai, bagaimana rasanya tenggelam di air yang kotor hanya untuk mencari beberapa bola golf untuk di jual nanti, jika orang tuanya tau dia berendam di air yang kotor pasti akan marah besar.

Wajar, karena keluarganya sangat menanamkan hidup bersih.

Ketiga; menjemur padi di tengah teriknya sinar matahari dan juga siap siaga saat cuaca tiba-tiba mendung. Dia hampir pingsan karena kegiatan itu.

Dan masih banyak lagi yang tidak mungkin dia sebutkan satu persatu karena banyak yang dia lakukan dengan tour guide kesayangannya dan itu semua adalah pengalaman pertama baginya, satu bulan yang sangat berkesan, dia tidak akan mudah melupakan itu semua.

"Tuan?"

Akbar meminum kembali kopi hangatnya sambil menikmati sejuknya angin malam dan melihat suasana kota di malam hari dari ketinggian. "Ada apa, Irgi?"

"Saya hanya ingin mengingatkan bahwa besok adalah waktunya kita untuk pulang ke Dubai. Tuan Besar bahkan sudah sangat menantikan kepulangan, Anda."

Akbar terdiam beberapa saat. "Irgi, apa tidak bisa kita tinggal lebih lama lagi disini untuk beberapa bulan?"

"Sayang sekali tidak bisa. Tuan Besar sudah beberapa kali mengeluh kepada saya bahwa beliau sudah tidak sanggup lagi untuk menghandle seluruh pekerjaan, Anda."

"Aku sudah tidak sanggup lagi, pekerjaanku saja sangat banyak ditambah dengan pekerjaan putraku, apa dia tidak kasihan padaku yang sudah tua ini? Apa tidak bisa aku beristirahat saja menikmati masa tuaku bersama istriku tercinta? Katakan padanya untuk segera pulang jika tidak, semua usahanya bisa habis nanti."

Akbar tersenyum kecil setelah mendengar voice note dari ayahnya, kemudian berbalik, menatap pria tampan yang jauh lebih muda darinya. "Ayah tidak mungkin membiarkan semua perjuangannya selama ini untuk membangun apa yang dia impikan hancur begitu saja, aku yakin itu jadi tenang saja."

Irgi tersenyum lega, akhirnya pria dewasa ini menemukan sang tambatan hati setelah sekian lama single karena terlalu sibuk bekerja jadi tidak ada waktu untuk berkencan. Sebenarnya bukan masalah waktu tapi niat. "Tetap saja, besok Anda harus pulang."

Akbar langsung bersandar pada besi pembatas, meminum kopi pahitnya lagi sampai habis. "Aku belum siap untuk pergi dari sini, aku belum siap untuk meninggalkan desa ini, para warganya terutama---" apa perlu dia menetap untuk selamanya disini?

"Anda bisa berkunjung kembali nanti."

"..." bisa saja tapi untuk suasana akan berbeda nanti, pasti suatu saat nanti desa ini akan ada perubahan, perkembangan dan kembali asing.

"Kita bisa gunakan cara lain." Irgi mendadak diam dan Akbar paham apa maksudnya.

Benar juga, apalagi dia bukan siapa-siapa---hanya warga biasa, pasti dia tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dengan apa yang akan aku lakukan nanti..

***

"Hallo?"

"Apa ada yang sedang kamu sembunyikan?"

Deg!

"T---tidak, aku sedang tidak menyembunyikan apapun."

"Benarkah?"

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang