Akbar melepas earphonenya yang tidak lagi mengeluarkan suara apapun, tidak mungkin 'kan mereka tidak berbicara sama sekali saat berkumpul seperti itu, "Irgi, kenapa mereka diam saja?"
"Tuan, sepertinya kita gagal," ujar Irgi.
Akbar mengernyit tidak suka, tidak ingin tau tentang apapun itu yang bisa menyebabkan kegagalan pada rencananya, yang jelas ini semua harus berjalan lancar sesuai dengan rencananya!
"Alatnya tidak merespon balik, saya yakin sekali alat tersebut sudah lebih dulu ketahuan lebih tepatnya terdeteksi oleh alat Chen yang sangat canggih, lebih baik kita pergi sekarang sebelum kita juga ikut tiada seperti alat tersebut, Tuan"
"Tapi aku belum mendapatkan informasi apapun, ini adalah saat dimana kita bisa mendapatkan infromasi tentang mereka, Irgi!"
Irgi menghela napas, bingung bagaimana menjelaskan akan situasi yang sudah mulai kacau ini, "Saya tau, tapi saya sarankan untuk pergi dulu dari sini sebelum ...kita harus pergi sekarang juga, Tuan!"
"Tunggu dulu,"
"Tapi kita---Ting!" Irgi langsung melihat ponselnya saat ada satu pesan masuk, semoga saja bukan dia..
___
Tuan Muda harus segera pulang ke Dubai hari ini jika tidak, kau akan di pecat bahkan kau tidak akan lagi bisa bekerja untuk siapapun karena namamu akan di blacklist. Tuan Besar akan mengambil semua aset yang sudah beliau berikan padanya jika tidak segera pulang, Tuan Besar tidak main-main, bahkan beliau sudah membuat dokumen perpindahan aset, tolong sampaikan kabar tersebut pada Tuan Muda.
___Ahmad
Deg!
Irgi langsung diam, bagaimana ini???
***
Sera bersedekap dada, "Salawiyah adalah pendiri Sala Dubai Group, Akbar sendiri adalah putra tunggalnya,"
"Serius?" tanya Peng, dia tidak menyangka putra dari seorang sultan bisa jatuh cinta pada gadis biasa, lebih tepatnya gadis desa. Bagaimana bisa mereka bertemu? Benar, jodoh memang tidak ada yang tau.
Sebenernya tidak ada yang salah, Intan sendiri juga tidak akan kalah kalau masalah keuangan, jika ingin bersanding juga tidak akan sampai mempermalukan pihak pria dimana keluarganya sangat terkenal di negara tersebut, jika dari pihak perempuan sepertinya tidak mungkin mereka akan memandang status karena keluarganya termasuk orang yang sangat humble. Yang terpenting, calon pria tidak banyak tingkah dan bertanggung jawab, itu sudah cukup bagi mereka.
"Alasan dia berada di sekitar kita saat ini karena ada Intan, dia sedang berusaha mendapatkan Intan dengan segala kekuasaan yang dia punya. Dia bahkan rela mengulang S1 nya agar selalu dekat dengan Intan,"
"Dia bahkan sampai nekat menculik Intan---membawanya ke Dubai untuk menetap bersamanya disana tapi sayangnya, Intan sendiri tidak mau," Sera menjelaskan.
Peng menatapnya heran, Intan sendiri juga heran saat melihat cara pria itu menatapnya, "Adik manis, bukankah dia pria yang sangat kaya jadi kenapa tidak mau? Asal kau tau, kau sangatlah beruntung, kau adalah wanita pertama yang berhasil menarik perhatiannya dari sekian banyaknya wanita cantik, sexy, karir, mengantri untuk bisa menjadi pendamping hidupnya,"
Intan tidak suka jika sudah membahas pria itu bahkan mendengar namanya saja sudah malas. "Dia bukan tipe pria yang aku mau,"
Peng sontak menolot, "Astaga ...sekelas sultan tidak menarik lalu pria seperti apa yang menurutmu menarik?"
Intan melirik ke samping, tersenyum sambil menatap pria yang sedari tadi hanya menyimak, "Dikying."
Dikying tersenyum kecil sambil menatap gadis yang duduk tepat di sampingnya, salah satu tangannya bergerak ke atas lalu mengusap kepalanya lembut, "Terima kasih, aku merasa sangat bahagia saat mendengarnya,"
Peng bergidik ngeri saat melihat adegan tersebut, menurutnya adegan romantis sangat mengerikan, "Jangan bersamanya atau hidup berdampingan dengan pria seperti kami, karena pekerjaan ini, nyawa kami selalu berada di ujung tanduk, kau tidak mau 'kan jadi janda muda suatu saat nanti?"
"Itu salah satu alasan kenapa di umur kalian yang sudah kepala empat belum juga menikah?"
"Hampir benar, yang jelas alasan kami belum menikah bahkan kemungkinan sama sekali tidak, itu karena keinginan kami sendiri, kebanyakan pria seperti kami tidak menikah tapi mereka akan lebih memilih untuk mengadopsi anak jika mau dan itu bisa saja kami lakukan suatu saat nanti,"
"Tapi jangan salah, walaupun umur kita sudah hampir kadaluarsa tapi banyak sekali wanita yang mengantri ingin kami nikahkan karena pesona kami ini,"
"Banyak sekali rekan kerja kami yang memiliki seorang putri ingin menjodohkannya dengan kami," katanya, "Tapi tidak tau kenapa tidak ada yang menarik satupun dari sekian banyaknya wanita yang bersedia. Apa jangan-jangan kami sudah mati rasa karena pekerjaan ini?"
Chen bersandar pada sandaran kursi, "Itu tidak sepenuhnya benar, kami masih memiliki rasa itu hanya saja rasa itu kadang salah tempat,"
"Salah tempat?"
Chen melirik ke samping, memperhatikan seorang wanita yang sedang sibuk bermain ponsel, "Kami bertiga sama-sama jatuh cinta pada wanita yang sudah bersuami,"
"Astaga kalian sudah gila, apa perlu aku antar ke Psikolog?" dirinya tidak gila hanya karena menolak seorang pria kaya, mereka yang sepertinya ada masalah, bagaimana bisa menyukai istri orang lain sedangkan di dunia ini, perempuan ada banyak sekali.
"Aku ingin mengangkat telpon dari suamiku sebentar, kalian lanjutkan saja, aku akan segera kembali." Sera beranjak lalu berjalan memasuki dapur agar tidak ada yang bisa mendengarnya.
"Ada apa, Mas?"
"Pulang sekarang, aku sudah menunggu kamu di rumah sejak tadi.. atau aku yang kesana untuk membawa kamu pulang, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
General FictionAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...