7.

1.7K 127 0
                                    

"Hallo?"

"Tuan Irgi, cepatlah datang ke mansion utama, Tuan Muda sedang marah besar!"

"K---kami para pelayan hanya bisa berjaga di depan pintu kamar utama karena Tuan Muda mengancam kami jika kami berani masuk ke dalam itu sama saja dengan menyerahkan nyawa kami sendiri, begitupun dengan para pengawal."

"Tuan Muda menjadikan kamar utama sebagai pelampiasan kemarahannya."

"Marah karena?"

"Seorang wanita."

***

"Aku mau bertanya."

"Apa?" ucap Intan sambil terus fokus bermain game di ponselnya.

"Intan, aku serius."

Intan menghela napas, mematikan ponsel lalu meletakkannya di atas meja kemudian menatap Sera. "Iya, apa?"

"Kamu tidak ingin memberitahuku soal uang yang kamu minta dengan nominal yang tidak biasa itu untuk apa?"

"Aku yakin Kakak sendiri sudah tau, kenapa harus bertanya lagi?"

"Aku baru tau kemarin karena tadinya ingin menunggu penjelasan dari kamu langsung tapi ternyata tidak ada. Coba saja kamu bilang masalah itu dari awal, kamu pasti nggak akan terlibat dan akhirnya nggak akan begini, dia suka sama kamu, terobsesi sama kamu, tapi kamu sendiri tidak mau."

"Kak, mungkin ini semua sudah takdir."

"Aku yakin dia tidak akan dengan mudah untuk melepaskan kamu, dia pasti sedang menyusun rencana jadi kamu harus terus berhati-hati. Sebenarnya.. aku nggak mau ikut campur masalah ini tapi karena orang tua kita dan kamu ikut terlibat jadi aku terpaksa turun tangan. Chk! Biarkan mereka menyelesaikan masalah 'itu' sendiri, itu sudah jadi resiko mereka, mau tidak mau harus terima tapi kalau begini jadinya, untung di mereka dan kita yang rugi."

"Sekarang aku yang tanya, Kakak dapat uang sebanyak itu dari mana?"

***

Irgi terdiam melihat keadaan kamar utama, sangat kau seperti sudah terkena bencana alam."Sekarang, kalian bersihkan ini semua." para pelayan menganguk lalu segera mematuhi perintahnya, Irgi sendiri keluar dari kamar utama berjalan menuju lantai dasar dimana pelaku yang membuat kamar utama sangat hancur sedang diobati oleh dokter karena terluka saat terkena pecahan benda tajam.


"Terima kasih, Dokter." ucap Irgi. Dokter tersenyum lalu meminta izin untuk pulang karena tugasnya sudah selesai. Setelah dokter pergi, Irgi langusng duduk di sofa, berhadapan langsung dengan Akbar yang diam saja.


"Masih sakit?"

"Ini tidak seberapa dibandingkan dengan hatiku, Irgi."

"Tuan.. jangan seperti ini, masih banyak cara yang bisa kita coba."

"Menghamili?"

Astagfirullah dosa bro!

"Tuan besar pasti akan sangat marah jika tau bahwa putranya telah berani melakukan hal yang sangat brengsek."

"Kalau begitu, kira rahasiakan saja dari dia."

"Tuan---"

"Lupakan dulu masalah cara untuk mendapatkannya kembali, sekarang kita cari tau saja dulu siapa sebenarnya wanita itu?" ucap Akbar, dia sangat penasaran siapa wanita itu? Bagaimana bisa wanita itu punya akses untuk masuk ke area mansionnya tanpa izin darinya?

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang