42.

530 37 0
                                        

Tiga mobil Mercedes S-Class Guard yang merupakan salah satu mobil anti peluru sedang menuju Hutan Mati.

Mendapatkan mobil anti peluru juga tak sembarangan orang bisa membelinya, karena memang mobil ini hanya dibuat sesuai pesanan dan tidak diproduksi secara masal.

Hal ini tak lepas dari bahan atau material yang dibangun dari bodi lapis baja dan juga kaca jendela bahan armaid atau serat sintetis dan komponen polyethylene yang kemudian dilapisi polikarbonat sehingga tak bisa pecah dan tahan panas.

Lapisan yang sangat kuat ini tak hanya sekadar pada bodi dan kaca, tetapi juga pada bagian tangki bahan bakar dan juga ban.

Mobil paling depan dan belakang tentu saja para bodyguard sedangkan mobil yang berada di tengah adalah Irgi, Akbar beserta anak istrinya. Mereka semua sedang menuju ke sebuah tempat dimana Caca beserta keluarga kecilnya tinggal.

Kemarin sebelum pulang, David mengundang mereka secara langsung untuk berkunjung ke tempat tinggalnya yang selama ini tidak diketahui banyak orang termasuk keluarganya.

Caca terkejut? Tentu saja, karena suaminya---David, itu tidak meminta persetujuan darinya terlebih dahulu!

Caca berkunjung kemarin itu hanya untuk sekedar berkunjung, tidak ada rencana untuk mengundang mereka untuk balik berkunjung ke tempat tinggalnya!
Bahkan, rencana itu tidak pernah ada dipikirannya.

"Tuan Irgi, jalan di depan sana ternyata jalan buntu."

"Benarkah?"

"Di depan sana hanya terlihat ada pepohonan dan... sepertinya ada seseorang, sedang berdiri di samping jalan."

"Apakah bersenjata?"

"Bersenjata."

"Berkelompok?"

"Tidak, hanya ada satu."

"Ada apa?" Akbar bertanya karena mendengar percakapan antara Irgi dengan orang yang berada di barisan depan, terdengar serius.

"Jalan di depan sana adalah jalan buntu, hanya ada pepohonan dan satu orang bersenjata. Identitas orang tersebut juga belum terdeteksi, jadi kita tidak tau apa orang tersebut berada di pihak kita atau bukan."

"Apa kita harus putar balik?"

Intan yang sedari tadi hanya menyimak---asik memainkan rambut putranya karena sedang tertidur langsung menoleh. "Pulang?"

"Bukan tapi kita cari jalan lain."

"Tuan, tidak ada jalan lain yang bisa kita lewati pakai mobil selain jalan ini, kebanyakan hanya bisa dengan jalan kaki. Tuan Chen juga menyarakan kita untuk pakai jalan ini saja."

"Tapi ini jalan buntu---" Akbar langsung menoleh pada Intan karena mendadak menggenggam tangannya, tidak lupa dengan wajah yang terlihat seperti memberinya isyarat untuk tenang.

"Kita sudah sampai di ujung jalan." mobil berhenti, para penjaga terlihat keluar dari mobil kemudian langsung melindungi mobil kami dari orang bersenjata.

"Bagaimana?"

"Tidak ada pergerakan, orang itu diam saja apalagi posisinya membelakangi kita, membuat kita sulit untuk dapat mengenalinya."

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang