"Apa kau suka pria perokok?" tanya Peng, Intan yang sedang asik main ponsel langsung menyimpannya di meja, menoleh pada orang yang melemparkan pertanyaan padanya, "Sedikit," jawabnya agak ragu.
Peng menganguk, lalu memainkan i-Pad nya, melihat itu membuat Intan kembali memainkan ponselnya, Dikying sendiri terus saja makan gorengan yang entah sudah ke berapa, yang jelas sangat banyak.
Beberapa menit dengan situasi seperti ini mulai terasa bosan, Intan menyimpan ponselnya kembali di meja, baru sadar ada yang kurang, langsung saja mencari keberadaannya, "Kak Caca dan Kak Chen, mereka berdua pergi kemana?"
"Mereka ada di dalam warung bagian dapur, mungkin mereka sedang bermesraan disana," ujar Peng
Dikying yang tadinya mulai membaik kini terluka kembali, sedang bermesraan?
"Apa?"
Peng tertawa pelan lalu menyimpan i-Pad nya di meja lalu, "Aku hanya bercanda, mereka ada di dalam untuk mengambil bahkan membuat makanan lagi karena gorengan yang kami buat tadi malam sudah habis,"
Dikying langsung menatap gorengan-gorengan yang tersisa sedikit di nampan, mereka yang membuat ini semua???
"Kalian membuatnya???" Intan kira makanan ini bukan hasil buatan mereka sendiri, memang membuatnya itu tidak terlalu sulit tapi apa mereka tidak ada pekerjaan lain sampai harus membuatnya secara langsung padahal 'kan banyak yang menjualnya di luar sana, harga sama rasa juga oke, jadi mereka nggak perlu repot-repot buat langsung kalau ada yang instan.
"Itu mudah karena kami sudah beberapa kali membuatnya. Kami sudah banyak persiapan untuk acara ini karena memang acara ini sudah kami rencakana dari jauh-jauh hari, ini adalah saatnya untuk kami bersantai karena jadwal pekerjaan kami untuk sekarang tidak terlalu padat,"
"Warung ini kalian sewa?"
"Iya, kami sudah menyewanya dua hari yang lalu khusus untuk reuni ini, setelah reuni ini selesai pemiliknya akan kembali aktif berjualan,"
"Kenapa harus tempat ini yang kalian sewa? Aku yakin kalian sangat mampu untuk menyewa tempat sekelas Starbucks,"
"Banyak yang akan mengenal kami jika kita berkumpul di tempat-tempat seperti itu, tapi di tempat seperti tidak akan ada yang mengenal kami karena mereka yang mengenal kami tidak akan percaya kami berada disini, kami hanya ingin berada di tempat yang nyaman dan aman di saat-saat seperti ini, kebanyakan kami berada di tempat seperti itu hanya saat sedang bekerja,"
Intan langsung bergerak agar kursinya sedikit maju, dia ingin sedikit bertanya-tanya karena dia yakin banyak yang mereka sembunyikan darinya sampai sekarang, "Pekerjaan kalian apa?"
"Pekerjaan kami banyak,"
"Apa saja?"
"Adik manis, terlalu banyak aku jadi malas untuk memberitahunya apalagi ini ...sangatlah rahasia"
Intan langsung menutup mulut menggunakan salah satu telapak tangannya, "Apa kalian melakukan tindak kejahatan?"
"Jika iya, kami pasti sudah berada di dalam penjara,"
Intan langsung menatap Peng begitu mengintimidasi, "Bisa saja kalian menggunakan uang agar kalian tetap aman untuk bisa berkeliaran melakukan tindak kejahatan lebih banyak lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
Fiction généraleAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...