Intan, Caca, Ripley, dan Chen duduk satu meja saat ini.
Mereka semua diam, belum ada yang mau buka obrolan.Intan masih terkejut, ini adalah pertemuan kedua kalinya dengan mereka berdua terutama dengan sang kakak setelah bertahun-tahun. Tidak banyak yang berubah dari perempuan itu, masih cantik bahkan semakin cantik dan juga dewasa.
Ripley sendiri sangat gugup! Pria yang selama ini dia puja-puja bersama teman-temannya sedang duduk tepat di sampingnya! Dekat sekali sampai rasanya ingin pingsan!
Semalam dia mimpi apa atau jangan-jangan sekarang dia sedang bermimpi? Tolong jangan bangun dulu, dia akan mencoba untuk mengendalikan mimpi ini agar berakhir indah!
Gue harus gimana sekarang? Pergi? Tapi gue nggak berani bilangnya---argh!
Jujur... gue nggak mau pergi soalnya ini momen langka dimana gue bisa deket-deket sama perfect husband walaupun awkward!
Ripley bimbang.
"Kakak... kenapa bisa ada disini?"
"Masa yang punya acara nggak dateng? Kalau aku nggak dateng, nggak enak juga sama mereka apalagi yang jauh."
"Kakak yang buat acara konyol ini?"
Ripley refleks melotot!
Berani sekali!Caca tersenyum smirk. "Itu menurut kamu tapi kalau menurut mereka acara ini punya banyak manfaat. Lihat; ada yang baru saja dapat modal, proyek baru, calon menantu, klien baru, saran dan kritik dari para senior untuk junior."
"Kakak tidak sembarangan dalam membuat sesuatu salah satunya acara ini, begitupun dengan mereka para tamu yang selalu datang penuh dengan rencana atau target yang harus tercapai dalam satu malam. Acara ini adalah kesempatan emas bagi mereka termasuk suami kamu."
Intan langsung memperhatikan Akbar yang sedang dikelilingi oleh para tamu. Kalau benar semua para tamu terlebih dahulu membuat rencana atau target sebelum masuk kesini, dia jadi penasaran apa saja rencana atau target suaminya yang ingin di capai disini?
Ripley sadar, dia harus pergi karena mau bagaimanapun, dia tidak cocok berada satu meja dengan mereka!
"Maaf, apa... Ibu dan Bapak ingin sesuatu sebelum saya pergi---makanan atau minuman?"
"Tidak." ucap Chen.
"Kamu salah satu pekerja disini 'kan?" tanya Caca
"Benar, Bu."
Ripley kembali bimbang!
Crush secara tidak langsung memintanya untuk pergi, tapi musuh secara tidak langsung menahannya untuk pergi.Dia harus berpihak pada siapa?
"Jadi... pria yang kamu maksud perfect husband itu pria yang sedang duduk dengan kita?"
Deg!
Ripley sangat malu! Tolong hilangkan dia sekarang juga atau bangunkan dari mimpinya sekarang!
Caca langsung menutup mulut menggunakan tangannya sambil menatap Chen yang diam saja, seperti tidak merasa terganggu sama sekali atas respon Caca yang terkesan berlebihan.
"Chen, perfect husband?" Caca langsung menutup mulut---tidak percaya, bagaimana bisa mereka menyebut pria kejam yang sedang duduk di sampingnya ini sebagai perfect husband?
Glek!
Ripley langsung mendapat tatapan maut dari crush sampai terasa nyeri di bagian hati!
Sangat mengintimidasi!
Dia harus pergi!
"Kalau... begitu, saya izin untuk kembali ke tempat."
"Memang sudah seharusnya kamu disana bukan disini."
Deg!
Ripley ingin pingsan!
Dia terluka!
Hati kecilnya terluka parah!
"Chen, kau sangat kasar."
"Kamu jangan pergi, biarkan orang lain yang bawakan kami beberapa menu makanan dan minuman yang sangat recommended.""Tapi---"
"Kembali duduk."
Ripley menganguk lalu kembali duduk.
Intan menghela napas kasar.
"Kehadiran kalian membuatnya takut. Tinggalkan kami berdua, pergi dan cari tempat duduk yang kosong.""Kau yakin tidak rindu padaku?"
Intan diam saja.
Prok!
Prok!
Chen memanggil pelayan lain untuk mendekat, meminta mereka untuk membawa makanan dan minuman yang baru sekaligus membawa bekas makanan dan minuman yang ada di meja.
Sangat---argh!
Memanggil pelayan saja bisa terlihat sangat keren!
Ripley kembali terpesona walaupun hati mungilnya sudah terluka parah.
Beberapa pelayan sudah kembali dengan membawa beberapa menu makanan dan minuman. Sebelum pergi, mereka sempat memberikan Ripley semangat yaitu sebuah tepukan penuh tekanan di pundak.
Terima kasih teman-teman, gue sangat terharu.
"Mungkin kamu akan mendapatkan beberapa informasi baru dan terpercaya dari setiap obrolan kami. Ini sangat exclusive, jangan kamu sia-sia 'kan kesempatan emas ini, Ripley. Karena tidak semua orang bisa seberuntung kamu sekarang, duduk satu meja bersama kami." Caca tersenyum smirk lalu memasukkan makanan manis ke dalam mulutnya.
Ripley hanya tersenyum.
"Kenapa kamu mengajak Ripley berinteraksi bahkan sampai makan bersama? Kamu sendiri tau 'kan dia sedang bekerja di bagian stand makanan?"
"Aku tau."
"Lalu?"
"Aku hanya butuh teman."
"Suami kamu?"
"Chk! Kakak tau 'kan dia sedang apa?"
"Aku tau tapi seharusnya kamu disana bukan disini---makan dan mengobrol dengan pelayan. Kamu seharusnya disana menemani suami kamu, berdiri tepat di sampingnya."
Ripley tidak merasa sakit hati, Caca cukup benar.
"Para wanita mungkin akan mengira bahwa suami kamu itu belum punya pasangan karena sendirian."
"Disana aku akan seperti orang bodoh karena tidak tau apa-apa."
"Lihatlah para istri disana, apa mereka terlihat mengerti apa yang sedang para pria bicarakan? Tentu saja ada yang mengerti ada yang tidak."
"Jika kamu disana, suami kamu akan memperkenalkan kamu kepada para kolega bisnisnya bahkan kamu bisa membantu suami kamu dengan membangun hubungan baik dengan para istri kolega bisnisnya."
"Akbar saja tidak mempermasalahkan aku mau makan atau ikut dengannya tapi kenapa kakak yang protes?"
"Berdiri disana kamu akan belajar menjadi seorang istri, bisnis, mendapat ilmu dan pengetahuan baru, dan terakhir belajar bahasa asing. Aku hanya memberi tahu, kalau menurut kamu salah---terserah, kamu sudah dewasa bahkan sudah punya anak jadi kamu sudah tau mana yang benar mana yang salah."
Deg!
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|
General FictionAkbar tidak menyangka gadis desa yang ia sukai ternyata mempunyai latar belakang yang mampu membuatnya ragu untuk memiliki gadis tersebut. Bagaimana tidak, saudara perempuan gadis tersebut adalah seorang pemimpin salah satu kelompok mafia yang cukup...