37.

556 36 0
                                        

Intan seperti seorang detektif.
Dia memang sangat penasaran sampai rela berbicara dengan orang asing. Berharap perempuan itu bisa di ajak kerja sama salah satunya berkata jujur, menjawab setiap pertanyaannya.

Ripley terlihat bergerak maju, Intan yang peka ikut maju membuat jarak antara wajah mereka cukup dekat.

"Jujur... aku sendiri tidak tau pimpinan kami sampai pembuat acara itu sebenarnya siapa? Aku rasa, orang yang selalu memberi arahan kepada kami itu bukan pimpinan melainkan hanya asistennya. Dia seorang pria dewasa keturunan chines, mapan, tampan dan menurut rumor yang beredar dia belum menikah. Sayang sekali bukan?"

"Kamu menyukainya?"

"Perfect husband siapa yang nggak mau bahkan bukan hanya aku, tapi semua pelayan wanita mengidolakannya. Sayangnya, perfect husband tipe pria dingin, cukup sulit untuk mendekatinya."

"Oh ya?"

"Dulu salah satu dari kami pernah ada yang sampai terobsesi padanya, dia mencoba untuk menggodanya tapi ternyata gagal karena perfect husband---oh ya kami selalu menyebutnya seperti itu ... tidak bereaksi apapun walaupun sudah di beri obat perangsang. Setelah itu, teman kami merasa sangat malu sampai akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri."

"Jangan-jangan dia punya kelainan?"

"Perfect husband sangat sehat."

"Mungkin teman kamu kurang menarik."

"Em... kalau secara fisik sih not bad, bahkan dia suka jual mahal kalau disini mau itu ke pelayan pria maupun chef tapi ke perfect husband jual murah nggak laku."

"Mungkin teman kamu itu bukan tipenya."

"Di tempat kerja kita ada banyak tipe wanita terdiri dari lugu, polos, baik, patuh, keras kepala, berkelas, nakal---tapi tetep aja nggak ada yang berhasil menarik perhatian perfect husband, chk!"

"Kamu asik ya ternyata."

Ripley langsung terdiam saat merasa bahwa dia sudah kelewatan. "Nyonya, saya minta maaf kalau nada bicara saya---"

"Ripley... it's okay."

Ripley merasa tidak enak mengobrol terlalu santai dengan tamu, ini adalah pertama kalinya setelah bekerja cukup lama disini---ada tamu yang mengajaknya mengobrol bahkan sampai menawarkan untuk makan bersama.

Ripley menolak untuk makan bersama karena makanan-makanan tersebut memang khusus untuk para tamu. Sedangkan makanan untuk mereka sudah ada di belakang tidak kalah enak dan mahal.

"Mau lagi?"

"Boleh."

"Makanan yang sama atau berbeda?"

"Tentu saja berbeda. Aku ingin mencoba semua menu makanan dan minuman yang ada disini."

"Yakin perut itu kuat?"

"Jangan salah... kecil-kecil gini kapasitasnya gede." Intan terkadang merasa bersyukur karena faktor keturunan mungkin, badanya tetap kecil walaupun setiap hari suka makan banyak. Jadi, dia tidak perlu melakukan diet ataupun olahraga berat.

"Baiklah, tunggu sebentar." Ripley beranjak lalu pergi ke stand makanan untuk mengambil beberapa menu makanan dan minuman yang lain---juga tidak lupa meminta bantuan teman-temannya yang kebetulan sedang tidak sibuk untuk membawakan beberapa makanan dan minuman tersebut ke meja.

"Selamat menikmati hidangannya, Nyonya..."

"Terima kasih."

"Sama-sama, Nyonya..."

Ripley kembali duduk, Intan sendiri langsung sibuk dengan makanan. "Kalian hanya berdua? Menurut kabar yang aku dengar katanya kalian sudah memiliki seorang putra?"

"Kebetulan dia sedang sakit jadi tidak bisa ikut."

"Jika membawanya sekarang, aku yakin kamu akan mendapat banyak sekali tawaran perjodohan."

"Itu pasti."

Mereka berdua saling tertawa.

"Terima kasih atas semua ini, bisa mengobrol bahkan makan bersama dengan orang sekelas kamu, aku jadi merasa sangat terhormat. Ini sangat menyenangkan dan bisa jadi ini tidak akan terjadi lagi, aku akan selalu mengingatnya."

"Ripley, kau berlebihan."

Ripley hanya tersenyum.

"Aku baru ingat!"
"Aku dengar bahwa pimpinan kami sekaligus pembuat acara ini seorang perempuan. Perfect husband pernah sekali mengajaknya bertemu kami dan perfect husband terlihat sangat patuh pada perempun tersebut walaupun perempuan tersebut jauh lebih muda dari perfect husband."

"Aku tidak punya banyak informasi bahkan tujuan lain dari acara ini selain untuk menjalin hubungan baik dan komunikasi baik antar tamu karena perfect husband tidak pernah membahasnya. Acara ini juga bisa di bilang sangat tertutup, tidak sembarang media ataupun orang lain bisa masuk, kami saja yang bekerja disini harus melewati banyak seleksi baru bisa masuk."

"Perfect husband selalu mencari tamu minimal... seorang pendiri perusahaan yang benar-benar membuat usahanya sendiri dari bawah tanpa ada campur tangan orang tua seperti pindah jabatan mau itu naik ataupun turun, apalagi meneruskan anak perusahaan." 

"Itu semua menurut pendapat kami dari para pekerja, karena dari tujuan acara, kriteria tamu, identitas para petinggi acara termasuk pendiri acara, tidak pernah perfect husband bahas.Kami hanya tau beberapa bahkan tidak tau informasi itu benar atau tidak, karena itu semua hasil apa yang selama ini kami lihat dan dengarkan saja---"

"Kita bertemu lagi."

Ripley dan Intan langsung menoleh ke arah sumber suara.
Terlihat sepasang manusia berdiri di dekat meja mereka, Caca dan Chen.

Intan dan Ripley refleks berdiri.

"Kakak?"

"Perfect husband?"

Intan langsung beralih menatap Ripley bingung. "Perfect husband?"

"Dia adalah pria yang aku bicarakan dari tadi."

"Chen yang kamu maksud perfect husband?"

Ripley menganguk.

"Jadi, perempuan yang kamu maksud 'kakak'... adalah pendiri acara ini?"

"Iya---apa?"

"Itu adalah perempuan yang sempat aku bicarakan tadi. Perempuan pertama yang pernah perfect husband ajak bertemu kami. Perempuan yang jauh lebih muda dari perfect husband."

Deg!

Dunia memang sempit.

AKBAR INTAN |End & Proses Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang