" Gaa..." Ucap Elia sekali lagi melihat tidak ada balasan dari Arga.
" Hm " Balas Arga
" Lo kenapa sih, dari tadi pagi kusut mulu tuh muka. " Ujar Elia. Namun, pandangan Elia terfokus di tangan Arga.
" Ga. Tangan lo kenapa kok di perban kaya gitu. " Lanjutnya seraya memegang tangan Arga yang dibaluti perban.
Arga segera menarik tangannya, tanpa menjawab semua pertanyaan Elia. Arga langsung memasuki mobilnya.
Tokk - tokk
Ketukan di kaca jendela mobilnya membuat Arga menurunkan kacanya.
" Ga, gue sama lo ya. Gue belum di jemput bokap. " Ujar Elia sambil tersenyum tipis." Gue sibuk, gue mau ke kantor. "
" Oh. Yaudah, gue duluan kalau gitu. "
Melihat Elia yang sudah berjalan ke arah pintu gerbang, Arga pun mulai melajukan mobilnya melewati Elia.
####
Elia Pov
Setelah ungkapan perasaan Tristan, Aku langsung kembali menghampiri Arga yang sudah ada di dalam mobil.
Ekspresi Arga saat itu terlihat seperti menahan amarah. Tapi aku juga tidak tau siapa yang membuatnya marah.
Selama di perjalanan Aku tidak berani membuka suara, melihat suasana hati Arga yang memburuk. Mungkin dia butuh waktu.
Arga berubah, dia menjadi lebih cuek dan ketus. Dan itu hanya berlaku kepadaku. Aku tidak tau salahku apa, sudah berulang kali aku mencoba menghubunginya. Namun tidak ada balasan sedikitpun. Hingga pagi aku menunggu Arga yang biasanya sudah stay di depan gerbang pintu rumahku.
Pagi ini dia tidak ada, Aku menunggu dan berharap Arga datang. Namun, hingga jam menujukkan pukul 06.50 Arga masih belum tiba.Dengan lesu aku kembali masuk ke dalam rumah, dan meminta Papa mengantarku.
Saat tiba di sekolah, Aku melihat mobilnya sudah terparkir rapi. Aku langsung berlari, ingin menemuinya. Aku khawatir dengannya. Yang dari semalam menghilang tanpa kabar.
Di sana aku melihatnya berjalan dengan tangan di masukkan ke dalam saku. Aku meneriakinya, menyuruhnya berhenti namun dia tetap berjalan.
Aku berhenti sejenak, merasa aneh. Ada apa dengan Arga?
Apa aku mempunyai kesalahan ?
Kenapa sikapnya berubah?Pertanyaan itu memenuhi pikiranku. Bahkan dia memilih pindah tempat duduk. Hatiku sakit, aku tidak tau salahku apa.
Saat bel istirahat berbunyi, Arga langsung keluar tanpa menghiraukan guru yang masih di dalam kelas. Aku semakin menunduk sedih. Apa salahku?
Aku berjalan mengikutinya namun sebelum itu Aku di suruh Pak Rusman membawakan buku tugas temanku ke perpustakaan. Aku menghela nafas, gagal lagi mengejar Arga.
Di jalan menuju perpustakaan Tristan datang dan menawarkan bantuan. Aku pun menerimanya, karena Aku sudah berbicara bahwa Aku dan dia hanya akan menjadi teman, tidak lebih. Dan Tristan menyetujuinya.
Sekembalinya dari perpustakaan, aku kembali mencari Arga namun tetap tidak bertemu. Bahkan Arga membolos jam pelajaran. Aku khawatir, takut terjadi apa - apa dengannya.
Bahkan sampai jam pulang sekolah tiba, Arga masih belum kembali. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya di samping mobilnya.
Aku melihatnya! Dia akhirnya tersenyum. Tapi hanya senyuman tipisnya. Setelah dia melihatku senyuman itu langsung lenyap.
Aku menunduk, mataku memanas. Sesak yang kurasakan, ternyata benar dia menghindariku.
Bahkan saat aku ingin ikut dengannya dia menolak, dengan lemas aku berjalan ke arah gerbang. Sekilas aku melihat mobilnya, dia hanya melewatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (COMPLETED)
Teen FictionTernyata pernyataan bahwa tidak ada persahabatan antara pria dan wanita tanpa melibatkan perasaan benar adanya. Melihatmu tersenyum lebar dan akulah alasanmu tersenyum membuatku semakin sulit mengendalikan debaran jantungku. -Argantara Paradipta ...