Pagi ini Arga langsung berangkat ke sekolah karena Elia semalam berucap bahwa dia berangkat dengan papanya. Arga tidak ingin egois, Papa Elia juga pasti ingin mengantar anaknya ke sekolah.
Setibanya di sekolah Arga langsung masuk ke dalam kelasnya. Di sana dia sudah melihat teman - temannya yang sedang sibuk bercanda satunya sibuk berantem. Ya siapa lagi kalau bukan Rafa Gita yang berantem. Arga hanya memutar bola mata malas. Pandangan Arga langsung menuju bangkunya yang sepi.
' El kemana? Apa belum sampai? ' Batin Arga.Arga berjalan menghampiri temannya. " El belum dateng? " Tanyanya yang berhasil diluapkan kepada temannya.
" Belum Ga, tunggu aja. " Jawab Gita.
Arga merasa firasatnya tidak enak, tapi Arga menahannya. Arga kemudian duduk di bangkunya. Dia mencoba menghubungi Elia namun tidak ada jawaban.
Teman - temannya yang menyadari sikap Arga yang berbeda segera menghampirinya dan bertanya.
" Lo kenapa? " Tanya Arsya
" Gapapa. "
" Lo kok gabareng sama Elia Ga? " Tanya Rafa
" El semalem bilang kalau mau berangkat sama bokapnya. Jadinya gue berangkat duluan, tapi sampe sekarang mau bel dia belun dateng. Gue khawatir. "
" Ga, jangan mikir aneh - aneh. Positive thingking aja. Siapa tau dia kejebak macet kan, bisa aja. " Jawab Angel.
" Iya lo tunggu aja, sabar dikit. " Saut Gita.
Arga hanya menganggukan kepalanya berusaha berfikir positif. Namun, pikiran itu seketika buyar saat bel masuk sudah berbunyi. Arga semakin gusar. Bahkan saat pembelajaran dia tidak fokus sama sekali, lebih tepatnya tidak melihatnya. Puncaknya sampai jam istirahat Elia masih belum tiba.
Arga berada di kantin juga karena paksaan teman - temannya.
" Gue udah gabisa berfikir positif." Ujar Arga kepada temannya dengan gusar." Ga, mending lo telfon Papa Elia. Tanya Elia kemana. " saran Rafa yang turut khawatir dengan Elia.
" Tumben lo pinter. " Jawab Gita dengan mengejek.
" Gue emang pinter dari dulu! Cuma gue gamau sombong! "
Gita hanya memutar bola mata malas meladeni kegesrekan Rafa di waktu yang tidak tepat.
Arga menghiraukan kedua temannya dan langsung menelfon Papa Elia. Saat sambungan telfon terhubung Arga langsung berucap tanpa menunggu suara dari seberangnya.
" Pa, El sama Papa? " Ujar Arga dengan cepat.
" Loh kan El make mobilnya sendiri. Dia tadi pamitannya sama Mama. Kenapa Ga? Elia belum sampai sekolah?" Jawab Papa Elia di seberang sana.
Mendengar jawaban Papa Elia seketika membuat pikiran Arga blank. " Oh nggak kok Pa. Yaudah kalau gitu Arga tutup telfonnya. " Ujar Arga dengan kecemasan yang ditutupinya.
" Iyaaa "
Setelah mematikan panggilan, Arga menatap satu persatu temannya.
" Elia nggak sama bokapnya. Dia naik mobilnya sendiri, tapi sampe sekarang belum dateng juga. " ujar ArgaTeman - temannya yang mendengar menjadi khawatir juga. Kemana Elia?
Mereka semua mencoba menghubungi Elia kembali namun sampai saat ini belum ada balasannya.
" Haii sayang!! " Ujar Clara sambil duduk di samping Arga dan merangkul lengan Arga.
" Ehh si cabe, masih idup lo. Mana antek - antek lo yang lain! " Jawab Gita kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (COMPLETED)
Teen FictionTernyata pernyataan bahwa tidak ada persahabatan antara pria dan wanita tanpa melibatkan perasaan benar adanya. Melihatmu tersenyum lebar dan akulah alasanmu tersenyum membuatku semakin sulit mengendalikan debaran jantungku. -Argantara Paradipta ...