Arga yang sudah mendapat lokasi keberadaan Elia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata - rata. Menghiraukan caci maki pengendara lain. Di pikirannya hanya ada satu nama ' Elia' .
Citttt!!!
Arga sudah sampai di depan pemakaman dan langsung memasukinya. Dia berlari menghampiri Elia. Dan di sana, dia sudah melihatnya. Arga dengan cepat berjalan menghampirinya. Diliatnya Elia sedang tertidur di pemakaman.
" El bangun, El " Ujar Arga sambil menepuk pipi Elia dengan lembut."Eunghh.." Elia perlahan membuka matanya, dengan wajah yang pucat dan mata yang bengkak. Dia menatap Arga yang nampak khawatir. " Ga, kak Ersa di dalem sana seneng nggak Ga? Aku harusnya yang di sana bukan kak Ersa. Aku jahat banget ya Ga, hikss..."
Elia kembali menangis mengingatnya.Arga tidak tahan melihat kondisi Elia yang rapuh seperti ini. Arga langsung memeluk Elia dengan erat. Elianya butuh sandaran. Dan dia malah tidak ada di sampingnya. Arga merasa sangat tidak berguna. Elia menangis sejadi - jadinya di pelukan Arga. Arga juga sesak melihat Elia menangis seperti ini. " El udah aku bilang ini bukan salah kamu. Kamu mensugesti dirimu sendiri bahwa kamu yang salah. Kamu nggak salah ini udah takdir. Denger El? Ini takdir. Kamu nggak bisa memaksakannya. " Arga berujar dengan lembut sambil mengelus rambut Elia, menenangkannya.
Elia tetap menangis dengan pelukan yang semakin mengerat. Hingga suara tangisan itu sudah tidak terdengar oleh pendengaran Arga. Dengan segera Arga melihat kondisi Elia. Melepaskan pelukannya, menepuk pipi Elia " El, bangun. El!! " Ujar Arga dengan paniknya. Melihat wajah Elia yang sudah pucat.
Dengan cepat, Arga langsung menggendong Elia Bridal style. Membawanya masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan ke rumah Elia. Saat sudah bertemu Elia, Arga fikir kecemasannya sudah hilang. Namun tidak, justru sekarang kecemasannya bertambah dengan kondisi Elia saat ini.
****
Tinn-tinn
Klakson mobil Arga di depan pagar rumah Elia membuat satpam yang berjaga segera membukakan pintunya. Saat sudah sampai di depan rumah, Arga langsung menggendong Elia membawa masuk ke dalam rumah. Di sofa ruang tamu sudah ada kedua orang tua Elia.
" Ga El kenapa Ga, astaga. " Ujar Mama Lita, mamanya Elia dengan panik.
" Pingsan di makam kak Ersa Ma, "
" Ga. Buruan kamu bawa El ke kamar. Papa mau telfon dokter Irwan. " Saut Papa Elia.
Arga menganggukkan kepalanya membawa Elia ke kamar, diikuti dengan Mama Elia. Arga membaringkan Elia di ranjangnya.
" Ga kamu keluar dulu, biar mama gantiin bajunya El. " Ujar Mama Elia sambil melepas atribut Elia.
" Iya Ma. " Arga berjalan keluar ke depan pintu menunggunya. Tiba - tiba Arga mengingatnya. Dengan segera mengambil ponsel di sakunya dan segera menghubungi teman - temannya.
" Ar, Elia udah ketemu. Dia sekarang udah di rumah. " Ujar Arga kepada Arsya di seberang sana.
" Akhirnya... Angel dari tadi nangis mulu khawatir sama El. Yaudah gue sama yang lain ke sana. "
" Oke. "
Setelah memberi kabar kepada temannya, Arga mematikan ponselnya. Menunggu Elia di depan pintunya. Tak lama kemudian Mama Elia membuka pintu bersamaan dengan datangnya dokter Irwan, dokter khusus keluarga Elia.
Semua masuk ke dalam kamar Elia, melihat dokter Irwan memeriksa Elia. " Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Elia terkena dehidrasi ringan, serta kecapek an karena aktivitas yang terlalu menguras tenaga dan emosinya. Biarkan dia istirahat dulu, saya sudah berikan dia vitamin untuk tubuhnya agar lebih cepat pulih. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (COMPLETED)
Teen FictionTernyata pernyataan bahwa tidak ada persahabatan antara pria dan wanita tanpa melibatkan perasaan benar adanya. Melihatmu tersenyum lebar dan akulah alasanmu tersenyum membuatku semakin sulit mengendalikan debaran jantungku. -Argantara Paradipta ...