TUJUH

139 9 1
                                    

Hey semua!! Apa kabar? Baik-baik aja ya semoga🥰.
Semoga kalian suka sama part kali ini❤️
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA^^

ENJOY!!!!

***

"Lo lucu kalo lagi kayak gitu."kata Rian.

Perkataan tersebut sangat berhasil membuat Diona tersentak. Bahkan jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

Diona yang awalnya menatap wajah Rian sambil mendelik kini memalingkan wajahnya sambil berdeham.

"Eh gimana? Lucu? Pas lagi apa?."tanyanya berusaha menetralkan perasaannya.

"Ya kalo lagi marah-marah."

"Ooh."

Tak ada lagi percakapan. Rian kembali dengan game di laptopnya dan Diona dengan kertas kecil didepannya.

Setelah beberapa menit Diona akhirnya menyelesaikan tugasnya. Jari-jarinya terasa sedikit pegal. "I'm Done woy!."lapornya.

Rian menengok,lalu hanya mengangguk. Ia mengambil ponsel beserta kertas contekan itu. Diperhatikannya kertas tersebut.

"Hm."

Diona yang sudah menyiapkan kata-kata 'iya,sama-sama' nya merasa sia-sia dan percuma. Nyatanya Rian itu bukanlah tipikal orang yang akan berterimakasih kalau meminta bantuan. Minta maaf saja susahnya minta ampun.

"Hm doang gitu? Gaada bilang apa gitu kek yang lebih bikin lega?."

Dahi Rian bergelombang setelahnya. "Bilang apaan maksud lo?."

Diona menghembuskan napas gusar. Ia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan lelaki angkuh yang satu ini. "Bilang makasi kek,udah dibantuin juga."

"Hm."

Ya Tuhan,Diona merasa sangat-sangat geram sekarang. Tuh kan percuma saja jika ia mendebatkan perihal terimakasih itu.

"Au ah." Ia memutuskan untuk memainkan ponselnya sekarang. Namun,belum sempat tangannya meraih ponsel,perutnya terlebih dahulu mengeluarkan suara tak mengenakkan.

Kruuuk...kruuukk

Rian yang mendengarkan hal itu malah tersenyum yang kemudian disusul dengan gelak tawa yang menggelegar. "HAHAHAHAAH!!."

Wajah Diona mulai memerah. Malu sekali rasanya menjadi Diona. Ia menggigit bibir bawahnya. Lalu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Aduhhh..capek banget gue ngetawain lo dari tadi. Ampun dah. Lo laper? Bilang doong,kan gue bisa suruh Bi Mumun buat bawain makan."ujar Rian dengan sisa tawanya.

"Ih enggak! Gue cuma..kurang gitu aja,kurang apa namanya ya? Ee kurang–."

"Ah banyak omong lo! Gausah ngelak,orang udah kedengeran banget aelah. Bentar yak,gue kebawah dulu. Jangan kemana-mana,diem aja disini."Rian beranjak menuju lantai bawah.

Dan Diona yang masih berada disana hanya bisa menepok jidat sambil mengumpat.

"Sialan! Kok gue sial banget hari ini? Aaaaa.."keluhnya. Lalu ia tersadar akan sesuatu.

DIONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang