3. Hari Pertama

23.4K 1.8K 117
                                        

Teriakan Viano menggelegar ke mana-mana. Dia menunjuk gadis di depannya, bertanya dengan kesal siapa dia.

"Saya, Pak?" tanya gadis itu sendiri.

"Iya, kamu!" ketus Viano.

"Saya--"

Belum selesai kalimat gadis itu, seseorang membuka pintu. "Ada apa ini, Pak?"

"Apanya yang ada apa! Kamu gak liat ini." Viano menunjukkan celananya yang ketumpahan kopi panas. Lebih tragis lagi, kopi itu tumpah di 'area terlarang'.

"Maafin saya, Pak." Si pelaku berusaha menjelaskan.

"Aduh ...." Ivan menepuk jidat. "Maafin dia, Pak. Dia OG baru.

Viano mendengkus. "Pecat dia sekarang juga!"

Ivan melirik pada Nesta--OG yang baru saja menumpahkan kopi.

Nesta panik. Masa iya, baru kerja sehari sudah dipecat? Mana, ada rencana makan-makan awal bulan, mau jalan-jalan.

Belum lagi si Yato yang sudah menodong hadiah macam-macam ke Nesta, ibunya yang minta daster baru sekalian ganti kompor, dan bapaknya yang diam-diam meminta sepatu kulit.

Hih! Kalau dipecat, bisa sirna harapan empat orang rakyat jelata.

Nggak banget, deh!

"Pak, maafin saya." Nesta mengambil tisu coba untuk bersihkan noda yang ada di celana Viano.

"Mau ke mana tangan kamu!"

"Mau bersihin celana Bapak."

Astaga! Ivan geleng-geleng.

Viano mundur satu langkah. "Jangan coba-coba, ya! Kamu istri saya aja bukan, mau pegang-pegang."

"Istri?" Nesta mengernyit bingung. Apa ini yang dinamakan nasib kacung, sana-sini salah melulu.

Dia bodoh atau bagaimana? Mana mau, Viano membiarkan perempuan asing menyentuh dia sembarangan.

"Keluar kamu dari ruangan saya!"

"Hah?" Asli ini mulut Nesta menganga dia merasa bego banget dalam situasi ini.

Ivan mengambil alih situasi. "Kamu keluar dulu, ya."

"Tapi, Pak." Mau bilang saya jangan dipecat, kok kelihatan menderita amat. Makanya Nesta tahan itu omongan.

"Udah, keluar aja dulu. Ini biar saya yang urus."

Nesta menurut. Dia permisi keluar pada para bos.

"Sial! Cewek itu dari mana, sih? tanya Viano setelah Nesta menutup pintu.

"Itu, 'kan, karyawan kemarin kita rekrut, Pak," jelas Ivan.

"Terus kamu ambilnya asal-asalan?"

"Loh?" Ivan tidak terima tuduhan Viano. Sembarangan dibilang asal. Dia sampai lembur. "Kan, Bapak sendiri yang bilang pilih karyawan yang hasil tesnya terbaik. Dan itu yang terbaik, Pak."

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang