4. Viano Gila

17.8K 1.6K 44
                                    

Habis mandi, dandan cantik, terus  berkutat sama sapu dan pel. Siapa lagi kalau bukan Nesta. Demi keluarga di kampung halaman, demi perut yang harus diisi, demi hati yang harus dihibur pakai kuota dan jalan-jalan. Semua harus dijalani.

Omong-omong, Nesta kepikiran soal peringatan beberapa hari lalu. Pertama, dia tidak boleh dekat-dekat Viano. Kedua, dia tidak boleh melihat Viano. Ketiga, dia tidak boleh menyapa Viano. Keempat, saat bertemu di luar mereka harus bersikap tidak saling kenal.

Seumur hidup, Nesta baru tahu ada aturan begitu. Apalagi di situ ditulis besar-besar, jika Nesta melanggar dia harus bersedia gajinya dipotong 10%, tiga kali pelanggaran berarti dipotong 50%. Bos sadis!

"Stupid!" Lagi asyik-asyik pel lantai atas, tiba-tiba ada yang memakinya. Waktu Nesta tengok siapa orangnya, ternyata Viano.

Ngeselin! Tahu, memang salah karena kain pelnya kena sepatu Viano. Cuma, memang harus pakai bilang 'stupid' segala?

"Maafin saya, Pak." Karyawan yang baik, mengalah sama boss.

Bukan maaf, Nesta malah dapat omelan.

"Saya udah bilang ke kamu jangan pernah dekat-dekat saya!"

"Yang deketin Bapak, siapa?" Sumpah kalau Viano bukan atasannya, Nesta mau bar-bar marahnya.

Dipikir-pikir lagi, bukan dia yang salah. Toh, memang tugasnya mengepel lantai jam segini. Matanya otomatis fokus sama lantai dan kain pel. Jadi, jelas di sini siapa yang salah.

"Harusnya, Bapak yang ngapain ke sini. Udah tau kalau jam segini saya pasti lagi ngepel.

"Karyawan kurang ajar!" Viano ngegas , "saya ini atasan kamu. Tau?"

Nesta mengangguk. "Iya, Pak, saya tau. Tapi saya, 'kan nggak salah. Memang saya lagi ngepel. Bapak yang muncul tiba-tiba."

"Oh, jadi kamu mau ngatur saya?"

Sakit kepala Nesta. Terus, dia yang benar harus lakukan apa?

Kalau diladeni, Viano tetap tidak mau mengakui kalau dia yang salah. Nesta pilih mengalah saja kalau begitu. Daripada mati lompat dari lantai atas, gara-gara orang menjengkelkan di depannya sekarang.

"Ya udah, Pak, saya minta maaf."

Nesta melihat sepatu Viano yang basah sedikit, kemudian dia ambil sapu tangan dari kantungnya.

"Biar saya bersihin sepatu Bapak." Berjongkok di hadapan Viano, Nesta bersihkan sepatu si boss. Mau tidak mau.

Hampir sapu tangan menyentuh sepatu, Viano malah tarik mundur kakinya.

"Ngapain kamu?"

"Bersihin sepatu Bapak!" Boleh, dong, karyawan merasa jengkel dengan Pak Bos. Secara, dari tadi dia yang mengomel karena sepatunya kotor. Sekarang mau dibersihkan, protes lagi. Maunya apa!

Viano mencengkram dua lengan Nesta, memaksa gadis itu berdiri kembali.

"Saya tau trik semacam ini!"

"Maksud, Bapak?"

Viano tersenyum miring. "Kamu pakai cara ini untuk menggoda saya, bukan?"

Pede banget! Nesta tak habis pikir.

Viano mengeluarkan tatapan licik pada Nesta. "Ayolah, di sini sepi. Apa yang kamu mau, saya lakukan ke kamu?"

"Hih! Kalau sepi, Bapak kira saya mau apa dari Bapak?"

Viano mengangkat bahunya. "Pastinya sesuatu yang sangat kamu harapkan."

Apanya yang diharapkan? Nesta harap Viano pergi dari hadapannya sekarang supaya dia bisa lanjut kerja. Mana? Itu bos sialan, masih stay di tempat. Ganggu Nesta yang mau kerja.

Tidak perlu diladeni. Angkut ember dan alat pel, lebih baik pergi dari sana. Namun, dengan cepat Viano menarik tangannya. Membuat tubuhnya menempel begitu dekat dengan Viano.

Alat pel terlepas dari genggaman, ember juga jatuh. Bahkan airnya sampai terpercik ke mana-mana.

Viano kini memepet tubuh Nesta ke tembok balkon kantor, Nesta makin kesal.

"Di sini sepi, belum ada orang. Gimana kalau kita sedikit 'bermain'?" Didekatkan bibirnya ke telinga Nesta, membuat tubuh office girl baru tersebut meremang.

"Bapak gila!" Nesta memukul wajah Viano.

"Ayolah jurus pura-pura menolak seperti ini, saya sudah tau." Viano semakin mengunci Nesta.

Nesta coba menampar Viano untuk kedua kalinya. Namun, kali ini Viano menangkis tangannya. Sekarang, dua tangan Nesta justru berada di atas. Membuat sang atasan semakin bebas mendekatkan wajahnya ke wajah Nesta.

"Bapak mau apa?" Sekali lagi Nesta bertanya.

Sudut bibir Viano terangkat naik. "Mengecup bibirmu," bisiknya di telinga Nesta.

"Tidaaaaaaak!" Nesta teriak sekuat tenaga.

•°•

•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang