28. Kasihan si Kevin

10.3K 1.1K 39
                                    

"Makan siang bareng saya!"

Apaaa! Cuma berani teriak dalam hati, soalnya kalau keras-keras takut disumpal permen karet.

"Sana izin sama bos kamu!" Viano memicingkan dagunya ke arah K Mart milik Kevin.

Si Bospret, kadang suka seenaknya. Nesta tidak akan ikut ajakan Viano. Paling, cuma mau rundung. Nanti banyak omong dikit, disumpal permen karet.

Satu kata dari Nesta, OGAH!

"Kamu mikirnya lama bener, ya!" Viano merasa jelak. Makin yakin, IQ Nesta di bawah 100.

Nesta mendelik, mantan bos masih saja tukang atur!

"Eh, Pak! Mau ngapain?" Nesta keheranan waktu Viano main selonong ke dalam toko. "Ih, si Bapak ini sekate-kate banget!" Mengomel sambil kejar Viano.

Viano keburu berada di dalam toko. Di depan Kevin yang masih terbengong-bengong, dia antara minta izin atau menodong.

"Karyawan kamu ada jatah istirahat, 'kan?"

Kevin yang sebenarnya belum paham maksud Viano, main manggut-manggut saja.

"Dia mau ikut saya makan siang."

"Oo-h, iya." Anehnya, Kevin seperti terkena serangan aura kesombongan Viano. Main iyain saja.

"Kalau kelamaan, terus kamu marah, pecat aja dia."

"Wih, si Bapak!" Nesta langsung tersulut. Seenak jidat Kevin disuruh pecat. Liburan ke Bali belum tercapai, utang belum dibayar. Dasar tidak punya perasaan.

"Sst, diem!" Sumpah Nesta bisa kicep, cuma lihat telunjuk Viano sejajar sama hidungnya.

Sadar Viano bukan siapa-siapa, mau Nesta gigit itu jari, terus kunyah-kunyah, telan, dicerna usus besar, habis itu buang pas BAB di jamban.

"Saya nggak ikut sama Bapak." Masih baik-baik Nesta ngomongnya. "Saya itu makannya banyak, Pak. Kalau makan di restoran, paling nasi dijatah dikit-dikit, nggak cukup."

Viano lihat jam, sudah terlewat empat menit. Asal tahu, ya, setiap detik berharga buat dia. Viano belajar dari investor hebat yang per detik menghasilkan jutaan rupiah. Apalagi para pebisnis hebat. Sebut saja; Bill Gates, Colonel Sanders dan lainnya, yang tiap detiknya menghasilkan jutaan dolar.

Viano sedang memosisikan diri sebagai mereka--walau belum tercapai. Terbayang dong, empat menit berarti dia sudah kehilangan banyak waktu untuk lakukan hal berguna yang siapa tahu menghasilkan miliyaran.

"Jadi, kamu mau makan apa?"

"Nasi padang, pakai sambel ijo secentong, ayamnya yang paha. Pahanya harus sebelah kanan."

"Kamu ribet, pantes nggak kaya-kaya."

Makin dihina, makin Nesta menjadi-jadi. "Itu belum kelar, Pak. Saya maunya abang yang layani masih muda, cakep, matanya harus sipit."

Tanpa banyak omong, Viano keluar dari toko, tetapi bukan pergi. Dia masih ada pelataran, sibuk teleponan sama siapa, entah.

"Maafin Pak Viano, ya Vin."

Kevin tersenyum simpul. "Nggak apa, Nes. Bukan salah kamu."

Bilangnya sih, tidak masalah, cuma yah tetap saja Nesta risih sama Viano.

"Heh!" Kepala Viano nongol setengah dari pintu toko.

Nesta kompak mendelik sama Kevin.

"Bapak ngapain?"

"Duduk luar sini, jangan berduaan terus."

Logika juga, kalau Viano duduk sama Nesta di luar yah namanya berdua juga.

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang