Punya suami gede ambek. Gara-gara kelamaan teleponan--sama anaknya sendiri, loh--malah bilang Nesta lebih sayang Raja ketimbang suaminya.
Dikelitikn masih bereaksi, tapi tidak mau lanjut lagi katanya sudah terlanjur capek mendingan tidur. Dasar, ganteng tapi tua!
Dalam kasus rumah tangga seperti ini, bisa saja, sih, Nesta paksa Viano dengan menggodanya pakai jurus-jurus erotic. Tapi, 'kan, ya tidak enak juga. Yang namanya rumah tangga harus sama-sama ikhlas tidak boleh ada pemerkosaan. Masa iya sih, istri memperkosa suami. Jijai amat.
Sebetulnya jatah menginap mereka masih satu malam lagi. Tapi semalam saja sudah cukup. Soalnya mau pulang dulu lagi pula besok mereka sudah harus siap-siap berangkat ke Bali. Viano juga tidak bisa tenang karena terus kepikiran Raja.
Jam delapan pagi sudah check out dari hotel, sampai rumah sekitar jam sembilan.
Raja semringah melihat papanya pulang. Dia berlari mendekati, lalu dengan polosnya bertanya, "Kapan Raja bisa punya adik?"
Bagaimana mau punya adik kalau cetak gol juga belum. Semalam mereka malah sibuk main cabut-cabutan bulu hidung.
Ibu dan bapaknya Nesta yang sejak kemarin menginap di rumah Viano menyambut mereka juga.Sebentar ....
Adik yang harus diloakin sejak masih bayi--Yato--mana?
Nesta penasaran sama ke mana perginya itu anak. Kudu dicari! Awas saja kalau sampai macam-macam di rumahnya Viano.
Bapak dan ibunya Nesta kelihatan cari perhatian banget sama Viano. Mentang-mentang menantunya ganteng plus tajir. Lupa sama anak sendiri.
Jadi teringat sama ucapan Viano semalam.
Nesta itu kecil. Mulai dari statusnya yang rakyat kecil, punya penghasilan kecil, cita-cita kecil, dan salah satu bagian tubuhya ---yang hampir dipegang sama Viano--juga kecil. Pantas saja tidak kelihatan, bahkan sama orang tua sendiri.
Berhubung ada urusan, Nesta ajak Viano ke kamar. Sekalian tuh dia mau tunjukin ruangan yang akan mereka tempati berdua mulai hari ini dan seterusnya.
Sarwani dan Ningsih kurang kerjaan. Dari bawah tangga mereka terus memperhatikan anak dan anak mantu sambil mesam mesem.
"Enaknya digendong ini." Nesta kode keras.
"Berat. Nanti kita jatoh, otak kamu makin geser."
Kayaknya semalam ada yang bilang Nesta kecil. Sekarang bilangnya berat?
Dasar ya, lelaki. Selalu memosisikan dirinya berada dalam hal yang paling benar dan tidak bisa disalahkan.
Kapan, ya, Nesta bisa buat Viano malu setengah mati?
Ahirnya mereka sampai di depan kamar. Buka pintunya, masuk ke dalam.
Pandangan pertama, Nesta serasa berada di dunia lain. Maksudnya kamar ini memang benar-benar perfect, jauh beda dengan kamar miliknya yang bisa dibilang semrawut.
Tidak ada, tuh, yang ceritanya buku berantakan, gantungan baju asal, apalagi sampai handuk di atas tempat tidur. Rapi dan bersih banget.
"Aku boleh lompat-lompat di atas tempat tidur, nggak?"
"Jangan, deh. Nanti ibu sama bapak kira kita ngapain pagi-pagi gini."
Ya sudah, kalau tidak boleh lompat-lompatan, setidaknya dia masih diizinkan untuk rebahan.
Test drive lebih dulu merasakan King size milik Viano yang begitu luas dan nyaman. Aroma ruangan yang tercium sangat wangi, Nesta sama Viano bisa ....
![](https://img.wattpad.com/cover/231539862-288-k387079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...