67 Ceritanya Mau Malam Pertama

11.1K 847 36
                                    

"Kamu banyak cewek yang naksir, dong!" Nesta misuh-misuh

"Yah, kalau banyak cowok yang naksir kamu malah lebih berat saingannya, Nes!"

Seratus persen akurat.

"Jangan-jangan salh satu buket bunga malah ada dari cowok juga."

"Ih, amit-amit!" Nesta mengetuk-ketuk kepala.

"Kamu marah-marah aja, nngak tau apa, suaminya pegel-pegel?"

Viano tidur tengkurap. Terus dia tepuk punggungnya sendiri.

Ini, mau main kuda-kudaan versi belakang?

Any way bapaknya Nesta kalau lagi pegal begitu biasanya Nesta injak-injak. Mungkin Viano juga mau begitu.

"Mau diinjek-injek, nggak?"

"Apa!" Saking kagetnya Viano sampai balik badan. Jangan bilang gara-gara cemburu soal hadiah dan buket bunga Nesta mau bunuh dia.

"Masa suami diinjek!"

"Injek-injek, Sayang, You know, itu kayak massage alias pijit. Cuma ini pakai kaki biar mantap."

"Patah tulang suami kamu ini!"

"Coba aja dulu, enak tau!" Nesta memancungkan bibirnya.

Sebentar. Ini yang bilang Nesta. Nesta, loh!

Cewek aneh yang tidak ada anggun-anngunnya. Ibarat kata kalau cewek lain jalan api lilin tidak padam, kalau Nesta api unggun bahkan api kebakaran bisa padam. Saking ngibrit dan tidak terarahnya.

"Nggak usah, deh. Lagian, mana kita tau kaki kamu abis injek eek kucing bakterinya masih nempel."

"Nggak mau coba. Orang bapakku aja enak kok diinjekin begitu."

Nesta ditengul.

"Aku sama kamu nikah, ya. Bukan main bapak-bapakan. Bayangin kamu yang sebesar ini--walaupun nggak besar-besar amat--" Viano menyorot seluruh tubuh Nesta dan terfokus pada bagian depan tubuhnya yang tadi hampir dipegang, "tetep aja aku bisa gepeng!"

"Cemen!"

Wah mancing keributan ini.

"Coba bilang sekali lagi,"

"Cemen!" Nesta menukas. Lagaknya dapat hadiah banyak dari cewek, baru mau diinjak sedikit sudah takut gepeng.

Dalam sepersekian detik Viano menangkap Nesta dan membuatnya berada di bawah kungkungan.

Viano menatap Nesta, lekat.

Setelah tatapan yang cukup lama ....

"Aaaaaw, sakit, Mas Vi!" Nesta teriak kesakitan. Bukan gara-gara diajak mesra-mesraan sama Viano. Tapi bulu hidungnya dicabut. Gila, suaminya, KDRT.

"Aaaah!" Viano menjerit juga. bulu kakinya dicabut sama Nesta.

"Kita pengantin baru, loh!" Viano mengingatkan soal mereka yang seharusnya malam ini berbuat apa.

Fuh! Nesta meniup bulu kaki Viano yang tadi. "Mau baru atau lama. Utang nyawa dibayar nyawa."

Viano tadi mabuk apa tidak, ya?

Nikahi cewek begini amat. Jangan-jangan sebelumnya dia kena hipnotis, sampai merasa cinta sama Nesta. Ya Tuhan, tolong. Ini berasa kayak pengen pelihara doraemon biar bisa masuk lorong waktu terus menyadarkan Viano yang sebelumnya biar jangan ijab qabul.

"Oke, kalau mau perang!"

Nesta melompat waktu Viano mau menangkapnya. Biar aman, dia tutup hidungnya.

Viano ambil selimut buat menutupi kakinya buar tidak dicabut Nesta.

Sementara itu di luar.

Dua orang pelayan hotel mendengar kegaduhan dari kamar Nesta dan Viano.

Teriakan, 'ah sakit' sempat terdengar jelas.

Salah satu menelan saliva. Tidak disangka, kamar pengantin baru bakalan segitu hebohnya. Di luar saja berasa getarannnya, apalagi yang di dalam?

Dua pelayan tadi meremang sendiri bulu romanya membayangkan Nesta dan Viano.

Kembali ke dalam.

Pada engap berdua, sampai tidur telentang.

Marah?

Tidak, Viano malah bisa tertawa lepas. Sudah lama dia tidak bercanda seasyik dan seseru ini. Lepas gitu saja, rasanya. Dia tarik, deh, soal kata-kata yang bilang menyesal nikahin Nesta.

Faktanya itu anak memang selalu sukses bikin Viano merasa hidupnya berwarna dan happy.

"Nes, makasih ya, kamu buat hidup saya lebih bergairah." Viano menopang tubuh dengan satu tangan.

Senang Nesta dipuji. Kalau lagi begini, makin cantik saja dia.

Viano membelai rambut Nesta yang tergerai-gerai di atas tempat tidur.

"Bercinta, yuk!" ajak Nesta.

Viano menautkan alis. "Bercinta yang gimana?"

"Masa nggak tau, sih. Ituloh yang bobo berdua pakai suara, ooh aaah, mmh ...."

Viano malah ngakak. Ya, kali jelasin ke suami sendiri kayak ngomong sama anak TK.

"Ya udah ayo." Di-acc Viano.

"Lampunya matiin apa nyalain aja?" tanya Nesta

"Nyalain aja, 'kan aku belum hapal bentukannya gimana aja."

"Oke, siap!"

Ready ....

Tiga ....

Dua ....

Satu ....

Ada yang bergetar, tapi bukan ranjang mereka. Melainkan ponselnya Viano. Mau diabaikan, takut penting.

"Angkat telepon dulu, ya. Biar tenang 'mainnya"."

Terpaksa Nesta iyain.

"Raja?" Viano menunjukkan kalau panggilan itu dari anaknya.

"Papa!" Anak itu menangis di dalam panggilan.

"Loh, kenapa nangis?" Viano lihat anaknya berderai air mata jadi tidak tega.

"Udah besar? masa nangis?"

"Raja nggak bisa tidur, nggak ada Papa."

"'Kan, ada suster Mia. Oma juga adam 'kan?"

"Nggak ada Papa."

"Jangan nangis, dong. Masa anak cowok nangis. Papa nggak suka kalau Raja--"

"Ihh, kamu!" Nesta merebut ponselnya. Anak nangis malah dipetuahi. Harusnya beliin balon!

"Mama Nesta?"

"Raja, nggak bisa bobo?"

"Nggak bisa. Raja nggak biasa nggak ada Papa di rumah."

Nesta berpikir sebentar. "Mmh, sekarang naik tempat tidur, ya. Mama Nesta temenin bobo dari sini."

"Memang bisa?"

"Bisa, dong."

Raja sudah naik tenpat tidur.

"Nah, Mama Nesta bakal temenin Raja sampai Raja bobo."

Dan, mereka pun mengobrol. Dengan asyiknya sampai luoa waktu. Viano yang tadi siap tempur jadi lemas, kelamaan menunggu. Tidak mungkin juga dia paksa mereka buat buru-buru selesai nanti dikira Papa mesum

Tidur lebih baik!

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang