63. Damai sama Lusi

8.6K 828 9
                                    

Ibu sama bapaknya Nesta bikin malu saja, deh. Setelah sebelumnya mereka bersikap menolak--terutama Ningsih. Giliran didatangi Viano gayanya langsung salah tingka. Lebih-lebih Sarwani yang malah tanya ke Viano memang tidak salah mau sama anaknya.

Dia itu bapak kandung atau bukan, sih!

Viano kemarin datang tidak bawa apa-apa, martabak saja lupa. Baru kenalan dulu sama orang tua, minimal mereka sudah bisa menilai pantas atau tidak jadi menantunya. Kalau itu sih tidak usah ditanya, 100% pantas!

Rencananya, setelah pertemuan ini, Viano akan mengatur pertemuan antara kedua orang tua. Secepatnya lamaran resmi akan dilaksanakan, baru menentukan tanggal pernikahan.

Senang?

Belum. Cobaan menjelang kawin eh maksudnya nikah, masih ada saja.

Richard mendapat teror dari wartawan media online terkait berita kedekatan Viano dengan Nesta--Big Bos dan kacung. Hfth! warga negara tercinta pada heboh soal jenjang kasta mereka yang beda jauh.

Sejauh ini, Richard tidak memberikan penjelasan apa-apa. Dia membiarkan Viano yang klarifikasi sendiri.

Belakangan hidup Nesta jadi agak kurang tenang, termasuk Viano. Di beberapa akun, mereka bisa sering dijadikan pemberitaan bahkan bahan olokan. Sudah pasti, Nesta yang diolok. Mereka tidak terima, pebisnis yang pernah masuk masjalah Top Man Inspiration, bisa memilih kacung jadi istri.

Sementara abaikan saja, lebih baik fokus pada hubungan mereka.

Seperti yang pernah Nesta katakan, sebelum menuju pelaminan dengan Viano dia mau ngobrol sama Lusi. Untungnya, dia masih tinggal di Jakarta. Jadi, bisa bisa gampang atur jadwal pertemuan. Ya, walaupun dibalasnya dengan ketikan ketus. Untung Nesta orangnya sabar.

Lusi minta ketemuan di kantor. Kebetulan hari ini dia mau membereskan berkas lagi dan menyiapkan data untuk sekretaris baru.

Tidak masalah. Kantin kantor juga enak untuk dipakai untuk ngobrol santai.

"Ngapain kamu ajak saya ketemuan?" Lusi berujar sinis saat duduk berhadapan dengan Nesta.

Secangkir Kopi baru saja disuguhkan bibi kantin untuk menemani obrolan. Nesta menyesapnya sebelum dia meladeni Lusi.

"Kamu mau pamer kalau sebentar lagi nikah sama Viano?"

"Bu Lusi suuzon terus, deh, sama saya."

Lusi melirik jam tangannya. "Cepetan kamu mau ngomong apa, saya nggak punya waktu lama-lama,"

Nesta menggaruk tengkuk. Memang kemarin bilang mau bertemu dengan Lusi, masalahnya setelah bertemu malah bingung mau ngomong apa.

"Bu Lusi, baik-baik aja, kan?"

Mengangkat sebelah alis, Lusi menatap tajam Nesta. "Memangnya apa urusan kamu, sampai harus perhatian dengan keadaan saya?"

Kagarangan Lusi bikin Nesta jadi salah tingkah.

"Udah, kamu jangan bersikap sok baik sama saya. Natural aja kayak biasa, saya juga gak peduli amat kok sama urusan kalian."

Filosofi tentang wanita yang kadang-kadang dilupakan oleh wanita sendiri. Satu, saat wanita mengatakan 'aku tidak peduli' denganmu sebetulnya dia sedang peduli. Dua, 'aku baik-baik saja', itu tandanya dia dalam keadaan tidak baik. Tiga, marahnya wanita tandanya dia butuh perhatian.

"Minimal kalau mau bohong, itu lingkaran mata diperiksa dulu, Bu. Jangan-jangan, Ibu nggak bisa tidur gara-gara mikirin Pak Viano."

Mendengarnya Lusi buru-buru mengambil kaca kecil yang ada di dalam tas. Memeriksa sendiri apakah benar yang dikatakan Nesta.

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang