Duh, lapakku bulukan.
Pada ke mana, siii, kalian ;'(
***
Dua wanita sibuk mempersiapkan diri untuk datang ke pesta.
Lusi hari ini pergi ke salon. Merawat diri sebaik mungkin--massage, lulur, totok wajah dan berbagai perawatan lain.
Nanti malam, 'kan, acara ulang tahun mamanya Viano. Dia harus jadi yang paling memukau.
Belum lagi, soal rencana yang sudah disusun. Hmh, harus totalitas dalam penampilan. Maunya, dia tampil paling cantik tidak ada yang bisa menyaingi. Terlebih si Nesta. Biar terbuka mata Viano dan sadar siapa yang lebih layak untuk berdampingan dengannya.
Sebuah gaun baru keluaran brand ternama juga sudah disiapkan. Ditambah kiriman parfum dari Paris, Lusi pikir dia yang akan paling sempurna nanti malam.
Lain ceritanya dengan Nesta. Dia bukan pusing soal penampilan, melainkan masih bingung soal orang kaya, kalau ulang tahun biasanya dikasih hadiah apa.
Pertanyaanya, membuat Kevin geleng-geleng.
Sebetulnya, wajar kalau Nesta tanya begitu. Dia memikirkan mau kasih hadiah apa yang pantas buat mamanya Viano. Secara mereka orang kaya. Yang Nesta pikirkan di kepalanya, pasti sudah punya. Sampai mepet hari H tidak dapat.
Masalah utama sebetulnya adalah budget!
Tidak mungkin Nesta beli barang mahal, secara dia makan juga kembang kempis.
Kevin bilang, mau kaya atau miskin, namanya orang dikasih hadiah pasti akan terima saja. Bukan masalah mahal atau murah. Besar atau kecil. Namun, tulus atau tidaknya.
Bijak, sekali abang satu ini.
Nesta langsung setuju.
Dan, pertanyaan Nesta tentu membuat Kevin penasaran, mau kasih hadiah ke siapa. Waktu dijawab mamanya Viano, seketika senyum Kevin pudar.
Namun, setelah dia pikir-pikir, bisa melakukan satu hal yang bermanfaat buat Nesta.
Kebetulan Viano tidak menjemputnya, jadi Kevin bisa dong, tawarkan tumpangan. Yah, daripada Nesta keluar ongkos untuk pesan taksi online, lebih baik dia dapat tumpangan.
Lagi pula, datang ke pesta sendirian, tidak enak. Toh diundangan juga bisa untuk dua orang.
Meski sempat menolak tawaran Kevin, Nesta akhirnya mau. Dipikir-pikir, dia juga butuh kawan untuk datang ke pesta.
Kevin memang baik. Bilang terima kasih saja, Nesta pikir tidak cukup.
***
Malam jam tujuh ....
Kevin sudah siap dengan setelan jas, menunggu di depan kosan Nesta. Malam ini, dia pakai mobil untuk menjemput. Yahm walaupun hanya sedan biasa, paling tidak Nesta bisa tetap rapi sampai ke pesta nanti.
Sendiri di luar, bersandar pada mobil
"Hufth!" Walau cuma teman ke pesta, lumayan grogi juga.
Biar tidak jenuh, buka media sosial dulu, sekalian buat kurangi nervous.
"Vin!" Nesta memanggil ketika dia baru semenit bermain gawai.
Angkat kepala, mau menyahut. Namun, Kevin malah terpukau.
Nesta bisa juga tampil cantik. Maksudnya, dia hari-hari memang sudah lumayan manis. Cuma, selalu asal dan jarang pakai riasan wajah.
Ini ....
Duh, Kevin susah mendeskripsikan.
Apa, ya? Mungkin bisa dibilang, cantik, angggun, manis, imut.
Tunggu! Kenapa jalannya begitu?
"Apa pakai flat shoes aja, ya?" Nesta teplak-teplek jalannya menghampiri Kevin. "Pakai gini, jalan malah oleng!"
"Gini udah bagus."
Iya bagus. Masalahnya, Nesta mau berdiri saja, limbung.
"Kamu bisa pegang tangan aku kalau mau jalan nanti."
***
"Ya ampun, Lusi kamu cantik sekali." Garseta memuji penampilan gadis bertubuh semampai di depannya yang tampil memukau dengan gaun merah. Dia terlihat cukup bersinar di malam yang bertabur cahaya lampu.
Pantulan bayanganya dari kolam renang, seolah mengamini bahwa dia memesona bagai ratu.
"Tante juga, sangat cantik." Lusi tertawa kecil. "Malah, Lusi kira tadi Tante tamu undangan yang masih belia."
Kini gantian Garseta yang tertawa lepas.
"Bisa saja kamu."
Senyum Lusi pudar sejenak. "Mama dan Papa masih ada di Paris. Biasa, Tan." Sedikit berbisik di akhir kalimat. "Mama jadi pendamping model baru."
Garseta menepuk lembut tangan Lusi. "Tante sudah tahu itu."
Sapu pandangan ke sekitar, tidak menemukan Viano.
"Viano ada di dalam." Garseta seakan bisa menebak apa yang dipikirkan Lusi.
"Oh." Lesu menyahutnya.
"Yah, tahu sendirilah. Dia memang kurang suka dengan yang namanya pesta."
Lusi menyimpulkan senyum.
"Mari, duduk di meja khusus. Sebentar lagi acaranya mulai.
Baru mau menuju meja yang Garseta maksudkan, seorang pelayan datang mengajak bicara.
"Nyonya, tamu VIP Anda atas nama Nesta, sudah datang."
Lusi dan Garseta beradu pandang sejenak. Diam-diam berbardngan mengukir senyum. Sepertinya, sebentar lagi akan ada yang lari pulang sambil menangis darah.
"Suruh dia duduk di meja yang sudah saya siapkan."
Membungkuk, dia mengiyakan perintah Garseta.
"Oh, Tante." Lusi memegang dadanya. "Jantung Lusi berdebar menunggu akhir kisah dia." Tawanya sungguh mengejek.
***
Nesta jalan sambil memegang tangan Kevin. Viano yang baru dipaksa keluar oleh mamanya, melihat hal membuat matanya sakit itu.
Nesta datang?
Siapa yang mengundang dia?
Sama Kevin, pula! Beraninya mereka dekat-dekatan.
Tunggu! Viani jadi menyadari satu hal.
"Apa rencana Mama kali ini?" Ditatapnya tajam netra milik sang mama.
Tawa Garseta mengudara. "Bagus sekali cara bicaramu, Vi. Sangat mencerminkan kalau kamu anak berbakti."
Garseta sedang satire. Namun, Viano tidak mau terpancing. Mamanya tidak mungkin mengundang orang sembarangan. Ini pasti ada rencana yang disiapkan.
"Viano akan suruh mereka pulang."
"Terserah, kalau kamu mau dianggap mengusir tamu."
Rahang Viano mengeras setelah mendengarnya.
Dari kejauhan, tampaknya seorang pelayan menunjukkan jalan pada Nesta dan Kevin.
Viano masih memperhatikan dari tempatnya.
"Bersikaplah yang baik." Garseta juga menuju meja yang sudah disiapkan.
Menggeram, sendiri. Viano heran, kenapa Nesta harus datang?
Sadar atau tidak, dia sedang dijebak para serigala betina.
Tinggal memikirkan, bagaimana nanti Viano akan menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...