25. Titip Raja

11.5K 1.1K 28
                                    


Lusi apa-apaan, yang benar saja dia meminta Viano untuk menjemputnya berangkat ke tempat meeting di hotel Vaganza?

"Saya nggak bisa jemput kamu, berangkat sendiri aja!" tegas Viano.

Lusi sepertinya merengek di tempat. "Kenapa nggak bareng aja, sih, Vi? Kamu cuma sendiri, banyak bangku kosong. Daripada kita bawa kendaraan masing-masing, lebih baik bareng aja."

Pakai dasi setelah itu merapikan sedikit jasnya, Viano kembali menjawab Lusi. "Nggak ada alasan, yang jelas saya udah bilang kalau saya nggak mau bareng dengan siapa pun hari ini."

"Jangan kayak gitu, deh." Lusi masih memohon. "Atau kalau memang kamu nggak bisa jemput, biar aku naik taksi untuk ke rumah kamu. Berangkat bareng lebih enak, loh, Vi."

Viano berjengit. Lusi sering mengabaikan soal status Viano siapa- dia siapa. Memangnya ada, dalam sejarah sekretaris merengek minta dijemput sama bosnya? Bukankah itu termasuk kategori tidak sopan?

"Biar kita juga makin dekat di luar hubungan sebagai bos dengan sekretaris," lanjutnya.

"Saya ada perlu sebentar sama Raja, jadi kemungkinan akan lebih telat sedikit." Meskipun Viano akan usahakan untuk datang tepat waktu. "Datang duluan ke sana, jangan sampai terlambat. Jam 8, sudah di lokasi."

Mau tidak mau, Lusi harus berkata 'ya' atau Viano akan marah padanya.

"Jam delapan tepat atau lebih awal, aku akan sampai sana."

Panggilan belum selesai, Raja mengetuk pintu kamar papanya.

"Oke, Lus, hari ini kita harus menangkan tender. Ada papaku di sana, jadi aku mau semua sempurna dan terbaik." Seperti yang dia katakan pada Raja bahwa sebagai ayah, dia mau anaknya melakukan yang terbaik.

Tutup telepon tanpa permisi, Viano bukakan pintu. Anaknya mendongak langsung begitu melihat papanya muncul.

"Kita jadi ke toko Kak Nesta, 'kan?" Binar matanya menunjukkan kalau dia sangat antusias.

"Jadi." Viano melangkah keluar. Mengunci pintu, sembari menuntun Raja menunuruni anak tangga.

"Sarapannya udah abis?"

Raja mengacungkan jempol. "Udah, Pa."

"Nanti Suster Mia nggak temenin kamu, jangan nakal berarti."

Raja mengangguk untuk ke sekian kali. Pasalnya sejak semalam, Viano sudah mengulang kata yang sama. Berkali-kali.

"Papa, sampai sore?"

"Nggak. Siang nanti Papa pulang sebentar, jemput kamu. Terus, balik lagi ke kantor."

"Nanti makan siang bareng aja, Pa. Sama Kak Nesta juga."

Hadeh! Viano memang sayang sama anak, cuma kalau permintaan di luar batas kemampuan, pasti ditolak. Salah satunya, makan siang bareng Nesta. Sejauh ini masih masuk dalam kategori hal yang mustahil.

Viano masih ingat bagaimana cara gadis itu makan. Berantakan dan tidak teratur. Mana sanggup Viano satu meja dengannya.

"Biasanya kalau meeting, Papa dapat makan siang dari kantor. Jadi nggak bisa makan siang sama Raja." Minta maaf dalam hati, Viano terpaksa bohongi Raja. "Kalau kamu lapar sebelum Papa datang, makan aja sama Kak Nesta."

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang