10. Ribut Terus!

14.6K 1.4K 89
                                    

Mukanya Viano, kalau lihat Nesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mukanya Viano, kalau lihat Nesta. Bete banget, wkwkwk.

Note: sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan

$$$

Menyapu lantai dari paling dasar sampai paling atas, sudah. Mengepel, sudah. Lap kaca, juga sudah. Istirahat di pantry, waktunya cek gosip terhangat.

Any way, Nesta ini gabung di group chat yang khusus membahas Oppa Korea. Bucinnya Nesta si Kai EXO. Yah, bukan cuma dia aja. Suho, Sehun, belum lagi yang aktor paling mahal Kim Soo Hyun, suka juga. Lebih tepatnya, semua yang cakep, putih, sipit-sipit menawan, Nesta suka.

Baru buka, ada gosip soal biasnya yang dibilang pacaran sama salah satu personel girl band.

Panas hati panas, suami halu kini punya gebetan. Biar sekadar halu, perasaan cinta sudah kadung dalam. Cuma, Nesta masih bisa controll jari, untuk tidak ngehujat sembarangan.

Dia bucin, tapi bukan yang bego-bego banget, yang rela ribut demi idol.

Secara, mereka kenal aja tidak sama dia.

Suka sewajarnya saja, cukup.

"Suamiku!" Nesta mendekap ponselnya. "Kamu tega, selingkuh dari aku. Sakit hatiiii." Monolog sendiri, wajar kalau Lusi sering sebut Nesta aneh.

Viano yang ke dapur untuk isi air hangat ke tumblernya sendiri berjengit heran.

"Santai, yah, kamu!" serunya dari belakang membuat Nesta terkejut.

Nesta menoleh ke sumber suara. Tahu siapa yang datang, dia mencebik kesal. Buyar sudah lamunannya.

"Bapak ada perlu sama saya?"

Viano berdecih. "Coba kamu menyingkir." Telunjuknya gerak-gerak, sudah mirip usir ayam.

Melipir, Nesta menjauh dari pandangan Viano.

"Kalau udah beres satu kerjaan, kerjain yang lain. Jangan main hape, ini kantor!" lanjut marah-marah pas mengisi air panas.

"Pak, kalau lagi deket air panas jangan ngomel, nanti kesiram." Berani Nesta membalas.

Mitos begitu, mana mungkin Viano percaya.

"Kamu kalau bos lagi ngomong jangan jawab!" Memelotot Viano di depan Nesta. "Miskin seumur hidup, tau kamu!"

Tangan dikepal, Nesta tahan amarah.

"Iya, Pak!" Agak nggak ikhlas dia bicaranya.

Viano mendesah. "Nesta, saya kasih tahu kamu satu hal."

Nesta yang diajak bicara, cukup mendengarkan.

"Kalau bekerja, lakukan semuanya dengan baik. Sekecil apa pun itu. Jangan sembrono apalagi sampai menyepelekan. Karena dari situ, tangga karir kamu akan terbuka."

Diam dan saling tatap-tatapan.

Viano mulai begah ditatap Nesta. "Kamu ngapain lihatin saya!"

"Bapak, sadar, 'kan, abis ngomong apa?"

Menggeram, Viano menutup rapat tumblernya. "Saya ngomongin kamu biar bener kerjanya!"

"Bapak sayang sama saya?" celetuk Nesta.

"Iya. Eh-" Viano kaget sendiri sama ucapannya. "Gini, ya!" Bahasa tubuhnya mulai menunjukkan kalau dia panik. "Sebagai pemimpin saya wajib kasih arahan yang benar. Walaupun, tim SDM biasanya adakan pelatihan."

Nesta masih senyam-senyum, Viano makin kesal. Yah, Nesta sebetulnya juga tahu, kok, si bos nggak mungkin suka apalagi sampai sayang dengannya.

Cuma, dia suka aja, lihat Viano yang marah-marah sampai merah kupingnya.

"Iya, Pak, iya."

"Ya sudah, sana kamu!" Nesta disuruh minggir lagi

Geser-geser, Nesta kasih tempat buat Viano jalan.

Tapi, Tuhan punya cerita lain. Entah bagaimana, Nesta malah keserimpet kaki sendiri.

Viano, biar jutek begitu, tetap punya perasaan. Lihat karyawannya yang sableng mau jatuh, refleks tangannya terbuka untuk menangkap.

Adegan klasik banget, yang sudah basi kalau lihat di drama romantis.

Habis jatuh, ditangkap terus tatap-tatapan sebentar.

Bedanya ....

Brak.

Nesta dilepas gitu aja, sebelum berdiri. Mana volume kepadatan bokongya kecil, jadi nggak bisa meredam benturan.

Bangun, usap-usap bokong. "Bapak kok, jatohin saya, sih!" omel Nesta.

Berdeham sambil rapikan kemeja, Viano berkata, "Kamu ngapain ngelihatin mata saya."

"Ada upil di mata Bapak!" jawab Nesta asal, terus melenggang dari Viano. Lumayan sakit bokongnya, habis jatuh.

Upil? Viano seorang bos, masa iya punya upil di mata.

Sebelum yang lain lihat, ambil ponsel cek pakai kamera depan.
Periksa dengan teliti, Viano tidak menemukan apa-apa.

Tunggu! Viano menyadari satu hal.

Yang di mata, bukan upil, 'kan? Belek!

Sadar Nesta asal omong, geram rasanya. Beneran, Viano bisa kena darah tinggi kalau begini.

Baru juga mau memasukkan ponsel, ada pesan masuk. Dari pop up-nya, kelihatan kalau Raja yang mengirim.

Papa, nanti makan siangnya dimakan, ya. Jangan lupa, ajak Kak Nesta. Pokoknya, Papa nggak boleh bohong!
Nanti Raja minta videonya.

Mengigit bibir seraya meremat ponsel kuat, Viano kesal sendiri. Malas kalau dia harus makan siang sama Nesta. Ah, sial juga. Gara-gara minggu kemarin Raja ditolong Nesta, dia jadi sayang sama itu perempuan.

Malas, tapi anaknya yang meminta. Jadi, Viano harus bagaimana?

$$$$

Yuhu, aku kembali up.

Seneng nggak kalian?

Kangen komen kalian, ayo yaaah aku tunggu.

Kalau pada suka, diusahain rutin up

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang