9. Ternyata, Dia Bapaknya

14.8K 1.5K 86
                                    

Wah, parah. Demi Tuhan sejagat alam raya. Pemilik siang dan malam, yang mengatur rotasi dan revolusi bumi ....

Itu yang sama Raja, si Viano?

Aduh, Nesta jadi kepikiran soal semua yang dia bilang ke Raja. Kira-kira, itu anak bakal mengadu ke bapaknya atau tidak?

Nesta bisa kabur sekarang, tidak ya?

Sialnya, mereka makin lama makin dekat. Nesta sepertinya harus siap, kalau sebentar lagi dapat semburan lahar panas dari amarah Viano.

"Papa, ngapain, sih, pakai laporin Kak Nesta ke satpam?" Raja yang lagi dituntun Viano protes.

"Papa nggak tau, kalau kamu sama orang itu." Saking sebalnya, Viano malas sebut nama Nesta. Dia kira, Raja sama penculik tadi.

Walau dari jauh, terus karyawannya itu berlagak mau sumputin muka. Sudah tahu Viano, kalau itu dia. Si Sableng!

Bersungut-sungut, Raja meminta Viano agar minta maaf sama Nesta. Biar kata dia masih anak di bawah umur, Raja tahu dong, rasanya saat sudah menolong orang malah dituduh penculik.

Papanya memang kadar suuzonnya berlebihan!

"Harus minta maaf yang baik, pokoknya!"

"Iya, nanti Papa minta maaf." Kali ini tulus, mau minta maaf. Yah, daripada pusing sama Raja yang terus mengomel.

"Papa jangan bohong, ya!" Raja meragu papanya akan minta maaf. Soalnya, papanya jago ngeles kalau lagi salah.

Makin dekat, Viano makin merasa dongkol lihat karyawannya yang mirip cacing kepanasan. Kenapa pula tingkahnya begitu!

Nesta yang lagi di pos satpam dari tadi berdoa dalam hati. Berharap itu bukan Viano bosnya. Semoga cuma mirip atau saudara kembar saja. Yah, semoga saja.

Ya, Allah! Nesta butuh pertolongan, waktu sadar kalau yang datang benar Viano.

Umpetin muka di tembok saja kali, ya!

Viano permisi sama satpam. Ngobrol sedikit soal kesalahpahaman di antara mereka.

Viano menjelaskan kalau Nesta bukan orang jahat, apalagi penculik.

Sebetulnya Pak Satpam juga tadi agak ragu, waktu Viano bilang di telepon kalau Raja dalam bahaya.

Secara, pas sampai di sekolah, tampang itu bocah kelihatan senang-senang saja. Bukan yang tertekan atau merasa dalam ancaman.

Yah, lagipula logika Viano ke mana?

Masa orang mau meculik anaknya, malah diantar lagi ke sekolah.

Viano belum tahu saja, Nesta sebetulnya terpaksa karena dia tidak tega. Malah lagi sakit gigi. Terbayang, dong, penderitaan Nesta.

Jadi, yang marah harusnya Nesta. Cuma nasib kacung, yah begini. Terima salah terus. Namanya juga, hidup dari gaji yang bos bayarkan.

Oke, setelah penjelasan panjang lebar, akhirnya Viano bisa tatap muka langsung dengan Nesta.

Masih saling diam.

Nesta diam, lantaran tidak tahu harus berkata apa. Kepalanya penuh dengan pertanyaan soal siapa Viano bagi Raja. Belum, masalah sakit giginya, yang bikin nyut-nyutan.

Raja mengguncang tangan papanya, mengingatkan soal yang tadi telah mereka sepakati.

Terpaksa ini, Viano terpaksa.

"Maaf!" Bilang minta maaf sambil buang muka.

Nesta menyampirkan tas selempangnya. Bukannya menjawab dia malah bertanya hal lain.

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang