"Kenapa kamu buru-buru membawa gadis itu pergi?"
Ingin sekali rasanya Viano menertawakan mamanya keras-keras. Intonasinya saat bicara berlawanan dengan makna yang sebenarnya tersembunyi dalam hati.
Richard menyentuh tangan Garseta. Mengingatkan agar istrinya tidak merusak pestanya sendiri. Sementara Kevin tidak tinggal diam. Dia tahu malam ini memang akan kacau. Dari awal sudah merasa tidak mungkin mereka mengundang Nesta datang, tanpa maksud tertentu.
"Ayo, Nes, kita pulang."
Hampir saja Kevin bisa meraih tangan Nesta dan menutunnya keluar dari tempat terburuk itu, Viano menjauhkannya.
"Biar saya yang antar dia."
Kevin mengeluarkan tawa yang sama sekali tidak terdengar lucu. "Bukankah harusnya saat ini kamu bersikap manis dengan ibumu yang sedang ulang tahun? Kalau begitu, jangan sibuk mengurus orang lain."
"Apa-apaan kamu!" Viano mencengkram kerah baju Kevin.
"Pak!" Nesta membela temannya. Saat itu juga Kevin menepis tanpa rasa takut.
"Viano!" Garseta menyalak. Dia tidak habis pikir soal perilaku anaknya yang terkesan sangat membela gadis kampungan. Bahkan sampai melupakan etika bagaimana seharusnya sikap orang dari kalangan atas.
Kevin mengibas jasnya yang kusut. Tatapannya begitu tajam seakan bisa melubangi kepala Viano.
"Apa kalian memang benar-benar tidak bisa tenang!" Garseta berteriak parau. Sampai sakit kepala karena saking frustrasinya melihat kelakuan anak-anak di depannya.
"Terutama kamu!" Tunjuknya pada Viano. "Apa sama sekali tidak bisa menghargai Mama?"
Viano mengernyit. Menghargai yang bagaimana yang dimaksudkan.
"Tenanglah!" Richard mengingatkan kembali. Namun, tetap saja Garseta tidak memedulikannya.
"Mama bahkan belum selesai bicara dengannya. Harusnya kalau memang kamu mau dia lebih dekat, tunjukkan siapa kamu sebenarnya."
"Ma ...."
"Kalau kamu tidak sanggup, biar mama yang menjelaskan di sini.
Acara makan malam yang harusnya penuh sukacita tersebut, berubah menjadi menegangkan.
Nesta diam di tempat dan kini Garseta menatap lurus padanya.
"Saya yakin kamu sudah tahu siapa Viano, tapi kamu belum tau semua tentang Viano, 'kan?" Dia naikkan sebelah alisnya.
Tanpa sadar Nesta mengangguk perlahan.
Tersenyum simpul, Garseta kemudian menunjukkan satu per satu siapa saja orang-orang yang berhak dekat dengan keluarganya.
"Biar aku perkenalkan padamu."
"Ini papanya Viano. Salah satu investor di bisnis jaringan Hotel Internasional dan juga pemilik pemilik perusahaan QZ Corporation."
Belum selesai Garseta memperkenalkan lagi semua sepupu Viano yang hadir di sana. Rata-rata dari mereka adalah lulusan Universitas ternama di luar negeri. Bahkan pendidikannya bukan tingkat sarjana lagi, melainkan sudah magister. Kalaupun ada yang tidak jadi sarjana, mereka sudah memiliki bisnis sendiri.
Tidak ada yang kelas bawah. Semuanya orang-orang golongan atas.
Nesta hanya bisa tersenyum pahit.
Terakhir, memperkenalkan siapa Lusi dan Apa statusnya bagi Viano.
"Kamu pasti sudah sering bertemu dengannya di kantor, bukan?"
Seakan ingin menunjukkan bahwa dia memang pemenang, Lusi menatap Nesta dengan tatapan yang meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...