ruang OSIS

1.6K 13 0
                                        

Satu minggu berlalu murid-murid mulai sibuk menyiapkan karya tulis mereka ada yang membuat puisi, cerpen, pantun dan pidato tentang kebangsaan.

Sama halnya dengan alex ia juga ikut dalam perlombaan ini. Ia membuat puisi tapi itu adalah hasil karya orang lain. Ia minta kepada ayah nya agar bisa di buatkan puisi oleh Seorang seniman profesional agar ia bisa memenangkan lomba tersebut.

Di lain tempat di kelas 11 IPS 2 ada murid baru pindahan dari SMA negeri. Ia adalah seorang anak laki-laki yang cukup tampan dan cukup manis jika diperhatikan.

"Ayo.. Perkenalkan dirimu nak." Pinta ibu dewi wali kelas 11 IPS 2.

"Nama saya Awan. " Ucap nya memperkenalkan diri.

"Sudah hanya itu, saja? " Tanya ibu dewi.

"Udah, bu gak ada lagi. " Jawab nya santai.

"Ckckckck...ya sudah kamu duduk sana di belakang." Ibu dewi mengercap keheranan.

Awan pun berjalan menuju ke bangku kosong yang terletak di barisan paling belakang.

Dikelas 11 IPA 1 disa dan jennie sedang asyik membicarakan tentang persiapan lomba. Tiba-tiba alex menghampiri.

"Dis, ngumpulin karya tulis nya kapan? " Tanya Alex.

"Paling lambat besok, soalnya sisa waktu  sebelum pengumuman pemenang lomba bakal di gunakan oleh Dewan juri buat menilai hasil karya tulis siapa yang terbaik. " Disa menjelaskan.

"Emang nya lu udah bikin karya tulis nya? " Tanya disa penasaran.

"Hmm... Dikit lagi besok gw kumpulin dah. " Jawab nya.

Keesokan harinya para siswa dan siswi yang sudah mendaftar menyerah hasil tulisan mereka kepada disa.

Awan sedang berjalan-jalan sendirian. Ia tak menghiraukan kerumunan para murid di depan ruang OSIS. Ia hanya ingin melihat-lihat di sekitar saja sekalian mencari tempat buat tidur saat jam istirahat.

Disa dan jennie berjalan menuju ruang guru untuk menyerah kan hasil karya tulis para peserta. Namun selembar kertas terjatuh dan terbawa angin dan mendarat tepat di sepatu awan. Ia menelusuri datang nya kertas itu.

"Hai, tunggu gw mau tanya ini puisi siapa ya? " Tanya awan kepada salah satu murid peserta lomba.

"Oh, ini mungkin terjatuh pas dibawa disa . Lu kasihin aja sama disa ketua OSIS dia panitia nya. " Jawab nya.

"Ruang OSIS dimana ya? " Tanya nya lagi.

"Lu, baru ya disini masa ruang OSIS aja gak tau? Tuh yang tadi banyak anak-anak pada kumpul. " Jawab nya menunjukkan lokasi nya.

"Oh, ya gw tau. Makasih ya. " Jawab awan dan berlalu.

Beberapa menit kemudian awan sudah sampai ke ruangan OSIS. Ia lalu menanyakan tentang keberadaan disa.

"Sorry bro, lu ngeliat disa gak? " Tanya nya.

"Tuh, yang lagi duduk di meja ketua. " Jawab nya menunjuk kearah meja yang terdapat identitas pemiliknya.

"Ok, makasih ya. " Jawab awan.

Awan berjalan mendekati seorang wanita cantik yang sedang duduk di belakang meja kayu. Ia sedang asyik berbincang dengan jennie teman sekelasnya.

"Sorry ganggu waktu nya. Lu disa ya? " Tanya awan memotong pembicaraan mereka.

"Ya.. Ada apa ya? " Jawab disa heran.

"Gak, gw cuma mau balikin kertas ini ke lu..."Jawab awan menyodorkan kertas puisi yang di temukan nya. Ia pun berjalan menuju pintu keluar.

"Oh... Yaudah Terima kasih ya. " Ucap disa. Ia lalu memeriksa puisi tersebut namun tidak ada identitas pemilik nya.

"Woi... Tunggu nama lu siapa? " Seru disa kepada awan.

"Awan.. " Jawab nya.

Baru saja awan hendak melangkah.

"Lu, kelas berapa? " Disa kembali bertanya.

"11 IPS 2...“ awan lalu keluar ruangan OSIS.

" Yaudah, lu catet jen, dikertas puisinya. Namanya awan kelas 11 IPS 2. Entar kita kumpulin di meja guru. " Pinta disa.

"Ya... Lagian kayaknya puisi nya bagus nih, sayang-sayang nih kalo gak sampe ikut lomba orang nya juga cute juga kalo di lihat-lihat." Jennie tersenyum.

Awan

Awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dosa Disa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang