pembalasan Bima

211 5 0
                                        

Bima masih penasaran dengan awan. Kali ini ia berencana menantang awan di luar sekolahan. Ia mengirimkan pesan tantangan lewat sebuah pesan singkat. Awan yang tidak mau ambil pusing menanggapi nya dan menerima nya.

Lintang masih di sibuk kan dengan kegiatan OSIS nya. Ia pulang telat karena ada rapat OSIS untuk membahas tentang acara malam donasi untuk korban kebakaran.

Ia pulang menggunakan angkutan umum menuju rumah nya. Ia duduk di belakang supir mata nya menghadap ke pintu.
:
:
:
"Jadi sekarang mau lu apa? Hah. " Awan menyandarkan tubuhnya di depan kap mobilnya dan menunjuk ke arah Bima yang sedang bersama teman-teman nya tetapi ini adalah anak berandalan sama seperti cerita Alex saat itu.

"Hati-hati bro Bima teman-teman nya kebanyakan Anak-anak berandalan. "

Awan teringat kembali ucapan Alex. Ia mengangguk - angguk dan bersiap dengan kemungkinan yang akan terjadi.

"Gw mau lihat sehebat apa sih? Kalau di luar sekolah. " Bima menyeringai licik.

Kini awan yang menyeringai sombong saat Bima berlari ke arah nya di ikuti sekitar sepuluh orang di belakang nya.

Bima melayang kan pukulan namun awan mampu menghindar dan kini Bima yang kena pukulan telak di pelipis nya hingga lebam awan melayang kan tinju kanan kiri nya ke perut Bima yang langsung terjatuh. Satu pukulan melayang di tengkuk awan dan sebuah tangan mengunci pergerakan awan dari belakang sedang kan yang lainnya menghantam wajah awan dari berbagai arah sampai darah segar mengalir dari bibir dan hidungnya.

"Arrrggghhh... Bangsat. " Awan menanduk musuhnya dengan kepala bagian belakang membuat darah segar mengalir dari hidungnya dan melepaskan kuncian nya di tubuh awan. Kini ia merangsek ke depan memukul satu musuh nya dan melakukan spin kick ke arah belakang kini tiga orang sudah tersungkur.

Awan tetap fokus dengan Bima ia menarik kerah nya dan menghantam dagu Bima dengan keras. Walaupun kini ia menjadi bulan-bulanan musuh yang lainnya. Awan masih terus menghujam perut Bima dengan lutut nya. Dan pada pukulan terakhirnya awan menghantam pipi Bima dengan sekuat tenaga membuat Bima jatuh tak sadarkan diri.

Awan yang lengah kini ada dalam cengkraman para berandalan itu. Tubuhnya di hajar Habis-habisan.

Lintang turun dari angkutan umum. Ia berjalan menuju rumah nya. Saat ia melewati tanah kosong dekat rumah nya ia melihat sekelompok anak berandalan sedang berkelahi. Namun bukan itu yang mengusik pandangannya tetapi ia melihat mobil awan ada disana.

"Bima... Hentikan. " Pekik lintang saat melihat Bima sedang menendang tubuh awan yang sudah tak berdaya tertidur di tanah. Dengan wajah yang sudah babak belur.

Bima menoleh dan menghampiri lintang. "Lu, liat tuh cowok idaman lu. Hampir mampusss... " Bima menyeringai.

"Keterlaluan kamu, berani nya keroyokan. Pergi gak atau aku akan teriak nih biar warga sini pada dateng. " Ancam lintang.

"Ahhh... " Bima mendengus kesal dan memberi isyarat kepada teman-teman nya untuk pergi.
:
:
:
"Kakak sudah sadar? " Kata pertama yang terdengar saat awan memicingkan mata nya.

"Heh, dimana gw? Apa gw ada di surga? " Ucap awan sekenanya.

"Ihhh... Kakak masih bercanda aja. Sekarang kakak ada di rumah aku. " Sahut lintang.

"Owh, kirain gw lagi di surga habisnya gw liat bidadari ada di depan mata gw. " Goda awan meringis menahan sakit.

"Ihh... Apaan sih kakak gak lucu tau bercanda nya. " Terlihat semburat merah di pipi awan.

"Hn... Makasih yah. " Awan mencoba bangkit dari sofa di ruang tamu lintang.

"Kakak mau kemana? " Lintang menahan tubuh awan yang belum kuat untuk bangkit.

"Kakak belum kuat untuk berjalan mendingan kakak istirahat aja dulu disini sampai benar-benar fit. " Bujuk lintang.

"Hummm... " Awan menghembuskan napas panjang.

"Ada kaca gak? " Awan kini duduk di samping lintang.

"Buat apa kak? " Lintang menaikan satu alisnya.

"Ada gak? " Awan mengulanginya lagi.

Lintang mengeluarkan kaca dari tas sekolah nya dan memberikan nya kepada awan.

"Ya... Ampun jadi gak ganteng lagi deh gw. " Ujar awan melihat wajahnya yang babak belur dan penuh dengan plester di pelipis nya. Membuat lintang membulat kan mata nya.

"Ihh... Kakak kirain apaan. " Lintang menepuk jidatnya.

"Gw takut lin. " Ujar awan dengan nada serius.

"Takut apa kak? " Lintang menanggapi dengan serius ucapan awan.

"Takut lu gak suka lagi sama gw gara-gara wajah gw hancur begini. " Ucapan awan membuat lintang kesal dan mencubit lengan nya.

"Awww... Sakit lin. " Awan mengaduh.

"Maaf kak... Gak sengaja. " Lintang langsung mengusap lengan awan.
:
:
:
Keesokan harinya awan masuk kelas dengan wajah penuh luka lebam. Dan beberapa plester menghiasi wajahnya. Teman-teman nya tidak ada yang berani bertanya hingga jam selesai tak ada satu pun teman yang berani bertanya.

"Alex, tunggu. " Awan memanggil Alex yang hendak masuk ke dalam mobilnya.

"Ada apa? " Sahut Alex.

"Lu tau kan tempat nongkrong Bima sama Berandalan-berandalan itu. " Tanya awan.

"Gw gak tau. " Jawab nya dengan nada ketus.

"Gw tanya sekali lagi. Dimana tempat nongkrong Bima dengan para Bajingan itu. Hah? " Pekik awan mendelik ke arah Alex.

"Gw gak tau. Lu gak dengar apa? " Dengus Alex kesal.

Bug...

Sebuah pukulan mendarat tepat di pipi Alex hingga wajahnya menoleh dan sekali lagi pukulan itu menghujam perut nya hingga tubuhnya sedikit terangkat ke atas tanah.

"Kasih tau gw atau kemarahan gw ke Bima gw lampiaskan ke lu. " Awan mengeratkan cengkraman nya di baju Alex.

"Ya... Gw kasih tau. " Alex lalu memberitahu kan lokasi tempat nongkrong nya.

Awan bergegas masuk ke dalam mobil.

"Halo kai, gw dah dapat lokasi nya. Seperti nya gak jauh dari tempat kemarin gw dihajar. Lu bawa Anak-anak secukupnya aja biar sisanya kita yang hadapi. "

Awan mematikan ponsel nya dan segera meluncur ia meminta bantuan kepada kai dan teman-temannya di sekolah nya yang dulu. Mereka janjian ketemu langsung di lokasi tempat persembunyian Bima dan teman-temannya. Kali ini awan akan menuntut balas kepada Bima karena ia sudah melibatkan orang di luar sekolah untuk menghajar nya. Dan kini awan meminta bantuan kepada kai dan anak buahnya yang dulu ikut berperang bersama nya saat masih bersekolah disana.



Jangan lupa vote
Dan komentar nya.

Dipublikasikan

14 September 2020

Pukul 18.20 wib.

Dosa Disa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang