[2] Arkan Rasetya Keno

3.1K 365 2
                                    

Apa yang membahagiakan selain melihat gebetan berjalan melewati kelasmu? Itu yang dirasakannya begitu melihat seroang laki-laki dengan tinggi 180 cm berbalut jaket hitam kulit dengan tangan yang diselipkan dalam celana berjalan dengan cool dihadapannya.

Kedua sudut bibirnya tertarik, laki-laki bernama Arkan, yang merupakan most wanted sekolah dengan dua temannya Kefin dan Bimo- pemilik mata hazel berwarna biru, mata tajam, hidung mancung, rahang tegas dan bibir yang seksi membuat kaum hawa tidak kuat memandang berlama. Bisa-bisa menjadi serangan jatuh cinta. Wajah tampannya menjadi pemicu datangnya fans dan terkenalnya dia, ditambah sikap nakal yang selalu melekat. Seperti sekarang ini, siswi yang sudah keluar kelas berteriak menyebut nama Arkan. Menatap penuh minat dengan harap. Sayangnya dia cuek, seperti biasa.

Arkan berjalan dengan tatapan lurus dan tanpa melirik sedikitpun. Mengabaikan teriakan yang memekakkan telinganya. Di sebelahnya Kefin menaik turunkan alisnya, memberikan kesan manis membuat kaum hawa senyum-senyum sendiri. Bimo di sebelah diam dengan tangan bersilang di depan dada, namun memberikan senyuman yang juga membuat kaum hawa jungkir balik.

Ketiganya memang tampan dari segi wajah. Tapi lebih menarik Arkan daripada Bimo dan Kefin.

Arkan itu selain tampan, nakal tapi gitu-gitu dia juga rajin dalam kelas. Suka traktir dan siapa sih yang tidak tertarik.

Seperti halnya Dian, ia segera keluar begitu guru sudah berjalan keluar duluan. Mata bulatnya menatap Arkan yang berjalan melewati kelasnya, membuatnya buru-buru mengejar.

"Arkan!!"

Semua pasang mata menatap ke arahnya. Senyum yang tadi mengangumi 3 sosok most wanted sekolah menatap malas ke arahnya. Dian memilih tidak peduli, melangkah cepat.

Harum parfum mint begitu kentara begitu dia berada di samping Arkan.
Tangannya melambai, senyumnya kian lebar. Namun Arkan memilih diam. Selalu saja begitu.

"Pulang bareng ya?"

Bimo dan Kefin melirik sejenak. Hanya diam memperhatikannya dan melihat akan berakhir bagaimana perjuangan seorang Dian kali ini.

"Arkan. Ih dicuekin." Jari lentiknya menoel-noel lengan Arkan. Yang dicolek masih tampak diam dan tenang. Mengabaikan.

"Gue gak bawa mobil." Curhatnya masih setia mengikuti. Diliriknya Arkan yang tidak mengeluarkan ekspresi, bibirnya berubah cemberut.

"Arkan Arkan lo tanding sepak bola Minggu depan ya? Gue pasti datang! Tandingnya hari apa dan jam berapa sih?"

Gelak tawa dari samping kanannya membuatnya menoleh. Dian menatap datar Kefin yang tertawa.

"Ngapain lo ketawa?"

"Lo ngomong sendiri?" ledekan dari laki-laki pemilik rambut lurus ke samping itu membuatnya jengkel.

"Udah dicuekin berulang kali. Mending lo nyerah. Gak akan disahutin Arkan."

Dian memutar bola mata jengah. Kakinya tetap berjalan bersama tiga most wanted ini, bagaimanapun caranya dia harus pulang dengan Arkan. Harus!

"Anter gue pulang ya?"
Matanya mengerjap imut. Dian mengamit lengan laki-laki itu, refleks membuat Arkan menoleh dan menatap tajam. Dengan kasar ia menyingkirkan lengan Dian dari lengannya, lalu berjalan dengan langkah lebar menuju parkiran.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang