[33] Pujian

1.1K 257 28
                                    

Bismilah
Happy reading and please vote first and give the comment.❤️

⭐⭐⭐

•••

Pada akhirnya, dia pergi pengajian bersama dua teman barunya. Walaupun agak segan karena mereka baru bertemu satu kali, Dian memberanikan diri mengajak mereka dan dia bias bernafas lega dengan reaksi mereka yang excited. Ah setidaknya Dian memang tidak sendiri.

Tapi, kali ini Dian terdiam didekati motornya. Sangat ragu melangkah setelah menatap pakaian Isya dan sera yang bergamis dalam dengan khimar panjang. Bandingkan dengan dirinya yang kini kembali memakai khimar pemberian Ilham, celana kulot dan baju yang lebih lapang. Mereka seperti bumi dan langit dan Dian merasa malu dengan hal itu.

Dian menghela nafas, memperhatikan mereka yang kini melambai dengan senyum lebar. Sayangnya dia tidak punya baju seperti itu dan bahkan tidak terpikir untuk hal itu. Apa dia balik saja kali ya? Mungkin Dian akan pulang dan bilang ada urusan mendadak.

Lebih baik memang gitu. Buru-buru Dian berbalik naik ke atas motornya dan mengetikkan pesan untuk Isya, tapi sebelum sempat terkirim chat yang masuk dari Ilham membuatnya buru-buru membuka.

[Assalamualaikum?]

[Nggak masuk? Kenapa naik motor lagi?]

Matanya membola. Sontak Dian melihat kanan kiri mencari keberadaan Ilham Tapi tidak ditemukannya. Loh? bagaimana Ilham tahu?

[Kak ilham di sini?]

[Iya. Gue di sini.]

[Kakak lihat Dian dari mana? Kok nggak kelihatan?]

[Nggak jadi ikut pengajian?]

Dian menggerutu Ilham tidak menjawab pertanyaannya. Malah bertanya alasannya yang membuat, kepalanya menggeleng sambil mengetik balasan.

[Malu. Dian Insecure. Pakaian Dian gini. Jauh banget. Mereka semua pakai gamis. Dian pulang aja deh kak, Ilham]

[Lihat ke depan]

Sempat bingung namun dia mendongakkan kepalanya, dari kejauhan di bawah pohon terlihat Ilham melambai dengan senyumnya yang membuat Dian tersenyum lebar. Sungguh melihat Ilham membuatnya senang bukan main, apalagi senyum laki-laki itu.

[Sini]

Dian mengirim chat kepada Isyla untuk masuk duluan, agar mereka yang kebingungan di belakang tidak heran. Setelah melihat mereka berjalan menuju pintu masjid, Dian pergi menemui Ilham yang kini memakai baju koko putih dengan jeans hitam. Terlihat tampan.

"Kak Ilham kok nggak bilang di sini? Malah ngumpet di bawah pohon," protesnya.

Ilham mengulum senyum. Tidak menjawab dan memberikan sebuah paper bag padanya. "Nggak usah pulang. Nih."

"Ini apa?" terimanya bingung.

"Coba lihat."

Dian mengernyit bingung. Mengeluarkan isinya dan menemukan sebuah gamis berwarna hitam dengan jilbab instan berwarna mustard. Kedua sudut bibirnya tertarik, Ilham selalu tahu apa yang diinginkannya.

"Buat Dian?"

Ilham tersenyum. "Pakai ya?"

Dian mengangguk, ditatapnya Ilham terharu. "Kak iLham baik banget. Kalau gini Dian nggak jadi pulang."

"Ya udah pakai gih. Habis itu masuk. Semoga berkah ya ilmunya. Gue masuk dulu."

Dian mengangguk, memperhatikan Ilham yang berbalik dan melangkah pergi. Teringat sesuatu membuanya memanggil laki-laki itu. "Kak Ilham?" panggilnya membuat ilham segera berbalik badan

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang