[30] Dian 2020

1.2K 262 36
                                    

Bismilah.
Selamat pagi.
Sebelum beraktifitas yuk segarkan dulu sama yang bikin baper. 😂
Happy reading dan please vote dulu sebelum baca ya❤️

•••

"Wanita dihormati karena malu dan kemuliaannya. Jika kemuliaan itu sirna, benteng apa yang bisa menjaga mereka dari nafsu lelaki?"

Memintamu dalam Istighfar•

Sambil menunggu ban motornya selesai, mereka jadinya memutuskan makan sekarang. Kini di sini keduanya berada, di salah satu tenda pedagang kaki lima yang menjual beraneka ragam makanan. Ilham sendiri memesan soto pedas dan Dian yang memilih memesan nasi goreng.

Mereka sama-sama duduk berhadapan, namun saling terdiam. Jika Dian perhatikan Ilham suka sekali menatap ke arah lain daripada dirinya, itu benar-benar membuatnya canggung. Karena biasanya selama ini dia dan lelaki berbicara langsung dan menatap. Bagi dirinya sendiri, rasanya Dian tidak pernah bosan menatap laki-laki itu.

Ternyata laki-laki saleh itu mempunyai daya tarik beda. Mereka tampil keren bukan dengan pergaulan, tapi dengan akhlak. Apa mungkin ini juga yang dulu dirasakan Aila saat ngejar Nizam sampai rela hijrah? Jika iya, Rasanya Dian menyesali kejahatannya dulu.

"Kak Ilham?" Suasana hening itu membuatnya bosan juga, Pada akhirnya Dian mengajukan pertanyaan, "Apa laki-laki suka perempuan saleh?"

Ilham mendongak dan memberi anggukkan.

"Kak Ilham sendiri?"

"Lo tahu jawabannya."

"Tipe Kak Ilham gimana?" tanyanya sambil menumpu dagunya dengan tangan, menatap Ilham yang kini terdiam beberapa detik. Baru membuka suara, pesanan mereka yang datang membuat keduanya menoleh.

Dua piring pesanan kini disajikan. "Kita makan dulu ya?" Dian mengangguk. Baru satu sendok nasi goreng memasuki mulutnya, melihat ilham yang berdoa sebelum makan membuatnya tersenyum dalam diam dan juga ikut berdoa.

"Makan boleh sambil ngomong nggak, Kak?"

"Habisin dulu makanan di mulut."

Dian mengangguk. Menikmati rasa nikmat di mulutnya dengan tatapan masih memperhatikan Ilham yang kini fokus makan. Janggut tipis di dagu itu membuat Dian salfok, adem saja. Jelas terlihat solehnya.

"Kak Ilham?" panggilnya setelah menelan makanan.

"Hmm?" Ilham mendongak dengan sebelah alis terangkat, benar-benar terlihat ah kenapa sekarang Ilham terlihat memukau baginya dalam raut apapun.

"Dian suka lihat laki-laki jenggot tipis gitu. Apalagi Kak Ilham," tuturnya terbuka.

Uhuk!

"Adem juga lihatnya."

Ilham buru-buru mengambil minum begitu rasa panas terasa di tenggorokannya. Ucapan Dian yang spontan itu terus terang membuatnya merasa senang?

"Coba aja semua laki-laki gitu, pasti adem dan juga kelihatan soleh," lanjutnya kemudian. Ilham berdehem, membuatnya tertawa kecil.

"Habisin dulu makanannya, keburu Maghrib." Perintah Ilham itu membuatnya mengerucutkan bibir kesal. Sedang enak bicara diminta berhenti.

"Iya,' ucapnya lemas.

Dengan patuh dia diam hingga makannya habis. Wajahnya ditekuk karena bosan Ilham tidak memberinya waktu berbicara banyak. Dia tidak suka kalau diem-diem gini. Di sisi lain Ilham tersenyum memperhatikan tingkahnya.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang