[13] Sedikit Pertunjukan

1.4K 249 6
                                    

a/n: Tidak untuk ditiru, jika tidak mau berakhir di ruang BK:v

Sebelum lanjut Vote dulu ya. Setidaknya hargai apa yang sudah kalian baca. Syukron Jazakumullah and Happy Reading ❤️

•••

Bersenandung, nyaris terdengar pelan. Kakinya mengayun santai dengan senyum samar. Pagi ini sekolah masih sangat sepi. Baru pukul 06.50. Ada sedikit hal menabjukkan yang pagi ini dia persiapkan.

Tepat sampai di depan kelasnya yang masih terkunci, Dian segera membuka pintu. Menyapu pandangannya sejenak seraya tersenyum. Saatnya melakukan aksi. Dian mengintip keluar, sepi. Segera dia menutup pintu kelas rapat.

Dikeluarkannya satu lembar kain putih yang sudah dikasih noda merah, sebuah rambut panjang dan anger yang sengaja dia bawa dari dalam tas.

Kain putih itu sudah dia bolongkan di tengah, seukuran leher. Lalu dia gantung dengan anger. Selanjutnya meletakkan rambut panjang di kepala anger. Ia terkikik. Melihat sejenak lagi keluar, buru-buru mengambil kursi dan meletakkannya di atas meja tepat dekat pintu.

Kepalanya mendongak, di sana sudah ada paku. Sebelum siswa kelasnya datang, Dian segera naik, mengantung hantu bohongannya dengan baik lalu kembali turun dan meletakkan kembali kursi meja seperti semula. Dian menepuk tangannya dengan senang seraya melirik kain putih bergincu itu.

Surprise untuk kelas hari ini.”

Setelahnya Dian buru-buru kembali keluar, menutup pintu rapat dan berlari menuju kantin belakang. Sedikit jauh dari kelas, ia berjalan santai dengan tangan menyilang. Dian tidak sabar melihat reaksi teman sekelasnya. Membayangkan wajah takut mereka saja membuatnya ingin tertawa.

“Mbak, Nasi goreng sama teh panas ya satu.”

Dian mengambil duduk di tempat favoritnya dengan keempat sahabat. Biasanya pagi ini mereka sudah ngumpul di sini, namun karena dia kali ini terlalu rajin, kini kantin hanya ada dirinya seorang diri.

Tas yang tidak ditinggalkannya -biar tidak mencurigakan diletakkan di kursi samping. Sambil menunggu sarapannya siap, ia mengeluarkan handphonenya, berseluncur di dunia maya.

Baru saja membuka Instagram, netranya melihat uploadan Arkan. Captionnya nama Adinda. Ia mendengus. Meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Langsung tidak mood melihat ini. Seharusnya Dian membuat hantu bohongan untuk gadis itu juga. Biar kapok.

Tangannya kini berada di atas meja untuk menumpu dagu. Dian menatap meja disebranganya dengan pikiran panjang, hari ini dia harus melakukan sesuatu lagi. Kemarin cukup sempurna, apalagi gadis itu berakhir pulang. Membuatnya bahagia.

Apa yang membuat Dinda jera dan meninggalkan Arkan?

“Memasukkan kecoak dalam tas?”
Dian menjetikkan jarinya. Ia tersenyum. “Boleh juga. Sekarang pelan-pelan dulu. Biar tu anak jadi nyerah.” Kepalanya mengangguk-angguk mantap dengan pemikirannya.

“Gue perlu bantuan Akbar atau Gian.” Dian kembali mengambil ponselnya, mencari nama Akbar terlebih dahulu, menyentuh tanda panggil dan menempelkan benda itu di telingga kiri.

“Bar?” Tepat panggilan tersambung, Dian segera berseru semangat. Laki-laki itu bergumam membuatnya jengkel.

“Di mana lo?”

“Otw.”

“Nitip dong.”

“Apaan? Sarapan?”

“Enggak.” Dian memperbaiki tubuhnya menjadi bersandar, senyumnya terbit. "Kecoak.”

“Buat?”

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang