[15] Perasaan Tersingkap

1.4K 253 7
                                    

Biar waktu nanti yang menjadi bukti, bahwa perasaan itu mau tidak mau pasti akan tersingkap.

••Memintamu dalam Istighfar•

Waktu kian beranjak sore, namun seorang gadis bertubuh ramping masih duduk di depan ruangan kepala sekolah dengan resah. Berkali-kali ia mendesah berat menatap layaranya yang belum berganti.

Sudah sepuluh kali dia menelfon papanya, belum juga diangkat. Sementara dia tidak bisa pulang dan terancam skor sebulan jika orang tuanya tidak datang. Mulutnya seakan ingin mengutuk dan mengumpat. Dia tahu, Papanya tidak akan sempat datang, bahkan mengangkat saja tidak bisa saking sibuk dengan dunia dan wanitanya.

Parahnya, Kepala sekolah dan guru BK ikut menelfon, namu tidak diangkat. Dian menghela nafas seraya menyandarkan tubuhnya yang terasa pegal karena kelamaan duduk. Jemarinya bergerak mengulir layar, membuka grup whatsapp.

GroupChatt

Rizki Akbaro
Di, Bokap lo masih belum datang?


Arsaya Faradian Rayen
Belum-.-

Ravano Dirgantara
Perlu kita jemput bakap lo?

Dian mengulum senyum tipis di sela kekesalannya.Jika ditanya, apa yang bisa dia syukuri hingga detik ini. Dia akan menjawab dengan mantap dan bangga, punya sahabat seperti mereka. Walaupun mereka nakal, tapi mereka sama-sama peduli.

Mereka sudah tahu apa yang membuatnya diseret Arkan ke BK hingga hukuman yang ia dapatkan dan skors, sempat marah pastinya. Terutama Akbar, karena ini hal gila pertama yang dia lakukan hanya karena cemburu. Di sisi lain mereka mengerti dan mensupportnya bahkan sudah hampir pukul empat sore mereka masih ada di kantin. Menunggunya.


Arasya Faradian Rayen
Gak usah

Arnando Gian Adiputra
Kenapa gak lo telfon nyokap?


Riski Akbaro
Nyokap Dian mana mau. Kan lebih sibuk. Kalau lo lupa.

Mereka bahkan tahu tentang keluarganya. Sikapnya yang seperti ini bisa dibilang karena tidak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang, sehingga ia menjatuhkan diri dan mengejar-ngejar laki-laki yang dia cintai sampai nekad seperti ini.

Aila Azzahra
Di, jangan nangis di sana, Akbar udah beliin satu gerobak es krim

Kedua sudut bibirnya tertarik. Tidak menyangka di sana ada Aila. Dian pikir sahabat perempuan satu-satunya itu tidak peduli karena sibuk dengan Nizam. Perhatiannya beralih begitu mendengar derap langkah kaki.

Seorang pria berkepala empat dengan setelan jas hitamnya menatapnya dengan tajam. Tanpa berkata-kata, dia masuk ke ruang kepala sekolah, membuatnya menatap jengah dan menyusul setelah memberitahu sahabatnya jika papanya sudah datang.

Dian mendudukan dirinya di samping papanya -yang kini berhadapan dengan kepala sekolah. Dengan tangan bersilang di depan, ia menunggu dengan bosan begitu kepala sekolah menjelaskan apa yang dia perbuat. Cukup lama, mungkin lebih setengah jam. Sementara papanya hanya mengangguk dan meminta maaf lalu merangkulnya.

Dian menyungingkan senyum sinis. Papanya cari muka? Sok baik dan merangkulnya seperti ini. Lihat saja nanti apa yang akan terjadi padanya. Setelah mendapat ceramah panjang lagi dari kepala sekolah dan mendapat SP, mereka akhirnya ke luar.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang