[7] Who is He?

1.9K 304 1
                                    

Ada yang memperhatikan dan peduli, tapi kenapa masih mengemis mengejar cinta yang tak pasti?

Memintamu dalam Istighfar•

Telah habis jam istirahatnya, cahaya yang bersumber dari benda bulat tampak muncul perlahan, menyinar lembut ke permukaan bumi, menerobos celah rumah dan kaca jendela. Membuat gadis yang tidur dengan posisi miring itu merasa terganggu.

Tubuh yang masih berbalut pakaian semalam itu menggeliat lalu memperbaiki posisinya menjadi terlentang. Matanya menyipit kala cahaya mentari menyilaukan pandangan.

Ia mengerjap, menutup sejenak matanya untuk menyesuaikan lalu menyinyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah seraya memperbaiki posisi menjadi duduk.

Pandangannya memperhatikan kasur yang berantakan, lalu pada pakaiannya. Sontak matanya membulat. Ia menoleh cepat pada jarum jam yang menunjukkan pukul 7 kurang. Bukanlah semalam dia berada di Club? Kenapa sudah pagi dan dia ada di sini?

Tok tok tok

Perhatiannya beralih pada pintu yang diketuk. Kemarin dia ke Club karena kedua orang tuanya. Apa mereka masih di sini? Ia was-was jika yang mengetuk pintu adalah papa atau mamanya. Ayolah ini masih pagi.

"Siapa?" Suara seraknya memeceh kesunyian kamar. Membuat pengetuk dari luar membuka suara.

"Non? Ini Bibi."

"Masuk, Bi," teriaknya seraya menyingkap selimut. Lalu duduk di tepi kasur.

Ceklek

Tangannya menyisir rambutnya ke belakang, meraih ikat rambut di atas nakas lalu mengulungnya asal. Menyisakan beberapa rambut yang masih berjatuhan. Kepalanya
mendongak begitu Bi Nini mendekat dengan sebuah nampan berisi roti dan susu.

"Non udah hampir pukul tujuh. Non gak sekolah?"

"Hoam ..." Kedua tangannya terangkat dan saling menaut, meluruskan punggung yang terasa pegal. Ia mengangguk tanpa bicara.

"Ya sudah, kalau gitu Bibi ke bawah dulu." Bi Nini menaruh piring dan gelas di atas nakas, lalu memeluk nampan berwana putih keemasan seraya berbalik ke pintu setelah mengulas senyum ramah.

Dian bangun dari tempatnya, begitu kakinya melangkah menuju kamar mandi, dia teringat sesuatu. Tubuhnya sontak kembali berbalik mencegat Bi Nini.

"Bi?"

Bi Nini menghentikan langkahnya dan membalikkan badan, menatap majikan mudanya yang mendekat dengan alis tertaut heran.

"Semalam siapa yang anter aku?"

"Ooh itu, semalaman ada yang telfon Bibi dan bilang kalau Non pingsan di Club."

"Terus Bi?'

"Bibi disuruh datang buat jemput non?"

"Hah? Terus Bi Nini pergi ke Club?" Ia tampak menatap kaget begitu Bi Nini mengangguk. Setahunya, Bibi Nini mana mau datang ke Club. Dia suka ke Club saja sudah berusaha mati-matian untuk dicegah beliau. Dia ingat betul kata-kata yang selalu Bi Nini bilang namun diabaikan atau malah dia marah karena Bi Nini ikut campur.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang