[27] Dia Datang

1.3K 258 11
                                    

Hai, ada yang kangen Dian dan Ilham setelah beberapa Minggu Hiatus? Absen yuk, tulis namanya di kolom komentar.😍

Sebelum lanjut baca. Aku ngucapin terima kasih bagi yang sudah vote dan komentar. Dan sebelum gulir layar. Mohon vote dulu ya. Syukron. Semoga Allah balas dengan kebaikan 😊

•••

Seorang laki-laki berkaos putih duduk dengan satu lutut ditekuk sedang satu kakinya lagi lurus. Pandangannya lurus menatap langit sore, menerawang jauh memikirkan seseorang.

Ilham tidak tahu apa yang terjadi dengannya, semua ini berjalan begitu saja. Entahlah bukan pribadinya yang begitu terlalu peduli.

Tapi, untuk gadis itu bagai pengecualian. Rasanya kenapa dia ingin membantu Dian keluar dari kondisinya yang sekarang dan hijrah?
Salahkah keprihatinannya melihat Dian terjebak pada hal seperti ini.

Bingkisan yang selalu dia beri beberapa hari ini berhenti. Hanya karena semua yang dia lihat kemarin. Apa dia terlalu care dan peduli sedang Dian masih larut dengan lingkungannya apalagi malam kemarin dia melihat sendiri gadis itu jalan dengan seorang laki-laki.

Bingung. Antara berhenti atau tetap peduli. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Ilham mengacak rambutnya frustasi. Sudahlah mungkin dia fokus saja pada skripsinya yang belum kelar. Kakinya panjangnya kini melangkah keluar dari balkon kamar kos dan beralih mengambil laptop, jaket dan kunci motor.

Sore ini dia sudah berencana membuat skripsi di perpustakaan kota. Namun sebelum itu, Ilham akan mampir sejenak ke Kafenya. Sekedar memantau.

15 menit membawa motor dengan kecepatan tinggi. Motor besarnya sudah parkir di pelataran Cafe. Begitu membuka helm dan menyisir rambutnya ke belakang seraya melihat kaca spion, gerakan tangannya berhenti ketika melihat seorang yang tidak asing. Berdiri menatapnya.

Ilham menghembuskan nafas dalam. Apa dia terlalu memikirkan Dian hingga berhalusinasi seperti ini. Ia menggeleng kecil, mengucap istighfar dan segera menyudahi menyisir rambutnya. Dia harus cepat agar tidak terlalu sore.

Namun, ketika tubuhnya sudah berbalik sepenuhnya, Ilham terdiam begitu sepasang mata bulat di depannya menatap sendu. Wajahnya pucat dan penampilannya tidak serapi dan sefresh biasa.

Saat ini bolehkah Ilham bilang kalau perasaannya ikut resah melihat Dian terlihat seperti itu?

"Kak ... Ilham?" Panggil Dian setelah lama hening. Suaranya begitu lirih. Matanya berkaca-kaca dan sendu, menatap objek yang kini terdiam menatapnya.

"Kenapa?" Pertanyaan lembutnya membuat Dian menunduk dalam. Cukup lama terdiam, Isakan kecil keluar bersama kalimat selanjutnya. "Dian mau ngomong ...," mohonnya tercekat.

•••

Ilham tidak berpengalaman dekat dengan seorang gadis. Dia juga bingung menangapi gadis yang bersedih. Dan pada akhirnya Ilham kembali ke bangku taman dekat kafenya -tempat dia mengajak Dian agar gadis itu leluasa bercerita dengan memberikan sapu tangan dan coklat.

"Thank, Kak," ucapnya pelan.

Ilham tersenyum simpul dan ikut mengambil duduk di bangku sebelah, Pandangannya menatap hamparan hijau dihadapannya begitu Dian kembali menunduk.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang