Baru lima menit setelah Bel, kantin sudah sesak oleh semua siswa-siswa. Di meja paling sudut, susah duduk Dian, Arkan bersama Kefin dan Bimo.
Dian sedikit kesal karena Bimo dan Kefin tidak mencari meja lain malah bergabung bersama mereka. Padahal dia ingin menikmati waktu berdua dengan Arkan."Kamu mau makan apa?"
Dian mendongak akan pertanyaan Arkan. "Aku mie ayam."
"Minum?"
"Kalau kamu?"
"Lemon tea."
"Sama."
Arkan mengangguk. Melihat Arkan beranjak, membuat Dian membuka suara. "Kamu yang pesan?"
"Iya."
"Aku aja."
"Gak usah duduk di sini, biar aku yang pesan. Ntar capek."
Dian tersenyum malu dengan kepala mengangguk. Arkan sosweet sekali, masalah ini saja sudah manis. Sedang Kefin memutar bola mata malas. Dan Bimo yang memilih diam.
"Kan, gue sekalian ya? Mie ayam juga," tukas Kefin sebelum Arkan beranjak pergi.
Mata tajam itu melirik sejenak. "Gak. Pesan sendiri."
"Ya elah, Dian lo pesanin masa kita sahabat lo gak?"
Arkan tersenyum seraya melirik Dian yang menatapnya. "Karena dia spesial," ucapnya kemudian seraya berlalu.
Kata sederhana itu saja, lagi dan lagi membuat gadis itu terbang ke ketinggian 20 km. Senyumnya melebar. "Aah Arkan. Sosweet banget."
Sementara Kefin mengerutu, lalu menoleh ada Bimo. "Gue lagi baik. Lo mau apa?"
"Sama," singkat laki-laki itu. Kefin mengangguk, beranjak pergi dari sana dan menyusul Arkan yang sudah mengantri.
Melihat Kefin pergi, Bimo menoleh sejenak pada Dian yang tidak lepas menatap Arkan. Ia menghela nafas dan berpindah duduk ke sebelah gadis itu.
"Di?"
"Hmm?" Gadis itu hanya bergumam.
"Dian?"
Dian mendengus, memutar badannya pada Bimo yang sudah di sampingnya dengan kesal. Menganggu saja. Padahal dia masih betah menatap Arkannya.
"Gue mau ngomong."
"Itu udah ngomong," ketusnya kesal.
"Sensi banget. Gue serius. Lo harus tahu ini." Suara Bimo memelan, membuat Dian mau tidak mau terdiam sejenak dengan alis tertaut heran. Pasalnya laki-laki itu kini menatapnya serius, seolah ada hal penting yang harus disampaikan.
Bimo melirik sejenak Arkan yang terlihat berbicara dengan Kefin. Mereka tidak melihat ke sini. "Lebih baik lo putus sama Arkan."
Dian membelalak. "Gak!" ucapnya tanpa berpikir. Apa-apaan sih, gak Akbar, Bimo malah ikut-ikutan.
"Putus atau lo nyesel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memintamu dalam Istighfar ✓
SpiritualBagaimana jika yang jahat, nakal, suka clubbing jadi tokoh utama? Ini tentang Arasya Faradian Rayen, gadis 17 tahun dengan keluarga berantakan. Ia punya sahabat, sama-sama usil dan suka clubbing. Dian itu dingin, tapi dia mencintai sosok sempurna be...