Tidak begitu juga, jangan terlalu mengikuti alur kehidupan sesuai keinginan pribadi. Tapi pandailah memilih untuk jalan nanti.
•••
Ada apa dengan Semesta dan waktu?
Untuk pertama kali, aku menyukai kompromi mereka yang membuat semua harap terukir nyata.•Memintamu dalam Istighfar•
Berkali-kali Ilham menghela nafas gusar seraya berjalan bolak-balik di dalam kamar. Hatinya tidak tenang, merasa bersalah karena terlalu lancang sore tadi.Berniat baik untuk gadis itu malah berujung salah paham. Bukan begitu maksudnya. Hanya saja Ilham kasihan melihat Dian dan terbesit ingin membantu gadis itu keluar dari kehidupannya.
Iya, Mungkin dia terlalu lancang dan seharusnya Ilham tidak langsung bertindak seperti itu. Namun perlahan mengajak dalam kebaikan.
Kepeduliannya bukan karena rasa, hanya saja merasa prihatin dan ingin mengajak Dian kepada jalan baik. Kehidupan keluarga juga pemicu gadis itu tidak mengerti lebih tentang agama dan menyalahkan Allah atas semua.
Ingin sekali Ilham menjelaskan, semuanya tergantung diri sendiri. Langkah apa yang akan kita ambil akan menentukan kita di kemudian hari. Jika jalan salah akan berakhir sengsara dan jalan benar akan berakhir bahagia.
Dian salah jalan karena latar Keluarga. Memilih Club sebagai pelarian utama. Sepertinya dia harus meminta maaf untuk hal tadi, dan lebih pelan dalam memberitahu. Karena setahunya gadis itu sedikit keras kepala.
Langkahnya berhenti, Ilham terdiam dengan satu pikiran melintas. Tunggu. Kenapa dia terlalu peduli? Untuk apa dia memikirkan perihal gadis yang bahkan baru 4x ditemuinya.
Gadis yang jauh dari kata gadis impiannya. Seharusnya Ilham tidak peduli, membiarkan gadis itu dengan keinginannya. Lagian Dian siapa?
Tapi ... sejak tahu dan mendengar langsung tentang keluarga gadis itu ia tidak bisa diam, hati kecilnya seolah berseru untuk membantu gadis itu.
Ilham mendesah frustasi, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan gundah. Kepalanya menggeleng tegas, dia tidak akan lagi memikirkan gadis itu. Lagi pula seharusnya dia menjaga batasan dengan perempuan, terutama gadis itu. Iya, dia harus seperti itu. Tidak peduli.
••••
Manusia itu memang serba salah. Giliran sekolah ingin libur. Giliran dapat waktu libur, pengen sekolah. Halnya dengan Dian, di skor seminggu buat dia bosan tidak ada kegiataan. Belum lagi keempat sahabatnya tidak ada karena masuk sekolah.
Ia turun begitu motor besar Akbar sudah berhenti di parkiran. Pandangannya menyapu sekitar sejenak di mana banyak mata yang menatap ke arahnya, ia mendengus. Membuka helm dan menyerahkannya pada Akbar yang kini membuka jaket. Memilih berlau ke kelas meninggalkan Akbar.
“Ya elah, Di. Main duluan aja lo.”
Tidak menghiraukan, Dian berjalan dengan tenang. Sedang Akbar ikut berjalan di sampingnya dengan kedua tangan terselip di saku celannya. Begitu sampai lorong kelas dua belas matanya terpaku dan langkahnya berhenti melihat Arkan yang bersandar dengan tatapan tajam dan senyum sinis.
“Buruan, gue laper.” Tangannya ditarik Akbar menjauh, menuju kantin. Seperti biasa. Dian masih diam. Memikirkan banyak hal. Ini pertemuaannya dengan Arkan setelah laki-laki itu menyeretnya ke ruang kepala sekolah dengan murka. Dia kira hari ini akan mendapat amukan lagi, nyatanya laki-laki itu hanya menatap tajam seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memintamu dalam Istighfar ✓
SpiritualBagaimana jika yang jahat, nakal, suka clubbing jadi tokoh utama? Ini tentang Arasya Faradian Rayen, gadis 17 tahun dengan keluarga berantakan. Ia punya sahabat, sama-sama usil dan suka clubbing. Dian itu dingin, tapi dia mencintai sosok sempurna be...