[36] Halalkan atau Tinggalkan

1.3K 259 9
                                    

Bismilah

MOHON DI VOTE DULU YA SEBELUM BACA--
__________________________________

Tidak ada membantu lawan jenis dengan dalih dia butuh. Bagaimanapun, kedekatan dengan lawan jenis, pasti akan menimbulkan perasaan.

Memintamu dalam Istighfar•

"Suatu saat nanti, apa Dian boleh berharap Kak Ilham jadi pasangan Dian?"

"Apa gue harus perjelas gue sayang lo lebih dari sahabat dan nggak rela lo sama laki-laki lain?"

Ilham mendesah frustasi. Lagi dan lagi dua kalimat itu hadir kembali merenggut semua pikirannya. Setiap kali dia diam, selalu ada celah tentang Dian yang datang. Gadis itu bagai berdiam dan menetap di dasar hatinya, yang mirisnya kian mengobrak abrik hatinya tanpa jeda.

Dia akui dia gagal menjaga hati, nyatanya Dian berhasil masuk tanpa permisi mengisi sebuah celah yang belum terisi. Kini Ilham kian susah menahan diri. Terutama akan ucapan Akbar sore itu

Hatinya benar-benar bergejolak cemburu, Ilham membenarkan itu. Dia tahu dia sudah terlalu jauh, berniat peduli namun malah jatuh hati. Seharusnya dia sadar tidak ada kedekatan wanita dan laki-laki yang tidak timbul perasaan. Makanya islam meminta menjaga pergaulan dari yang nggak mahram. Tapi, Ilham melupakan itu.

Tidak, bukan lupa. Nyatanya Ilham mengabaikan hal tersebut karena hatinya ingin.

Ting!

Ilham menunduk menatap notif yang baru masuk.

Dian

[Assalamualaikum, Kak Ilham?]

[Kak Ilham Dian minta maaf]

[Akbar tiba-tiba peluk Dian]

[Kak Ilham marah?]

[Kak Ilham Dian minta maaf.]

Ilham mendesah, ingin mengetik namun jarinya serasa tertahan. Pada akhirnya dia hanya membaca tersebut tanpa membalas. Menatap lama chat tersebut dengan perasaannya berkecamuk.

"Lo kenapa sih, Ham?" Satu suara yang masuk ke indra pendengarannya membuatnya menoleh. Gibran dan Riko yang baru datang mengambil duduk di kursi seberangnya. Alis Gibran tertaut heran, sedang Riko langsung mengeluarkan laptopnya.

Pagi menjelang siang ini, ketiganya berniat mengejrakan proposal bersamaan di rooftop Kafe ilham. Ilham hanya menggeleng, memperbaiki wajahnya agar mereka tidak bertanya lebih lanjut. dia menaruh handphone-nya dan menggeser laptopnya lebih mendekat, memulai mengerjakan revisi proposal yang dari tadi diabaikan.

"Wajah lo kayak orang patah hati," celetuk Gibran seraya mencomot sebuah kentang goreng yang sudah Ilham siapkan dan melumurinya dengan suas pedas.

Ilham mendongak, sedikit kaget karena Gibran bisa membaca keadaannya. tapi, apa benar dia patah hati?

"Paling pusing karena proposal." Riko secara tidak sadar membantunya hingga tidak perlu repot mengeluarkan suara. Ilham mengabaikan, mencoba fokus pada layar, namun chat Dian malah terngiang.

Ilham mengusap wajahnya frustasi, beralih mengambil kopinya yang sudah mendingin dan meneguknya tiga tegukan. Lalu menjauhkan ponselnya hingga merasa tidak terganggu. Hal itu menjadi sorotan bagi Gibran dan Riko yang menatapnya penasaran.

Begitu aman. Ilham mulai memperbaiki proposalnya, satu menit berselang, kepalanya menoleh menatap ponselnya dengan helaan nafas berat. Kalau begini dia tidak bisa menyelesaikan proposal.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang