[38] Turth Or Dare

1.1K 253 28
                                    

Mohon Vote dulu ya sebelum Baca
Happy reading 🌹
___________________________
Akbar memang menuruti semua perkataannya, fokus belajar dan yang membuatnya lebih rileks, mereka santai seperti sebelum dia tahu perasaan itu. Seperti sore ini, sepulang sekolah mereka kembali berkumpul untuk belajar. Kali ini keempatnya memilih belajar di rumah Vano.

Lima menit memulai belajar, keempatnya duduk dengan berbagai posisi seraya membaca buku tebal di hadapan mereka. Akbar duduk di karpet bersandar pada sofa, Gian yang belajar di pojokan dengan satu kaki berselonjoran, Vano yang duduk di atas sandaran sofa dengan kaki menginjak sofa, sedang Diam yang duduk di atas karpet dan meja Panjang yang ada di sofa.

Dahi keempatnya tanpa mengerut membaca soal-soal. Selang beberapa detik kemudian, Gian mendesah dan menatap ketiga sahabatnya. "Value artinya apa?"

Mereka menoleh serempak, tampak berpikir. Perihalnya Bahasa inggris mereka di bawah rata-rata. Vano menyahut duluan. "Kemudiaan kali." Gian manggut-manggut, melihat kembali soal dan mencoba mengartikannya.

"Tumben pinter Van," ledek Akbar membuatnya berdecak.

"Jangan salah lo, Bar. gini-gini gue bisa Bahasa Inggris."

"Sombong, paling salah. Lihat ya." Dian melihat Gian yang menautkan kedua alisnya dan sedetik kemudian kembali menatap Vano.

"Kok nggak nyambung."

Dian menatap Vano dengan senyum meledek. "Tuh!"

"Masa? Lo paling yang nggak bisa artiin." Vano masih mengelak. Tidak mau disalahkan. "Sini gie baca, masa itu aja nggak bisa, Yan. Pinter dikit kenapa"

"Alah paling lo asalan kan jawabnya," seru Gian tidak terima.

"Kemudiaan aja Bahasa inggrisnya 'Than'" sela Dian teringat.

"Emang lo tahu artinya?"

"Tahu, gue tahu." Dian diam sejenak, di pernah lihat arti value, tapi masalahnya dia lupa.

"Apa?"

"Itu apa itu ." Dian mengetukkan jarinya di dagu, menatap tiga pasang mata yang menunggunya. Sejenak ia nyengir. "Itu gue lupa."

"Bege!" dongkol Gian dan Vano. Sedang AKbar terbahak. Ia memberengut.

"Udah Yan lihat google translate, apa gunannya google translate lahir ke dunia, kalau gak dipakai?" ucap Akbar kemudiaan.

"Lupa gue teknologi udah canggih," tawanya seraya memungut benda pipih yang dia letakkan di lantai dekat sofa. Maksud lihat gogle translate, jarinya meleset membuka sosial media. Melupakan tujuan awalnya begitu saja. Sedang ketiga sahabatnya kembali fokus. Selang lima menit juga Akbar memecah keheningan.

"Di? paham nggak matematika?"

"Lo nanya Dian? Nilai matematikanya aja di bawah 20." Vano tertawa. langsung mendapat tatapan melotot dari Dian.

"Dih, lo aja 30."

"Mending ya gue. Lebih tinggi 10."

Dian mencebik. Lalu menatap Akbar seraya menggeleng. "Gak paham gue. Ini aja pusing."

"Games yok. Rileks," putus Vano meletakkan bukunya di sofa, lalu turun dan berpindah duduk di sofa dengan benar. Perhatiannya melirik Gian yang sibuk dengan ponselnya.

"Lo nyari arti 'value' lama amat Yan?"

"Jari gue kepeleset ke sosmed."

Dian menepuk jidat.

"Main TOD. Yan, gabung"

"Belajar baru 10 menit," Dian tidak terima. Bagaimana mau lulus kalau begini. Ditatapnya dengan kesal tiga cowok yang tak mengindahkan dan malah membentuk lingkaran di dekatnya. Akbar yang dekatnya merebut pena yang tengah dia pegang.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang