[6] Al-Fatih Razaq Ilham

2K 309 9
                                    

a/n: MDI aku rombak banyak dari Bab 2. Ceritanya pun banyak beda. Jadi, jika teman-teman sudah sampai part ini , baiknya baca ulang lagi dari Bab [2] Arkan Rasetya Keno, biar paham.
_________________________

Tayangan bola di depan layar berukuran sedang membuat tiga pasang mata fokus ke depan. Saat ini sedang berlangsung pertandingan antar Real Madrid dengan Villarreal.

Gibran yang menjadi pendukung Real Madrid berseru heboh saat idolanya mencetak gol dari jarak jauh. Riuh tepuk tangannya seorang diri memenuhi kamar kos membuat kedua sahabatnya menghela nafas kecewa.

"Real Madrid Bro ... tuh!"

"Jauh ketinggalan nih 2-1." Riko yang duduk dengan satu kaki menekuk berdecak dan menunjuk layar. Pandangannya beralih pada Ilham yang lebih tenang menerima kekalahan.

"Antara lo berdua, beli makanan." Gibran cengcesan ditempatnya membuat Ilham dan Riko bersungut kesal.

"Lo ya, Ham. Lo kan tahu gue baru jatuh dari motor," pinta Riko seraya menunjuk tangannya yang diperban.
Padahal yang berdarah cuman tangan dan hanya sedikit.

"Ya elah lebay lo, Ko."

"Sekali-kali gak salahlah. Ya gak Ham? Hitung-hitung nabung pahala." Kedua alisnya naik turun.

Ilham memutar bola matanya malas. Menyambar kunci motornya seraya berdehem membuat Riko cengcesan.

"Emang baik benar punya sahabat kayak Ilham."

"Gue beli, Lo bayarin. Adil." Gibran terbahak mendaftar penuturan Ilham. Ia mengangguk mantap dengan tangan teracung.

"Wes menatap tuh. Adil, Ko. Sama-sama kalah. Satu beli, satu bayar."

"Kampret," sungutnya kesal seraya mengeluarkan dompet. Keduanya tergelak. "Nih." Selembar uang merah disodorkan Riko membuat Gibran protes.

"Pelit lo, Ko. Seratus cukup tuh?"

"Anak kos hemat."

"Aelah," cibirnya.

"Kurang, Ilham nambahin," tambahnya membuat Ilham menipuknya dengan kacang garuda.

"Sialan lo."

Riko terbahak "Adil Ham. Kita sama-sama kalah."

Ilham mengalah, berlalu keluar setelah memakai jaket. Sebelum naik ke atas motor, diliriknya sejenak jam yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Keluar dari Kos Gibran, motornya melaju membelah jalan malam kota Jakarta. Pandangannya menyapu sekitar, melihat apa yang yang bisa dibelinya untuk makan malam.

Kafe Zeaura menjadi akhir dari pilihannya. Beberapa kali dia pernah ke sini, semua makanan yang ada selain banyak varian, enak dan harga lebih terjangkau untuk anak kos. Tidak terlalu tinggi.

Begitu motornya berhenti di depan Kafe. Matanya menangkap sesosok gadis dengan celana jeans putih dan kemeja hitam bergaris putih baru saja keluar pintu Kafe.

Ilham menyipit. Memperhatikan lagi wajah itu. Bener itu gadis yang seminggu ini dia cari hanya untuk meminta KTM-nya.

Gadis dengan rambut gelombang tergerai itu kini berjalan menuju mobil berwarna merah tidak jauh dari sana. Gadis itu menunduk. Buru-buru Ilham turun dari motornya dan berniat menghampiri gadis itu.

Memintamu dalam Istighfar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang