Sebagian orang akan patah hati dan memilih berhenti begitu tiada lagi peluang. Tapi bagi sebagian orang yang begitu berambisi, patah hati membuatnya di luar kendali.
•Memintamu dalam Istighfar•
"Lo bakal berhenti kalau gue bilang punya pacar?"
Dian tertawa membuat Arkan semakin menatapnya tajam serta Bimo dan Kefin menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
Gadis dengan rambut yang dikucir kuda lengkap dengan baju olahraga itu kini menyilangkan tangannya di dada. Bola mata bulatnya menatap sorot tajam dihadapannya.
"Gue gak percaya Arkan."
Pada jam ini sebenarnya dia olah raga, tepat di jam terakhir. Hanya saja karena melihat Arkan lewat bersama dua temannya, membuatnya kabur segera. Beruntung gurunya sedang pergi mengambil bola bersama Bimo-ketua kelas.
"Kita lihat omongan gue betul apa gak." Satu sudut bibir Arkan tertarik. Dia yang kini bersandar di tembok meluruskan posisinya, berjalan menjauh dengan dua tangan yang diselipkan. Sontak membuat Dian berniat menyusul namun tertahan karena ulah Bimo.
"Ya udah sih, Di. Kita buktinya Arkan udah punya pacar. She name is Dinda."
Dian memutus pandang pada Arkan yang kian menjauh. Beralih menatap Bimo yang menunjuk dirinya dan Kefin.
"Lebih cantik daripada lo. Terpenting, kalem," sambung Kefin membuatnya melotot. Laki-laki yang kini memakai jaket berwarna army itu kini ikut melangkah pergi dengan wajah puas. Seolah merasa senang akan hal tersebut.
"Lo serius, Bim?" tanyanya pada Bimo. Matanya menyipit curiga. Mungkin saja mereka sepakat sekongkol untuk membuat dia menjauhi Akan.
"Iya serius. Patah hati 'kan lo?"
"Gue gak percaya sampai gue lihat. Orang Arkan gak pernah dekat sama siapapun. Pasti akal-akalan kalian aja ya 'kan? Ngaku lo," tudingnya.
"Sumpah gak percayaan. Kalau mau bukti, ntar pulang sekolah ikutin Arkan. Tapi diam-diam."
Dian terdiam sejenak, menatap lama Bimo yang menatapnya dengan dua alis terangkat lalu dia menyipit karena sedikit heran.
"Kalau lo patah hati bilang gue ya?" Tangan Bimo yang ternyata masih memegang tangannya terlepas. Dian berseru kesal seraya mengusap tangannya.
"Ih ngapain lo pegang-pegang gue?"
"Sensi banget sih." Bimo tersenyum manis, mengacak gemas ujung rambutnya lalu melangkah lebar menyusul dua sahabatnya. Membuat Dian melotot sekaligus memekik kesal.
"Bimoo ... sumpah ya. Gue gak sudi!!"
Tawa yang didengarnya seiring lambaian tanpa menoleh membuatnya mendengus. Tubuhnya berbalik, mengerutu seraya memikirkan pembicaraan tadi. Bagaimana pun mana mungkin Dian percaya hal tersebut.
•°•°•°•
Sepulang sekolah Dian sudah berdiri di samping mobilnya. Kedua bola matanya menyapu sekitar untuk melihat apakah Arkan sudah menuju parkiran atau belum.
Walaupun sempat ragu dengan ide Bimo, tidak ada salahnya juga dia menuruti. Toh Dian juga ingin memastikan apa benar seorang Akan mempunyai pacar?
"Assalamualaikum, Dian?"
Sebuah salam dari suara yang tidak lagi asing membuat perhatiannya menoleh. Aila yang kini berdiri disampingnya melambaikan tangan lalu dengan senyum lebar. Belum jadi dia buka suara, gadis itu malah berlari begitu melihat Nizam baru saja mengeluarkan motornya dari parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memintamu dalam Istighfar ✓
Tâm linhBagaimana jika yang jahat, nakal, suka clubbing jadi tokoh utama? Ini tentang Arasya Faradian Rayen, gadis 17 tahun dengan keluarga berantakan. Ia punya sahabat, sama-sama usil dan suka clubbing. Dian itu dingin, tapi dia mencintai sosok sempurna be...