Seorang laki-laki berumur 18 tahun keluar dari sebuah gereja, ia habis melakukan ibadah mingguannya. Laki-laki itu berzodiak libra dengan wajah imut namun bad boy, ia juga hobi menggombal bahkan memiliki lebih dari 101 mantan pacar. Semua mantannya memiliki keyakinan yang sama dengannya juga dari kalangan gadis-gadis yang kadang lebih tua darinya bahkan ada juga yang lebih muda.
Entahlah apa tujuannya memiliki mantan sebanyak itu, untuk koleksi kenangan? atau dijadikan bahan kesombongan kepada teman-temannya? Tidak ada yang tahu pasti, intinya hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
"YO JAERELL MAU KE MANA?" tegur si laki-laki berambut biru dengan lantangnya yang juga baru saja keluar dari sebuah gereja.
"Mau pulang! Jemput calon pacar," jawab Jaerell berlalu masuk ke dalam mobilnya.
"Calon pacar terus ya, mantan udah 101 juga!" oceh si rambut biru itu alias Gabriell.
"Diemin aja paling juga kakak kelas yang cantik plus sexy itu," balas si kulit putih pucat yang sedang tenang bersandar di mobil Gabriell.
"Fisik aja terus, akhlaknya kapan?" cibir Gabriell lalu membuka pintu mobilnya dan disusul si kulit putih pucat alias Yael.
Gabriell menghidupkan mesin mobilnya kemudian meninggalkan pekarangan gereja.
© © ©
Jaerell berdiri di depan mal besar yang ramai dengan orang yang berlalu lalang.
"Kamu kenapa diam aja?"
"Ah gapapa, bosen aja ke mal terus," jawab Jaerell pelan.
"Oh gitu, yaudah mau ke mana?" tanya si lawan bicara.
"Eh enggak-enggak, gapapa kok kita ke sini, ayo!" Kedua pasangan yang tadi baru saja jadian itu pun memasuki mal besar di Jakarta.
Emma, gadis cantik dan bertubuh sexy itu adalah kakak kelas Jaerell dulu. Emma itu anak kuliahan dan berhasil memasuki jurusan kecantikan di salah satu kampus besar Jakarta, Jaerell mendekati Emma seminggu sebelum kelulusan. Jaerell sempat lost contact dengan kakak kelasnya itu tetapi, siapa sangka ternyata Emma menyukai Jaerell seserius itu padahal Jaerell hanya mencari cadangan.
Emma terus mengejar Jaerell, sampai akhirnya lelaki itu tertarik untuk memacari kakak kelasnya itu karena body goals yang menurutnya membuat mata fresh, tetapi Jaerell tidak ada niatan sama sekali untuk menyukai Emma dengan serius, murni agar tidak jomblo saja. Emma menunjuk salah satu brand baju ternama di dunia, gadis itu mengambil beberapa baju bermerek mahal.
Jaerell yang melihat harganya cuma menelan ludahnya saja, pasalnya dia sedang dalam masa penghematan uang karena orangtuanya menarik semua kartu ATM bahkan kartu kreditnya pun disita, gara gara ia membuat mobil Ferarri pemberian papanya hancur di bagian depan dan belakang karena balapan dua minggu yang lalu.
"Aku mau ini boleh ya?" tanya Emma sambil menunjukkan 3 pasang baju yang ia sukai dengan mata berbinar sedangkan Jaerell menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, kemudian ia mengangguk pelan pertanda setuju. Tiba-tiba saja Emma ingin memberikan kecupan di pipi lelaki itu yang membuat Jaerell segera menghindar karena ia tipe orang yang tidak mau asal-asal di kecup begitu saja, bisa-bisa diamuk oleh sahabatnya yang sudah seperti kakaknya sendiri.
Jaerell dan Yael itu sahabat dekat dan sudah seperti saudara, itulah kenapa Yael benar-benar menjaga adiknya itu, kalau kata Yael "Pacaran boleh tapi jangan bego, jaga bagian intim di badan lo buat istri lo nanti, jadiin istri lo yang pertama" Jadi ya Jae selalu mengingat apa yang dikatakan abangnya itu, Jae tidak dilarang pacaran tetapi kalau sampai tidak mendengarkan perkataan bang Yael, bisa habis Jaerell.
"Ih kenapa gak mau di-kiss? Aku pikir kamu mau," decak Emma dengan bibir yang mengerucut, Jaerell yang mendengar hanya tersenyum kecil.
"Ayo bayar," ucap Jaerell mengalihkan pembicaraan, karena kalau direspons urusannya pasti akan panjang.
© © ©
Gabriell sibuk main Ps dengan bocah-bocah yang rumahnya di sebelah basecamp mereka. Bocah-bocah itu sangat senang kalau diajak Gabriell main Ps, soalnya disogok dengan snack, permen, cokelat, dan mainan.
"Riel, ini udah mau sore. Jae belum pulang juga? Dia udah pergi dari jam 11 tadi," ucap Yael khawatir. Gabriel yang mendengar pun masih sibuk main PS dengan para bocah.
"Yaelah bang dia udah gede kali, yakali mau diurusin terus. Biarin aja kenapa sih," gerutu Gabriel tapi masih tetap fokus dengan game-nya.
"Jae itu walaupun mantan 101 dia mudah dibodohin cewek! Tau gak nih si Emma beli baju mahal pake uang Jae, padahal 'kan lu tau Jae lagi krisis ekonomi gara-gara kartu ATM sama kartu kreditnya ditarik bokapnya."
"Tau dari mana bang?" tanya Gabriell yang langsung menghampiri Yael.
"Instagram Emma, makanya jangan game mulu, urusin tuh kembaran lo, kembaran dibodohin cewek bukannya dibantu malah sibuk main game aja, udah mau tamat SMA juga!"
"Elah santai bang," desis Gabriell.
Kalo udah menyangkut paut tentang Jaerell, maka Yael akan bicara panjang lebar layaknya kereta api yang berlalu setiap menit, tetapi kalau tidak terlalu penting jangan berharap lebih akan direspons cepat.
Gabriel menghampiri para bocah yang bermain game dengannya tadi. "Adek-adek mainnya udah dulu ya, abang mau ke rumah bang Jae, bang Jaerell nyangkut di pohon toge. Kalian pulang ya dah mau sore juga nih, oke?"
"Oke bang, coklatnya mana?" tanya salah satu bocah dan Gabriell mengeluarkan 3 cokelat batangan mahal dari saku jaketnya terus memberikan masing-masing satu ke Cahyo, Jefrey dan Leon.
"Makasih bang," jawab mereka kompak.
"Iya sama-sama ... dah pulang sana ntar dicariin mak lo pada."
"Oke bang."
"Gue mau ke rumah si pendek bantet itu bang, lo mau ikut kaga?"
"Nggak gue di sini aja, ntar ada Raefal ke sini, kalo dia gak bisa buka pintunya terus didobrak malah jadi rusak. Gue capek benerin terus," jawab Yael sambil mencari posisi ternyaman di sofa.
"Yaudah, gue berangkat bang," pamit Gabriell yang menyambar kunci mobilnya di gantungan sebelah lemari kayu jati.
"Hm...."
>>suamiku mualaf<<
🌼vote , comment jangan lupa 🌼